"Kala itu langit mendung, aku melihatmu duduk bersama awan yang siap untuk menangis."
*.*.*.
Arora bergerak sedikit di dalam selimut. Ringisan pelan keluar dari mulut setelah merasakan sakit seakan ada gendang bertalu-talu di kepalanya. Saat membuka mata, pandangannya berkunang-kunang. Seakan ada sesuatu yang menutupi matanya.
Badan Arora bergerak lagi. Tangannya diregangkan, tetapi terhalang sesuatu yang ditebak olehnya merupakan tubuh seseorang. Beberapa skenario buruk telah bermain di kepalanya. Matanya yang tadi terpejam membuka selebar-lebarnya.
Arora yang hampir teriak begitu mendapati lelaki sedang berbaring di sampingnya mengatupkan mulut. Meski hanya melihat tengkuk dan rambutnya, ia tahu siapa lelaki itu. Matanya memejam kembali. Saatnya untuk pura-pura tidur. Jojo memang tidak pernah mengecewakannya.
Tiba-tiba gedoran pintu terdengar. Bisa Arora rasakan pergerakan dari tubuh di sampingnya. Ia mengintip dengan mata terbuka sedikit. Tampak Ethan yang sudah berdiri, berjalan lemas menuju pintu.
"Ethan! Arora!" teriak perempuan yang baru saja masuk setelah Ethan menyingkir sedikit. "Apa-apaan kalian!"
Dalam kepura-puraan, Arora membuka mata pelan. Tangannya memijat kepala sambil meringis.
"Ta-Tante," lirih Arora. Ia lalu menunduk menatap dirinya yang hanya ditutupi kaos kebesaran milik Ethan. Pikiran Tista yang baru datang pasti sudah melanglang buana.
Ia kegirangan dalam hati, tetapi wajahnya tetap dijaga untuk tampak kebingungan. Setelah berusaha berdiri, ia hampir menjatuhkan diri lagi. Mulai berlagak sempoyongan akibat minuman keras yang sudah ia minum semalam.
Kepala Arora berbalik ke kanan dan kiri, seakan mengamati. Keningnya mengerut dan alis yang saling mendekat.
"A-aku di mana?" Ia berlagak lupa ingatan. Padahal, semalam ia tidak minum banyak.
Ia memang mabuk, tetapi kejadian semalam masih jelas di benaknya. Bagaimana Ethan berusaha untuk memapahnya, hingga akhirnya tubuhnya dibopong untuk masuk ke dalam apartemen.
Arora juga tidak mungkin lupa bagaimana ia terus memanipulasi Ethan, hingga ia bisa merasakan jejak bibir lelaki itu di bibirnya. Hangat, manis, dan memabukkan, begitu ia mendeskripsikan sentuhan Ethan. Tidak ada yang berlanjut setelah ciuman itu. Ia hanya memilih merengkuh hangat Ethan dalam pelukan, agar bisa mendengar detakan yang ia sukai.
"Ini gak seperti yang Mama pikirkan." Ethan membela diri begitu Tista mencecarnya dengan anggapan bahwa memanfaatkan Arora saat mabuk.
Ingin berlagak seperti malaikat, Arora membela, "Iya, Tante. Sepertinya Ethan memang cuma membantu." Ia lalu berbalik pada Ethan, dan bertanya, "Semalam aku pergi sama Jojo, apa dia yang nelpon kamu?"
Ethan mengangguk. Keduanya lalu menatap Tista yang tampak berpikir. Ada gurat senyum di bibir Tista, tetapi tidak ditampakkan secara jelas. Ia menatap Ethan dan Arora bergantian.
"Kalian harus menikah," sebut Tista.
Mendengar ucapan ibunya, Ethan langsung menolak. Beranggapan bahwa tidak ada alasan yang mengharuskan ia menikahi Arora. Semalam ia hanya membantu Arora. Selain itu menikahi perempuan yang ia anggap sebagai adik membuatnya merasa berdosa.
"Sejak kapan Mama membesarkan anak pembangkang seperti kamu?"
Ethan seketika terdiam. Ia lalu menunduk, tidak berani membalas tatapan marah ibunya. Hingga kapan pun, ia tidak akan memiliki nyali untuk melawan kehendak Tista.
"Ini tidak seperti yang Tante sangka. Kami hanya ...." Arora masih berusaha untuk menunjukkan keberpihakan pada Ethan. Pada kenyataannya, hatinya tertawa. Ia sudah mengatur segalanya. Itu sebabnya, ia meminta Jojo untuk membuat Tista datang ke apartemen itu. Ia tahu bahwa Tista akan memaksa Ethan menikahinya. Sejak dulu ibu sahabatnya itu selalu berusaha menjodohkan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Antagonist (Completed)
RomanceBagi Arora, Ethan adalah satu-satunya cinta. Namun, Ethan hanya menganggap Arora sebagai adik kecil. Jika tidak sanggup menjadi Odette, Arora akan menjadi Odile. Ia harus memiliki Ethan, walau dengan tipu muslihat.