Sad Truth

2K 58 0
                                    

“Banyak hal yang terjadi di luar kuasa kita, seperti memilih untuk terjatuh pada siapa.”

*.*.*.

Malam semakin larut. Sudah tiga jam Ethan kelimpungan mencari Arora. Saat menelpon ibunya, ia mengetahui bahwa Arora sudah pulang sejka sore tadi. Namun, hingga kini belum tampak batang hidung perempuan itu. Jam makan malam telah lewat, makanan yang disiapkan oleh Ethan telah mendingin bersama lilin yang meleleh. Rasa takut tiba-toba menderanya, khawatir jika terjadi apa-apa terhadap istrinya.

Malam ini seharusnya menjadi malam di mana Ethan bisa mengakui segala perasaanya yang lama terpendam kepada Arora. Ia telah menyiapkan segalanya, bahkan cincin yang baru untuk mengganti cincin pernikahan palsu mereka. Ia ingin memperbaiki segalanya dan memulai kehidupan rumah tangga yang sesungguhnya dengan Arora.

Bunga mawar merah, lilin, dan dua porsi steak yang dipesan oleh Ethan di restoran tersaji di meja makan. Seharusnya dirinya dan Arora makan malam romantis, tetapi entah kenapa perempuan itu tidak kunjung kembali. Sudah berkali-kali ia mencoba menghubungi Arora dan masih tetap saja hanya suara operator yang terdengar. Ketakutan bahwa Arora bisa saja sedang bersama Jojo mendatangi Ethan sejak tadi. Lelaki itu juga telah dihubunginya, tetapi sama saja, tidak aktif. Ia ingin berpikir positif, tetapi kepalanya dipenuhi bayangan Arora dan Jojo yang sedang bermesraan.

Sungguh, Ethan tidak akan mampu melepasakan Arora untuk Jojo. Ia sangat mengenal temannya itu, lelaki yang menganggap perempuan seperti baju. Arora pantas mendapatkan lelaki yang lebih baik daripada Jojo. Itu adalah dirinya.

Setelah apa yang Ethan lakukan pada Elvina, ia juga tidak bisa diangap lelaki yang baik. Namun, ia yakin bisa menjamin kebahagiaan Arora. Ia akan  menjadikan perempuan itu sebagai perempaun yang paling berbahagia, itu janjinya pada diri sendiri begitu memiliki Arora sepenuhnya,

Kaki Ethan menghentak-hentak pelan di lantai, tangannya mengepal di atas paha dan sesekali dipukul-pukulkan tidak sabaran. Pantatnya sudah panas karena terlalu lama duduk untuk menunggu. Ia lalu menoleh ke arah pintu saat deritnya terdengar pelan.

Ethan berdiri dengan cepat setelah melihat sosok Arora yang baru saja datang. Wajahnya menyunggingkan senyum lega karena yang ia tunggu telah datang. Makan malam yang telah ia siapkan memang telah gagal, tetapi pernyataan cintanya tidak akan gagal, apa pun yang terjadi ia akan tetap menyatakan perasaannya pada Arora.

“Kamu sudah pulang?” Pertanyaan klise yang sebenarnya tidak perlu ditanyakan. Itu hanya basa-basi agar gugup yang dirasakan Ethan sedikit berkurang. Saat merangkai kata, ia terdengar sangat mahir, tetapi setelah Arora ada di depannya, semua kata yang telah ia buat dengan indah menguap begitu saja.

Tidak ada jawaban dari Arora. Perempuan itu bahkan tidak melirik pada Ethan. Ia terus melangkah melewati lelaki itu. Wajahnya tampak pucat dengan kedua tangan saling meremas. Melihatnya, Ethan mengernyit. Tidak biasanya Arora bersikap seperti itu.

“Arora, ada apa?” tanya Ethan yang mengikuti Arora. Ia tahu bahwa telah terjadi sesuatu pada perempuan itu,

Arora masih membisu dan terus melanjutkan langkah. Tidak ingin tinggal diam dan berbicara oada keheningan, Ethan menahan Arora. Ia mempercepat langkahnya dan menghadang perempuan itu. Diangkatnya dagu Arora agar dapat menatap lebih seksama dan ia melihat wajah sembab istrinya.

“Ada apa? Bicara sama aku,” pinta Ethan lembut.

“Aku mau sendiri,” ucap Arora sebelum berlalu dan membiatkan jemari Ethan terjatuh dari dagunya.

Banyak tanya melayang dalam benak Ethan, mengenai sikap Arora yang tiba-tiba aneh. Siang tadi mereka baik-baik saja. Masih ia ingat senyum perempuan itu sangat indah saat membelanya di depan Tista, lantas mengapa kini Arora sangat dingin dan sedih? Jika itu semua karena Jojo, ia bersumpah—tidak akan peduli jika temannya itu menjual tampang—akan ia hancurkan wajahnya.

The Antagonist  (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang