Beban keluarga

80 27 36
                                        

Happy Reading All, Don't Forget To Vote And Coment! Thanks.

Mentari menyorot jendela kamarnya, entah hari ini, rumahnya terlihat sepi tidak ada suara prabotan pecah atau suara bising seperti biasanya.

"Pada mati?" Aletta bangkit dari ranjangnya, bersiap membersihkan diri.

Drettt.
Dering ponsel menghentikan niatnya.

"Aletta! Buruan kamu ke rumah sakit, Papamu di ICU." Laki-laki di seberang sana terlihat panik.

"A-apa?!"

🥀🥀🥀

Plak.
Tidak usah terkejut, ini sudah terbiasa bagi Aletta.

"Kamu, ya. Sama aja kayak Mama kamu. Gak tau diri!" Cemoh wanita di hadapannya.

"Iya, Bi. Maaf, tadi Lett—" belanya, namun tidak berhasil.

"Apa? Kesiangan. Tidur terlalu malam? Udahlah, basi. Mamamu juga, uang dari jerih payah Papamu cuma buat  foya-foya, dia kira nyari uang gampang?"

"Kamu juga, cuma jadi beban keluarga. Anak gak bisa diandalin. Liat sepupu-sepupumu itu. Ah, bukannya...." seseorang di belakang sana menyenggol lengan bibi Aletta, agar tidak membuat kegaduhan.

Aletta hanya bisa menunduk tanpa sepatah-katapun. Hatinya meluap di dalam sana, sakit.

Apa maksud bibinya itu? Beban keluarga? Apa selama ini Aletta mereka anggap sebagai beban keluarga?

Tak mengapa, ia akan mencerna kata-kata itu dengan baik, menerimanya kedalam otak, untuk ia jadi-kan pelajaran.

RAPUH [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang