DUA | The Rebilia

745 53 8
                                    

"She is a girl

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"She is a girl."

"Shut the fak up, mulut lo ember!"

"Stay chill, mau risoles?"

"Apa daya kalau ditawar risoles, okeh gue nggak jadi marah ke lo."

"Dasar gampangan."

Delia memberikan risoles hasil nangkringnya di cafetaria tadi kepada Jihan, cewek itu punya penampilan layaknya cowok boyband korea dengan potongan rambut pendek yang dia pomed sedemikian rupa hingga bikin kaum hawa oleng, wajahnya memang ganteng ditambah lagi dia selalu mengenakan seragam laki-laki ke sekolah, murid Welnusa tentu nggak bodoh untuk menilai jenis kelamin Jihan yang aslinya memang perempuan, tapi hari ini berbeda berhubung Welnusa sedang merayakan festival fair, murid dari sekolah lain diberikan akses masuk untuk berkunjung ke Welnusa dan mampir di acara stand ekstrakulikuler.

Bagi Jihan ini adalah kesempatan untuk pamer diri dan menggoda cewek dari sekolah lain. Semua berjalan mulus sesuai rencana, tapi mendadak berantakan semenjak Delia datang dan membongkar rahasia kepada beberapa gadis yang mengeruminya hendak meminta nomor telepon, she's a girl hanya dengan ucapan laknat itu, semua cewek langsung lari dan Jihan kehilangan kesempatan mendapatkan gebetan baru, ouh come on this is Welnusa, who cares if you like girls or boys, liberal and peace sistur.

"Jihan,"

"Berapa kali gue bilang panggil gue Jean! Mau gue eja J E A N!!! JEAN!!!" mulutnya masih sibuk mengunyah bikin beberapa serpihan risoles dari dalam mulut muncrat keluar dan bikin Delia bergedik jijik.

"Jorok!"

"Biarin!"

Yah anggap saja namanya berubah jadi Jean, entah nyambung dari mana, tapi semenjak masuk ke Welnusa, Jean merupakan teman satu-satunya yang Delia punya, itu karena mereka teman sekamar di asrama. First time, pertemuan mereka nggak bisa dikatakan damai, Delia suka ketenangan dan Jean sering mengganggunya dengan suara gitar listrik yang tiap malam ia setel, mereka cek-cok beberapa hari pertama bahkan Delia sempat minta pindah kamar namun tidak ada kamar kosong lagi waktu itu. Kalau saja Welnusa memperbolehkan muridnya tinggal diluar mungkin Delia sudah lari pesan kamar hotel. Proses keakraban mereka terlalu dramatis, sampai suatu ketika Jean memberikan cokelat kepada Delia sebagai ucapan maaf dan mereka seketika jadi dekat.

"Dasar gampangan." Begitulah respons Jean saat sadar Delia sangat mudah ditaklukan hanya dengan cokelat dua puluh lima ribu hasil merayu mbak-mbak Indomaret kemarin malam.

"Nah, so what you do?"

Jean mengarahkan pandangannya ke seluruh booth pameran ekstrakulikuler yang berderet panjang layaknya kartu domino dan memenuhi hampir seperbagian kawasan lapangan. Terhitung sudah tiga bulan mereka menjadi murid sekolahan elit dan setiap tahunnya Welnusa memang melaksanakan festival Welais fire, acara ini merupakan salah satu agenda rutin dimana murid kelas satu diberi kesempatan untuk mendaftar ke klub yang ia minati dengan konsep stand meriah agar proses perekrutan anggota baru terlihat lebih berkesan. Tak kelupaan tata panggung yang super besar, penampilan dari penyanyi terkenal hingga eksistensi murid sekolah lain yang hadir turut membantu jalannya acara super meriah ini hingga tiga hari kedepan nanti.

Welnusa School: The Winter Found His ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang