SEMBILAN | Sakura dan Kupu-kupu

330 41 16
                                    

"Delia, kan suara kamu bagus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Delia, kan suara kamu bagus. Kenapa nggak gabung klub padus aja sih?! Ngapain juga ikut basket?! Kalau kamu mau, Mas punya kenalan produser, dia bisa bikin kamu jadi penyanyi terkenal."

Delia menggaruk tenguk, dihiasi cengengesan. "Nggak apa-apa, aku emang sukanya di basket kok."

"Bohong."

"Ha? Beneran kok. Sumpah."

"Bakat kamu tuh nyanyi, ngapain join klub basket?" Bintang mendengus kencang. "Apa karena... pesen kakak kamu sebelum dia meninggal?"

Untuk beberapa detik Delia terdiam, berhubung Delia punya waktu luang diakhir pekan ia memutuskan untuk menghubungi mas Bintang via video call. Rada kalanya pria itu peduli meski bawel dan sedikit pemaksa. Bintang adalah teman sekelasnya Caleo dulu waktu sekolah di Welnusa, saat ini dia berprofesi sebagai wartawan salah-satu perusahaan swasta ternama. Minatnya khusus untuk olahraga, sering menulis artikel mingguan tentang Caleo dulu, aktif dalam liputan sporty dunia hingga demen bikin event ala-ala untuk para atlet nasional.

Nggak ada sejarahnya, Bintang itu ketinggalan informasi. Mulai dari rahasia negara sampai kapan perang dunia ketiga pecah, kayaknya Bintang tahu semuanya. Pria itu layaknya brangkas mahal, yang dalamnya penuh surat wasiat penting.

"Oh ya, sori nggak bisa datang ke nikahan mas Bintang kemarin, aku sekolah. Happy wedding dan salam ke Istri mas Bintang ya."

Tampak Bintang mengukir senyum dari layar laptop Delia. "Thank you Delia, tapi kamu belum jawab pertanyaan aku lho. Jangan mengubah topik, manis."

Delia tersenyum tipis, ia menarik napas dalam-dalam sebelum menyandungkan sebait alunan nada.

I still keep your picture frame on the side of my bed

Acting like I'm good but I can no longer pretend

Keeping myself busy trying to find something to do

But everytime I dressed on
That would brings me back to you

Delia mengakhiri harmoninya dengan gelak geli. "Udah tuh, aku nyanyinya buat mas Bintang aja."

Bintang kelihatan memegang dadanya dramatis, suara Delia memang tidak ada obatnya, terlalu syahdu hingga bikin bulu kuduk Bintang meremang. "Kamu ya, masih jago aja ngerayunya. Istri mas bisa cemburu nanti."

Delia tertawa kencang, bikin Jean yang lagi asyik baca komik di atas ranjang menoleh sejenak.

"Changes, Jeff Bernat. Lagu kesukaannya Caleo, selain itu ada i'll never love again dari film the star is born." Ucap Bintang mencoba mengingat-ngingat. "Gimana kalau nyanyi i'll never love again sekarang hm?"

Delia menunduk, membingkai senyuman kikuk. "Aku... Belum bisa,"

"Belum bisa?" raut muka Bintang berubah cemas, kelihatan bersalah. "Sorry, mas kira kamu sudah bisa lupain semuanya pelan-pelan."

Welnusa School: The Winter Found His ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang