ENAM BELAS | Tak Bisakah Kau Singgah di Hati Ini?

357 39 31
                                    

Dua hari belakangan, Erion rasa kesahatan tubuhnya menurun, ia demam tinggi dan sering muntah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua hari belakangan, Erion rasa kesahatan tubuhnya menurun, ia demam tinggi dan sering muntah. Juro bilang, coba dicek siapa tahu ada isinya sontak candaan tersebut bikin dia kena lemparan sendal jepit dari Erion. Jujur, Erion buka tipe orang yang sering sakit, ia punya golongan darah O. Kata orang-orang O itu tahan banting, tapi sekalinya sakit bisa kayak orang mau sakratul maut. And see, as imagine. Erion berasa hampir mati, selain banyak pikiran, istirahat yang nggak cukup mungkin penyebab utama ia sakit.

Sengaja untuk memulihkan diri, Erion nggak masuk sekolah. ketika ia rasa tubuhnya bisa diajak kerjasama, Erion pergi ke petshop buat beli makanan kucing. Meski ia sakit, Erion nggak mau kalau Anabul kesayangnya sampai ikut-ikutan lemes. Lantas setalah kembali lagi Erion mampir ke Cafetaria asrama, tempat makan khusus para penghuni asrama cowok. Keadaan nggak begitu ramai sebab siswa yang lain masih ikut kegiatan klub usai sesi pelajaran berakhir. Disana hanya ada beberapa orang termaksut, salah-satunya Mahendra Juro sang Kapten Basket yang entah kenapa bisa nganggur bentar padahal di lapangan anggota lain sedang latihan.

Erion dan Juro duduk semeja, jangan tanya alasannya apa? Karna udah jelas Juro yang datang menghampiri Erion lebih dulu. Erion sih mana mau mentransfer tenaganya sia-sia buat dengar celotehan ambyar Juro.

"Lo udah agak baikkan?" tanya Juro sambil mengunyah sesendok nasi ayam suwir dalam mulut.

Erion mengangguk.

"Baru kali ini gue liat lo sakit berhari-hari. Tumben, butuh surat izin lebih buat pelatihan klub? Bakalan gue kasih."

"Nggak perlu," Erion menggeleng. "Besok gue masuk."

"Oke." jede sejenak. Juro tampak ragu ingin mengatakannya namun ia putuskan untuk bertanya hati-hati. "Oh ya, soal... Rezel? Apa ada masalah?"

Pelan, Erion menghela napas berat. Ia melepaskan sendok lantas bersandar ke senderan kursi sembari menggaruk alis. "Niatnya sih gue pengen cerita sesuatu ke lo."

"Nggak terjadi sesuatu yang buruk kan?"

"Ini buruk."

"Soal apa?"

"Rezel tau soal Delia. Mungkin karna dia pikir cewek itu deket sama gue."

"Apa!?" Juro melotot. "Kok bisa?!"

Erion menggeleng, dia juga tak tahu darimana Rezel bisa kenal Delia dan dapat informasi secepat itu.

"Jangan bilang karna kepikiran soal itu, lo jadi sakit sampai sekarang?" Juro kenal betul sifat Erion, dia nggak bisa kebanyakan mikir. Sejak Erion punya riwayat trauma aneh, dia banyak mengkonsumsi obat penenang dan gampang overthinking hingga pengaruh ke kesehtannya.

Erion sendiri cuma mengalihkan tatapan ke arah lain, ia nggak bisa bohong. Salah-satu alasan ia sakit juga mungkin kebanyakan khawatir soal Delia. Rezel bukan seseorang yang bisa diabaikan keberadaannya gitu aja. Karna cowok itu pernah melakukan kesalahan fatal di masa lalu, Erion takut kalau orang-orang yang ada disekelilingnya bisa terkena dampak bahaya yang diperbuat Rezel. Kalau aja di Indonesia, melegalkan tindakan kriminal serupa membunuh orang, mungkin orang yang paling pertama Erion bunuh adalah Rezel, ia rela melakukan apa saja yang penting cowok itu musnah dari muka bumi.

Welnusa School: The Winter Found His ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang