15

87 13 1
                                    

Kuliah siang ini tidak bisa membuatnya konsentrasi. Padahal mata kuliah yang membahas gender ini selalu membuatnya melek. Caitlin menggosok matanya.

Jam menunjukkan pukul dua tiga puluh. Seharusnya selesai sudah diskusi hari ini. Caitlin mengerling jam tangannya berulang kali. Mengecek barangkali ada yang salah dengan mesin kecil itu. Namun, sedetik kemudian dosennya pamit, mengakhiri sesi tanya jawab siang ini.

Jemari lentik Caitlin mematikan recorder yang memang biasa ia bawa untuk kuliah. Ia mengeceknya, kalau-kalau ada yang miss. Lalu, ia hanya menatap kosong bangku-bangku di depannya.

Gadis itu menunggu semua orang keluar kelas sembari mengikat rambutnya. Ia memainkan ponselnya; memainkan Subway Surf, mengabaikan siapapun yang mengiriminya pesan. Ia sedang tidak ingin bertemu siapapun hari ini. Bahkan Katy. Namun sepertinya denting terakhir membuatnya terusik.

line

tika
plis nanti ketemuan sama gue ya?
gue pusing bngt pingin nyerah, tp ini pilihan gue
gue harus gimana li :(
capek. fk capek bngt

remedial terus, gue capek. kenapa sih? perasaan gue udah belajar siang malem sampe bela-belain gak tidur kenapa remedial terus
gue pingin nangis

caitlin
nangis
nangis aja. tar temuin gue di kafe biasanya aja
atau gimana terserah lo
jam 7 gue berangkat

tika
oke
ares gak dateng, kalo lo nanya

caitlin
ga nanya
agagagagagaga
yyyyyy dah tidur aja sana
mumpung gak kelas kan lo
sombong tai

tika

tika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Caitlin menyunggingkan senyum kecilnya. Yah, setidaknya setelah bertemu Shafa nanti, ia bisa menemui Tika. Dengan begitu, ia berharap otaknya kembali sibuk seperti biasanya, tidak seperti sekarang. Kosong melompong tak ada niatan untuk diajak kerja sama.

Derap kaki Caitlin terdengar begitu sudah pukul tiga. Ia melengang keluar dari ruang kelas dan mendapati di luar hujan.

Ah tai anjing. Apes bener. Untung gue bawa payung.

Suara hujan beradu dengan suara mahasiswa-mahasiswi yang asyik berbincang, mengobrol, bersenda gurau. Caitlin menghirup aroma tanah basah yang menguar, ia merasa sendirian di tengah hamparan realita bejubelan umat manusia. Caitlin menengok ke suara berat yang memanggilnya. Hendri.

"Apa?"

"Komsifisip kumpul malem ini. Liat pengumumannya gak? Ada kerja sama sama Danus BEM FISIP. Nanti malem diskusi," jelasnya.

retreatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang