Happy Reading All, Don't Forget To Vote And Coment! Thanks.
Sepulang dari sekolah Aletta segera menuju ke rumah sakit untuk memastikan kondisi Papanya.
Ia berjalan angkuh entah kenapa akhir-akhir ini kepalanya selalu terasa pusing tubuhnya selalu bergemetar.
Aletta menatap sendu ruangan Papanya yang dijaga ketat oleh dua orang berperawakan besar.
"Permisi, izinkan saya masuk," ucap Aletta dengan sedikit memohon.
Di ujung sana terlihat Bibi dan sepupu-sepupunya yang berjalan menghampirinya.
"Masih berani ya, kamu ke sini!" cerocos Heni tak suka.
"Bi, tolong izinkan Aletta masuk, Aletta ingin bertemu Papa."
Aletta sudah tidak sanggup menahan air matanya yang sedari tadi meronta ingin keluar.
Ia berjongkok memohon-mohon kepada Bibinya, dengan tanpa belas kasih Heni menyaduk Aletta membiarkannya terkapar di lantai.
"Rasain itu!"
Aletta menatap kaki mereka yang mulai memasuki ruangan Papanya. Ia bangkit kemudian menuju jendela kaca ruangan itu.
Hatinya sangat tertusuk, melihat mereka bisa sedekat itu dengan Papanya sedangkan dirinya yang jelas-jelas anak kandungnya sedikitpun tidak boleh menemuinya.
Aletta meninggalkan rumah sakit. Hujan menguyur jalanan, Aletta membiarkan tubuhnya dihantam air hujan untuk saat ini.
"TUHAN, TOLONG DENGAR ALETTA. ALETTA MOHON!" rintihnya di tengah derasnya hujan.
"Banyak orang bilang, keluarga adalah segalanya. Keluarga adalah pelindung. Keluarga adalah penyemangat. Namun, keluarga Aletta di mana? Pelindungan serta kasih sayang itu di mana? Aletta tidak menuntut apa-apa ...."
"Aletta hanya butuh pelindung, Aletta butuh pelukan hangat mereka. Udah itu aja, Aletta tidak minta yang lain, Tuhan. Jika boleh, lebih baik Aletta pergi ke pelukan Tuhan. Aletta di sini seperti orang yang di asingkan. Apa aku boleh menyerah sebentar saja?"
"Boleh ...." lontar seseorang di belakang Aletta.

KAMU SEDANG MEMBACA
RAPUH [On Going]
ContoRAPUH [NEW] [Welcome And Happy Reading All!] Cover By: Taryuni_ Keluarganya utuh, hanya saja perlindungan dan kasih sayang tak pernah berpihak padanya. Dari masih bayi-hingga menjadi dewasa, seperti sekarang, ia hanya mendengar kata-kata yang tak pa...