Mengalah

25 10 0
                                    

Happy Reading All, Don't Forget To Vote And Coment! Thanks.

Alvan Zeero Eloin POV:

Gua tergesah-gesah mencari keberadaan ponsel yang tak ada dalam genggaman. Dengan panik, gua masuk ke Cafe kembali, untuk memastikannya.

Baru selangkah memasuki Cafe, pemandangan tak enak membalur seluruh mata. Riuh, surakkan dari pengunjung Cafe. Gua hanya bisa melihat di ujung pintu.

Menahan emosi yang melunjak-lunjak, membiarkan semuanya teramati oleh mata.

Sepersekian detik, akhirnya mereka hening, dibarengi laluan gadis yang mulai lenyap dalam tatapan kosongnya.

Laki-laki di ujung sana. Yah, gua mengenalnya, sangat mengenalnya. Dia bersikap acuh, gua pun sepertinya. Namun, hati gue tidak, entah ini terlalu lebay untuk dijelaskan.

Melampiaskan amarah gua ke dinding, mungkin akan sedikit membuat perasaan lega. Gua mulai mengepalkan lima jemari, bersiap menonjok dinding. "Kenapa, dia selalu merebut milik gue?!"

Gue, tahu. Gue di sini bukan siapa-siapa, gue cuma orang yang sekedar hadir di saat lo butuh seseorang yang mau mengerti.

Sedikit memberi kata-kata sampah yang mungkin sama sekali tidak pernah kau dengar. It's oke, gue maklumi. Tapi di sini gue seakan dibuat mundur, bahkan oleh orang terdekat gue.

Lagi-lagi, gue harus mengalah. Merelakan angan yang telah gue rangkai dengan sedemikian rupa. Gue, mengalah. Itu 'kan, mau mereka?

RAPUH [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang