TIGA PULUH TIGA | Megahnya Dunia Kebohongan

217 29 17
                                    

"Kyra!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kyra!!!"

Rezel berteriak kencang, punggung Kyra semakin lama melangkah kian jauh. Gadis berambut sebahu itu berjalan ke arah jurang curam, jika tidak dicegat dia akan mati. Rezel sekuat tenaga mengejar, namun kakinya terasa berat dilahap lumpur.

"Kyra! Aku mohon! Tetap disana!"

Cahaya putih mendominasi dari langit, sejenak Kyra berbalik menatap Rezel yang masih berusaha meraihnya. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari Kyra, namun ia tersenyum simpul, wajahnya sangat berseri-seri diantara terangnya sinar matahari.

"Kyra! Jangan!" Rezel menggeleng, matanya memerah. "Aku minta maaf, maaf Kyra. Maafin aku hm maaf! Aku mohon jangan kesana."

"Rezel... aku... nggak pernah menyalahkan kamu." gumam Kyra, bikin Rezel menunduk dengan mata yang telah sembab.

Senyum Kyra tak pernah pudar sampai detik berikutnya Kyra menjatuhkan dirinya sendiri ke dalam jurang yang dipenuhi awan tanpa dasar.

"KYRAAAA!!!!

Teriakan tersebut membuat Rezel langsung bangun dari tidur, napasnya memburu dan begitu dia sadar ternyata setetes air mata jatuh membasahi pipi.

"Den, kamu nggak apa-apa?"

Rezel sontak mendongak, dia baru sadar kalau ibu pengasuhnya sedang berdiri menyibakan gorden jendela sambil memandanginya penuh khawatir. Ternyata pagi telah menyapa, Rezel harus segera bersiap-siap untuk ke sekolah.

"Hm, aku nggak apa-apa." ujarnya, menyibakan selimut lalu berdiri dari kasur.

"Mimpi yang sama lagi?" badan Rezel basah oleh keringat, pengasuh makin khawatir padahal kamar Rezel cukup dingin karena AC. "Kamu nggak mau ke dokter aja? Mimpi burukmu makin parah, den."

Rezel menggeleng pelan, ia tersenyum lembut. Selama ini ia bersyukur karena masih ada Ibu pengasuh yang khawatir. "Aku sehat kok, nggak perlu cemas kayak gitu."

"Tapi kan———"

"Aku mandi dulu, minta tolong abis ini panggilin Bee ke kamarku ya bu."

Akhirnya ibu pengasuh hanya mengembuskan napas resah. "Iya den."

"Ah, hari ini tolong sarapanku diantar ke kamar juga."

"Lagi?!" Ibu pengasuh melotot. "Mau sampai kapan kamu nggak mau ketemu Bapak?!"

Sayangnya Rezel sudah lebih dulu masuk ke kamar mandi lalu menutup pintu rapat. Ibu pengasuh hanya bisa menggeleng sembari mendumel dengan kalimat, "tuh anak hadeehhh."

Tak butuh waktu lama bagi Rezel membersihkan diri, 15 menit kemudian ia keluar dengan kondisi segar, sarapannya sudah tersaji di atas meja sambil mengenakan seragam sekolah, cowok berambut legam itu menyalakan televisi. Hal pertama yang Rezel cari adalah liputan berita terkait Ayahnya yang sedang sibuk memperbaiki citra ke masyarakat untuk pemilihan presiden mendatang.

Welnusa School: The Winter Found His ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang