DPD 1O

132 13 1
                                    

Tepat pukul 8 pagi gua siap dan tinggal nunggu jemputan. Tapi apa yang gua dapet, Sama sekali ga dijemput. Akhirnya gua naik bus kota juga.
Sesampainya gua sama sekali ga ngelihat ada alif atau siapapun dikedai. Cuma ibu warung aja.

Gua duduk dibangku dekat jendela dan nelfon alif. Padahal orangnya ada didepan guaa.

"Loh alif, sejak kapan??"

"Sejak lo hadir dalam hidup gue"

"Gombal!"

Sreett!

Seseorang menarik bangku kosong disamping gua. Gua berusaha liat wajahnya dan dia juga ikut kesini.

"Hai mel!!"

"Lo kok ada disini juga dil?"

"Kan kedai ini milik gue, ya wajar lah kalo ada gue"

"Iya iya"

"Danish juga disini?"

Saat gua liat dia, Jadi kebayang kata-kata Nanda beberapa hari lalu. ㅡ"gue suka!". Ga mungkin banget kalo gua khawatir dan jealous kayak gini.

"Coki juga handal dalam politik. Kali aja dia nyelesain masalah ini" Balas alif sambil membuka laptopnya.

"Oh gitu" Gua ngangguk-angguk kecil dan mulai bahas semuanya.

📑


"Kita buat promosi aja Lif, kebetulan ini kasus yang sama. Nanti kita promosi dibazar berkah, dan nanti hasilnya bisa buat nebus butik thalia lagi. Gimana menurut kalian??" Jelasnya dengan wajah kayak abis ujian, tegang tegang gimana gitu

Namanya juga abis mikir, cara mikirnya orang gantengg kayak gini yaallah.

"Setuju, thalia gimana?"

"Nama lo ganti mel?"

"Kan emang namanya thalia" Kata Danish yang masih melihat laptopnya

"Kalo sama keluarga dipanggil Thalia, terserah sih, dan Alif, gue setuju sama pendapat Danisha"

"Danish!!" Ucapnya dengan lantang namun masih mengutik keyboard laptop

"Tuhkan bener, jiwa ekonomi Coki tuh berguna banget buat nusa dan bangsa."

"Apaan sih lo" ucapnya terkekeh dan menepuk pelan pundak temannya itu.

Gua ngeliat dia lagi. Kenapa rasanya makin dalem Dan deg deg an??? Malahan hampir kecanduan gua ngeliat dia.

GAK! GAK BOLEH! GUA GABOLEH KENAL COWOK DULU.

Setelah musyawarah, alif izin keMinimarket. Dan tinggalah gua sama dia. Yang cuma celingak-celinguk kayak kipas.

"Ki?" Gua perlahan buka obrolan. Terus dia cuma mandang gua sekilas.

"Kenapa panggil 'COKI'?"

"Dingin banget, hidup dimana sih???"

Gak ada jawaban dari dia. Gua nenggelamin wajah ditangan yang gua tekuk siap dimeja. Setelah itu dia malah pergi dan ninggalin gua bareng makanan yang baru aja dateng.

"Kamuu tau kalo aku danerss nish!!" Kata gua yang masih didalem dekapan sendiri.

Terus gua duduk seperti awal dan kaget, hantu bapak bapak itu ada didepan gua dengan wajah suramnya.

Sontak gua kaget dengan bangku yang hampir jatuh kebelakang. "Hah!"

Tangan dia sigap dan nahan bangku gua. Karna masih kaget, gua gak mungkin ngeliat dia dibelakang badan gua.

Dia Presiden DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang