22:00.
Danish melihat jam ditangan kiri nya laluu bus ini berhenti di depan sekolah. Semua orang tua murid menunggu mungkin dari sejak tadi.
"thal.. bangun. dah sampai" ucapnya lalu mengambil jaket serta tasnya dan pergi turun.
Gua segera ngambil tas dan turun. Semua anak anak langsung ngehampirin orang tua nya. Gua sempet maku beberapa saat sambil bicara dalam hati, sampe Danish juga ikut bicara.
"Ada tante Bora disana.."
Gua langsung nyari dan tante langsung ngelambain tangan.
"Tantee.. eumm" kata gua segera ngelepas kangen.
Terus tante ngiket gua pake tangannya. "ADUH."
"Maaf.. tante lupa, hehehehe"
Lagi lagi tante nanyain anak orang lain. "Danish?? Mau bareng?"
****
2 next weekSchool
Keadaan sekolah masih seperti biasa. Setelah 2 pekan, keadaan punggung gua semakin membaik. Seperti biasa sih, akan ada ekstrakurikuler sebelum ujian.
Kelas 11-Ipa.
"Ada pr?"
"Ada, tapi boong hayuu papale..."
"Ghays!! Guru datang!!"
Semua murid segera duduk dibangkunya masing masing dan mengambil posisi terbaik agar tidak ketahuan saat guru datang. Bisa aja ngelesnya
Setelah itu pak Tio masuk dan memberi arahan.
Sudah kami duga, saat pak Tio masuk pasti ada sesuatu hal yang bersangkutan dengan sekolah."Kalian akan mengikuti Ujian praktek basket yang dilaksanakan pada hari esok. Setiap kelas akan diambil perwakilan dan ditandingkan."
"Jadi antar kelas tandingnya pak??"
"Betul, bapak tunggu sini dan kalian catat siapa yang menjadi perwakilan kelas ini"
"Siap aja gua kalahin brehh" ucap salah satu murid dengan wajah pede nya.
"Lo ikut thal?"
"Gak yakin gue"
Saat itu juga, Nanda manggil nama gua dan fatim dari catatanya. Oh shit, malah gua yang dia pilih jadi tim Putri kelas ini.
"Kok gue sih nda!??"
"Maaf thal. Gue ikut masa lo gak. Kalian berdua kan bestie gua, masa gak ikut" ucapnya tanpa dosa lalu pergi menyerahkan catatan tim Putri.
"Baik, nanti akan bapak proses dan mulai hari ini kalian bisa latihan."
yaa gitu deh resiko punya temen ketua kelas..
Tomorrow at school
Hari terakhir latihan dan hari ini waktu tanding. Gua gak yakin sih kalo gua beneran bisa main basket. Dulu pernah main, kegebok terus pingsan. Trauma jadinya.
"Ini last day kita latihan. Tim putri 11 ipa pasti bisa kok" ucap Fatim sambil men drubling basketnya.
"Gua gak yakin tim.. gua takut kalo tim putri kita kalah. Punggung gua juga belum normal, pasti susah gerak sambil lari. Nanti malah gak dapet nilai tambahan"
"Pede aja dulu, kan kita gak tau rencana Allah kan?? Yuk, lapangan udah panas" ajak Fatim lalu gua ngekor dibelakangnya.
Suasana lapangan ramai, apalagi bangku penonton. Beberapa tim dipisah berdasar kelas dan jenisnya. Gua sempet liat Danish di kelompok putra 11 Biologi. ㅡdia bisa main basket?. Kata kata itu terus berbalik arah ke gua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Presiden Dingin
Fanfiction"kalo gue bapak presiden dingin, lo ibu presidennya"