DELAPAN BELAS | Sang Rebilia Keempat yang Misterius

319 38 18
                                    

"Gue kenal seseorang yang ahli dalam bidang sejarah dunia, terutama soal sejarah kerajaan Eropa. Dia tentu akan bersedia membantu lo, dengan senang hati."

"Hm, siapa?"

"Rebilia keempat."

"Gue mau bikin kopi nih, lo mau juga nggak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue mau bikin kopi nih, lo mau juga nggak?"

Erion tengah memandangi keluar jendela transparan besar yang ada di ruangan rumah sakit. kacanya basah sebab sedang hujan badai, angin bertiup kian kencang seiring dentuman guntur yang menyambar dari langit gelap. Helaan napas panjang jadi respons Erion, sebelum cowok berambut putih itu mendelik ke arah sang Kakak yang lagi menyeduh kopi hitam, di depan dispenser. Tiga minggu mereka tak saling bertemu, dan kini Alfiander Gentara sudah punya kumis tipis di atas bibir, Erion jadi menduga-duga, stres versi apalagi si Abang tertua sampai lupa cukur bulu, padahal Fian itu jenis pria mehong kelas fakboy ibu kota, tentu penampilan nomor satu, dan biasanya kalau ia tampak amburadul berarti masalah pribadinya membludak.

"Gue mau, susu."

Fian mendongak, nadanya sentimental. "Erion."

"Hm?"

"Menurut gue, lo harus berhenti minum susu."

"Kenapa?"

"Lo mau bersaing sama monas hah? Lo nggak boleh tumbuh terlalu tinggi, yang ada ntar nggak bisa cebok di toilet jongkok. Kan nggak lucu bro."

"Emang nggak lucu, lo garing."

Fian berdesis, mulutnya monyong beberapa senti meski demikian ia memang selalu nyetok susu kotak di dalam rak, mengingat adiknya itu nggak demen minum kopi. Sebulan sekali, Erion pasti selalu datang ke rumah sakit untuk cek kesehatan dan Fian adalah psikiater yang bertanggung jawab, menangani penyakit Erion. Tak urung, Suster-suster sering dibikin jejerit histeris tiap kali Erion datang, itu karna dia punya wajah rupawan sampai bikin orang khilaf mata. Fian iri, karna dalam keluarga cuma Erion yang kelihatan beda sendiri. Paduan albinisme serta struktur muka kaukasoidnya berhasil membuat siapa saja shok mengetahui ada lho manusia yang tercipta sebegitu indah! Well, alih-alih kelihatan limited edition kayak sang adik, Alfiander Gentara selaku Kakak tertua, lebih kelihatan kayak bule pada umumnya.

Keluarga mereka punya silsilah darah Belanda, jadi jangan heran kalau tinggi Erion maupun Fian nggak masuk akal untuk seukuran orang Indonesia. Selain wajahnya yang kelihatan bule banget dan punya fisik bening ala-ala bihun rebus. Keluarga sering memanggil Fian, dengan sebutan fakboy Kasablanka. Sebab ia kerap kali gonta-ganti pacar dengan modal gantengnya pasca masih jadi ABG gaul dulu. Untungnya kebiasaan Fian nggak nurun ke si adik, tapi yang jadi masalah akhir-akhir ini Fian khawatir. sifat playboynya bisa turun ke anak semata wayangnya.

"Erion, lo sering-seringlah pulang ke rumah. Betah banget di asrama." Fian cemberut, ia melatakkan susu kotak ke atas meja untuk Erion, seraya ikut duduk menyeruput kopi buatannya.

Welnusa School: The Winter Found His ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang