LIMA | Rahasia Perahu, Badai dan Pelangi

404 44 10
                                    

"Oke! Aku terima tawarannya! Satu bulan akan aku bikin Erion kembali ke basket! Atau aku yang keluar dari Welnusa!"

Cordelia Ataya

Delia punya satu benda keberuntungan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Delia punya satu benda keberuntungan.

Saat ia gelisah, Delia pasti akan membawa buku berwarna cokelat usang, ukurannya tak terlalu besar layaknya buku diary pada umumnya, sampul buku terkesan polos dan hanya ada satu stiker hewan Manul di tengah. Setiap kali Delia memegang buku tersebut hatinya seolah tenang tak lagi beriak, isinya cuma coretan tangan, gambar-gambar acak dan beberapa tempelan daun kering. Sambil diiringi alunan musik dari lagu Musiq Soulchild berjudul Love, Delia bergumam kecil mengikuti lirik dan melihat-lihat kembali isi buku, semua tulisannya lucu mengingatkan Delia pada masa lalu.

"Honey."

Delia mendongak, menemukan Jean yang tengah berjalan ke arahnya sambil memamerkan senyum lebar. "Mau gue kasih tahu sesuatu yang menarik?"

"Oy baps! How many times have I told you not to call me like that." Delia melepaskan earphone dari telinga. "Orang-orang sampai ngira kita pacaran tau!"

"Oh come on, don't be mad. I'am just kidding."

Delia menggelengkan kepalanya, hendak memasang lagi aerphone ke telinga sebelum Jean duduk diatas mejanya sambil menyermik jail. "I have a big news for you, something news like you gonna be ants in your pants."

"Me? Are you sure?"

Jean mengangguk. "Barusan gue lewat e-mading, dan gue liat nama lo ada disana."

Delia menutup buku, dan melepaskan aerphone. "Nama aku?"

Jean mengangguk lagi. "Yaps, hari ini kan pengunguman untuk anggota yang lolos di klub yang mereka daftar, dan gue sengaja cek nama lo di tim basket, ternyata lo... WOY GUE BELUM ABIS NGOMONG! DELIAAA!!!"

Sayangnya sebelum mendengar ucapan sang teman, Delia telah lebih dulu beranjak meninggalkan Jean. Buru-buru Delia langsung keluar dari kelas, berlari sepanjang selasar koridor dan beberapa kali sempat menabrak orang, spontan ia segera meminta maaf. Napasnya ngos-ngosan, berusaha mengatur pasukan oksigen sebelum masuk menerobos kerumunan murid yang berkerumun di depan e-mading.

Mata Delia tak bisa tenang, ia Mengamati setiap deretan nama yang muncul di layar mading, percayalah e-mading yang dimaksut adalah sebuah benda segede gaban dengan layar tipis layaknya televisi 100 inch, lengkap dengan touch screen dan ditempatkan pada titik-titik tertentu di setiap gedung. Awal masuk ke Welnusa juga Delia sempat udik sesaat. Hillbilly honestly, bahkan waktu sekolah di California nggak ada tuh rupa mading yang modelnya kayak proyektor rapat PBB macam punya Welnusa, katanya sih yang menciptakan teknogi e-mading ini adalah anak-anak klub penelitian Welnusa angkatan lima tahun lalu.

Welnusa School: The Winter Found His ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang