Sesuai pesan gitaris Harienam kemarin, Caitlin sudah mengembalikan buku-buku ekonomi itu kepada empunya. Tadi kebetulan Mahesa sedang berada di dekat fakultasnya sehingga menawarkan diri untuk mengambil bukunya di Ceruk FISIP--teras gedung utama FISIP kampus mereka.
Jadi, yah, begitulah. Karena sudah selesai urusannya yang satu itu, Caitlin kembali ke perpustakaan untuk bersemedi. Ia memilih untuk di pojok favorit anak-anak pencari kedamaian di tengah hiruk-pikuk orasi, di perpustakaan.
Belajar... Hah, Caitlin menghirup dalam-dalam aroma buku yang menguar. Juga pengharum ruangannya.
Gadis itu hari ini mengenakan blouse tanpa lengan--percayalah, hari ini dosennya baik semua--sehingga udara AC sedikit menusuk lapisan kulitnya. Ia menggosokkan sebentar telapak tangannya ke lengannya.
"Alin,"
Caitlin terkejut dan mendongakkan kepalanya. "Eh..."
Lagi-lagi Ketua BEM.
"Gue duduk di sini ya?"
"Oh, iya. Silakan, Kak,"
Hening menyergap. Caitlin sendiri tidak masalah karena memang tujuannya ke sini adalah diam. Namun sepertinya, laki-laki di depannya ini tidak.
Setelah bermenit-menit menimbang-nimbang untuk bertanya atau tidak, Caitlin akhirnya buka suara.
"Kenapa, Kak?"
Laki-laki berwajah bule-sedikit itu sedikit terkejut. Ia berdeham dengan tujuan menetralkan kegelisahannya.
"Sebenernya gue ke sini mau nagih hutang. Tapi gak ngerti gimana mau bilangnya," aku laki-laki itu seraya tertawa canggung.
Astaga. Ini benar Ketua BEM?
"Santai aja kali, Kak," Caitlin ikut tertawa berusaha meredakan canggung. "Tapi gue cuma bawa..." Caitlin mengeluarkan dompet melihat isinya. Ia melanjutkan, "Dua puluh lima ribu. Hehehe,"
Si Ketua BEM terkekeh membuat Caitlin mengerutkan dahi. "Yaudah. Gak papa, buat lo dulu aja,"
Caitlin menyanggah, "Gak gak. Kalau lo lagi butuh uang gimana, Kak? Kan gue yang gak enak,"
"Enggak kok,"
"Bohong," selidik Caitlin, sebetulnya berniat bercanda sih.
"Iya, hehehe,"
Mampus. Duitnya buat commuter ke kafe nanti...
"Enggak kok, gue masih ada tapcash sama kartu debit,"
Caitlin mendengus, merasakan sedikit keberanian. "Flexing-flexing mulu dah,"
Ketua BEM terbahak. Padahal tidak lucu juga.
"Jangan bilang lo ga bawa tapcash?"
"Kok bisa menyimpulkan begitu?" tanya Caitlib
"Kayaknya lo khawatir banget tadi tue ambil duit lo," jawab si laki-laki.
"Kabarnya gue pelit. Emang," ujar Caitlin tersenyum santai.
"Yaudah, kalo gitu. Gue line lo aja deh lain kali. Gue cabut," pamit Si Ketua.
Caitlin mengangguk, membiarkan laki-laki berbaju semi formal itu berjalan melewatinya. Sebelum entitas tadi jauh, Caitlin bertanya,
"Gak orasi, Kak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
retreat
Fanfictionft. christopher chandra bayuaji ───── "hierarki tertinggi dari move on itu bukan ketika lo berhasil melupakan, tapi ketika lo bisa memperlakukan dia sama seperti lo memperlakukan orang lain--entah itu as strangers atau as your friend. ya, intinya lo...