Tatapan

47 13 6
                                    

Happy Reading All, Don't Forget To Vote And Coment! Thanks.

Aletta menikmati secangkir kopi panas, di sebuah Cafe. Ditemani guyuran hujan yang membasahi aspal jalanan.

Ia merapatkan hoodie-nya. "Mama kemana, sih?" Aletta memijat pelipisnya, rasa penat memenuhi kepalanya.

Alvan berjalan dari arah luar Cafe dengan tangan Armanda yang mengeggam Alvan. Aletta memperhatikannya sebentar, kontak matanya berhenti di satu titik ketika mereka saling bertatapan.

Cukup lama, Armanda mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Ia lirik Aletta di ujung sana, matanya menatap Aletta tak suka.

Tatapan yang mengesankan.

"Al, kamu liatin, dia?!" Tanya Armanda dengan nada sedikit tinggi.

"E-eh, gak kok," cicit Alvan terbata.

"Buruan, pesan menu!"

Aletta mengotak-atik ponselnya, menelfon Mamanya berkali-kali. "Udah dua hari Mama nggak pulang."

Aletta berdiri, mengangkat telefon dari seseorang.

"...."

"Aku masih terjebak hujan, Kak."

"...."

"I-iya, aku tunggu."

Aletta kembali duduk, manarik nafasnya dalam, kemudian membuangnya perlahan. Ia merebahkan kepalanya di meja.

Alvan sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Aletta. Mata Aletta begitu membiusnya. Armanda bergeming kesal.

"Al, kenapa, sih? Liatin dia terus? Dia adik kelas kita, ngapain liatinnya kayak gitu banget?" Sinis Armanda.

"Emang kenapa? Ada masalah?" Sarkas Alvan santai.

"Kamu, ya, Al. Gak punya hati banget, kamu gak liat aku ada di sini? Jahat kamu!"

Armanda bangkit kemudian berlari keluar, ia tak lupa menyaduk kecil kursi Aletta, memberinya tatapan benci. Aletta bingung, ada apa dengan kakak kelasnya, itu?

Alvan ikut bangkit, memperhatikan Aletta yang terlihat bingung, kemudian berlalu.

Aneh. Pikirnya.

RAPUH [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang