05

108 17 7
                                    

Salah satu ruang studio musik di selatan kawasan Late (belakang halte) sedang diisi sekiranya enam manusia biasa. Salah satunya adalah Caitlin Odelia. Ia, untuk empat hari ke depan, menggantikan Wistara, kibordis band Harienam yang kebetulan sedang menjalani trip ke luar kota tuntutan pekerjaan.

"Katanya cafenya mau lagu cinta-cintaan gitu," seseorang memulai diskusi.

Caitlin menyeringai kecil. "'Kan, lagu kalian semuanya lagu cinta? Sedih semua lagi?"

"Anjing," seseorang yang tadi memulai konversasi mengumpat. "Bener juga lo, Lin,"

"Eja. Lo aja yang nentuin lagu," ujar laki-laki berkepala botak. (maap)

"Sedih atau lagi kasmaran, sih, Bang?" tanya laki-laki yang dipanggil Eja tadi.

"Sesuai lo aja,"

Pintu studio musik itu menjemblang terbuka, memperlihatkan laki-laki berkaos hitam polos sedang membawa enam pasang stik drum di tangan. Caitlin dipastikan sudah tertawa terbahak-bahak kalau saja dia tidak ingat dirinya belum kenal dekat dengan drummer itu.

"Mereka udah request gak mau You Were Beautiful sama Congratulation. Dah sering, katanya. Yang penting cinta-cintaan aja," suara berat entitas berkaos hitam itu terdengar agak bergaung.

"Sialan," laki-laki yang paling tinggi menanggapi. "1 to 10 aja udah. Lagu baru juga. Terus apa lagi ya Deep in Love sama Say Wow atau Better Better. Tergantung mau sedih apa seneng anjir,"

"Kalau Malming* kayaknya seneng-seneng deh? Soalnya kafe kayaknya bakalan rame manusia-manusia pacaran," Caitlin akhirnya buka suara lagi.

"Kecuali lo,"

"Tai," umpat Caitlin sebal.

"Jul, menurut lo, mendingan Afraid doang atau Somehow juga dibawain?"

"Duh nanti ada yang relate kalau Somehow dibawain,"

Si drummer tertawa terbahak. Caitlin ikut tersenyum simpul karena mungkin itu sinyal bahwa Ardoni Yudhistira membuka pintu percakapan antara mereka berdua, semoga. Jujur, sedari Harienam masih manggung di kampus, Caitlin sudah ngefans dengan pemain drum satu ini.

"Caitlin nih pasti," ujar Doni setelah rentetan tawa berhasil terbungkam

"Gue mulu perasaan. Bang Julio juga padahal," tukas Caitlin menunjuk entitas paling jenjang di sana.

"Mana ada gue begitu," tanggap Julio.

"Dih, barusan kemarin lo bilang,---" kalimat Caitlin terhenti karena Julio sudah membekap mulut Caitlin dengan tangannya.

"Dah, yok mulai!" aba-aba Julio tiba-tiba. "1 to 10 aja, sekalian promosi lagu baru,"

"Oiya. Gue lupa. Jadi karena suara gue lagi gak fit, Julio juga. Jadi, Caitlin bakalan gantiin ngisi vokal,"

"Lah, gue doang? Kak Taruni engga?"

Yang dimention memberengut, tidak suka dipanggil dengan nama akhirnya. "Jangan panggil Taruni ah, kebiasaan lo, Lin,"

Caitlin cengengesan.

"Sana hari Sabtu ke Balikpapan, pulang," Eja menjawab.

"Oh, gitu..."

"Gimana, lo ga kenapa-kenapa, 'kan, Lin?"

"Engga kok, Bang,"

"Sat," sambung Julio tiba-tiba membuat seluruh isi ruangan tertawa, kecuali si objek bercanda.

retreatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang