Musik klasik dari speaker yang ada di sudut studio mengalun. Gadis yang mengenakan leotard merah muda, dipadukan rok tutu dengan warna senada sedang menari. Ia berjinjit, berputar, dan melompat. Tangannya melingkar ke depan dan ke belakang. Kadang juga bergerak menyerupai sayap burung yang mengepak.
Tiba-tiba, ia terjatuh. Bahunya naik turun, mungkin kelelahan. Tidak lama, isakan lolos dari mulutnya. Seluruh tubuhnya tampak seakan bergetar. Air matanya bercampur dengan keringat.
Ia tidak pernah merasa kalah seperti itu. Di segala kompetisi, ia selalu menyabet juara. Namun, kenyataan yang ia dengar seperti menjatuhkan posisinya yang selalu berada di atas awan.
*.*.*.
Panggung pentas telah dihiasi sedemikian rupa. Tamu-tamu telah duduk sedari tadi. Menyaksikan penampilan-penampilan istimewa, persembahan siswa-siswi SMA swasta kenamaan di Jakarta. Acara itu digelar untuk pelepasan kelas XII yang telah lulus.
Arora duduk di kelasnya. Ia memasang pointed shoe berbahan satin. Rambutnya digelung dengan mahkota kecil di puncak. Sebagai balerina yang menang di kompetisi nasional, ia telah mengharumkan nama sekolahnya. Untuk pelepasan hari itu, Arora akan menampilkan Odette, pada bagian the dying swan.
"The beautiful Odette." Lelaki dengan jaket kulit baru saja masuk ke dalam kelas. Ia mengambil tempat di bangku depan Arora. "Gugup?" tanyanya.
"Ya, sedikit," jawab Arora, kedua tangannya saling meremas.
"Kamu sudah sering tampil di panggung besar. Masa di panggung sekolah sendiri gugup."
Bukan panggung atau penonton yang membuat Arora gugup, melainkan rencananya setelah penampilan berakhir. Semua sudah ia siapkan sangat matang.
"Di mana Ethan?" Lelaki yang akrab disapa Jojo itu mengeluarkan ponsel. Menekan tombol beberapa kali, seperti mencari.
"Agak telat. Dia tadi BBM aku." Arora menjawab.
"Sebelum aku ke Taiwan, liburan, yuk!" ajak Jojo. Pandangannya mengekor pada Arora yang sedang melakukan gerakan peregangan kaki di depan papan tulis.
Setelah melakukan beberapa gerakan, Arora meraih sebotol air di bangkunya. Dua teguk air putih mengaliri kerongkongan gadis itu. Ia kemudian beralih pada Jojo yang mulai sibuk dengan aplikasi BBM-nya.
"Kita memang butuh liburan setelah ujian selesai," sebut Arora. Ia mendongak, menatap langit-langit ruangan yang berwarna putih. Bisa ia bayangkan indahnya liburan bersama Jojo dan Ethan, apalagi jika rencananya berjalan lancar.
"Jo, can you do me a favor?" pinta Arora, dan langsung disanggupi oleh Jojo.
"Aku mau kamu dan Ethan datang ke taman belakang sekolah setelah aku tampil."
"Anything else, Miss?"
Arora menggeleng sebagai jawaban. Rencananya untuk menyatakan cinta pada Ethan akan segera terlaksana. Ia yakin rasanya bersambut. Teman-temannya bahkan sering mengejek ia dan Ethan adalah pasangan karena kedekatan mereka. Jika melihat bagaimana Ethan memperlakukannya, semua orang pasti akan berpikir kalau mereka memang sepasang kekasih.
"Ayo, sebentar lagi waktunya kamu tampil." Jojo meraih satu tangan Arora. Menggenggam, dan menarik pelan menuju panggung.
Sorak dan tepuk tangan memenuhi aula setelah penampilan salah satu band selesai. Penampilan selanjutnya adalah dua lelaki karateka dengan sabuk hitam. Keduanya berduel, saling menjatuhkan di atas matras biru. Arora akan tampil setelah pertunjukan karate itu.
Mata Arora membesar kala menatap lelaki yang mendekat ke arahnya. Senyum menghiasi wajah lelaki yang sedang menggandeng perempuan berambut sebahu.
"Hai, maaf, aku telat," ucap Ethan begitu tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Antagonist (Completed)
RomanceBagi Arora, Ethan adalah satu-satunya cinta. Namun, Ethan hanya menganggap Arora sebagai adik kecil. Jika tidak sanggup menjadi Odette, Arora akan menjadi Odile. Ia harus memiliki Ethan, walau dengan tipu muslihat.