7. HOLIDAY IN LEMBANG

161 124 29
                                    

Selang lima belas menit, sampailah mereka tepat di depan rumah Kania. Terlihat hanya David, sang kakak. Sedang mencuci motor.
Mereka menghampiri dan menyapa David.
Selisih 1 tahun, tidak terlalu jauh. Tapi,sopan tetap diharuskan.

"Halo bang," sapa Ditha.

"Eh lo pada, ngapain kesini? mau pergi sama Kania?"

"Iya, Lembang enak nih. Mau ikut ga? " tanya Ditha.

"Gue mau riding nanti sama anak-anak,kapan kapan aja deh tha," tolaknya.

"Oke deh. Btw, gue ke dalem ya," izin Ditha.

"Yaudah sana, Kania juga udah rapih dari tadi."

Mereka masuk ke dalam rumah, ternyata Kania sudah menunggu di sofa ruang tamu. Tak berlama-lama singgah, Kania mengusulkan langsung pergi saja menjemput Oliv. Tak perlu pamit juga, orangtua Kania sedang berada di luar kota.

Kania dan Davidpun sudah terbiasa jika orang tuanya pergi keluar kota. Toh, mereka bekerja untuk anaknya juga, walau ada rasa sedikit iri pada anak lain yang setiap weekend berkumpul bersama orang tuanya.

Ditha mengambil alih kemudi lagi. Jarak rumah Kania dan Oliv sangatlah dekat. Terasa sangat cepat, karena lelucon yang dikeluarkan Kania membuat suasana kendaraan roda empat itu lebih hidup.
Tek tok an Kania Ditha pun seperti sudah terlatih.

Alina tetap fokus pada jalan, sesekali ia tertawa menanggapi sahabatnya. Sampailah mereka di tempat tujuan. Ternyata, Oliv sudah menunggu depan gerbang. Tak perlu masuk.

"Woy, Liv. langsung aja nih?" tanya Ditha.

"Iya, ga usah masuk. ga ada siapa-siapa juga," jawab Oliv sembari memasuki mobil.

Ditha duduk sebagai pengemudi. Alina duduk di samping kursi pengemudi. Di belakang, terdapat Kania dan Oliv yang sedang duduk dengan tenang.

Macet, tak jauh berbeda dengan Jakarta.
Bandung seperti buruan masyarakat ketika weekend. 30 menit. Lama sekali.
Tetapi waktu seperti mengalir begitu saja, tidak hampa. Kania dan Ditha yang selalu berbicara di sepanjang jalan. Oliv yang sibuk berkutat dengan alat makeupnya. Dan Alina yang hanya diam menghafal seluk beluk Bandung lebih jauh.

Berhenti sejenak, makan siang terlebih dahulu. Jika sudah sampai di Lembang,pasti makanan disana mahal, kata Oliv.
Benar juga, tempat wisata dimana pun pasti menjual makanan lebih mahal dari biasanya, dikarenakan pajak sewa yang cukup besar.

Warung makan 'Pak Ujang'.
Ciri khas dengan Sate Maranggi yang begitu lezat. Tempat makan langganan mereka berempat tentunya. Awalnya, Kania mengajak mereka bertiga untuk mencicipi makanan street-food Bandung.
Kania pun mengetahui tempat ini karena David. Lahap. Bagi Kania dan Dhita yang belum sarapan pagi.

"Eh gue sate-ya dikit banget sih," gumam Kania.

"Dih, maruk banget lo ya. Gue aja cuma tujuh tusuk," ucap Ditha.

"Bagi satu, biar saling enam-enam, gue cuma lima tha," bujuk Kania.

"Ga, gue laper belum sarapan. Minta ke Oliv noh,"

"Liv bagi Liv, kurang nih gue," minta Kania.

" Udah dapet porsi masing-masing juga ya lo. Ini punya gue ga boleh! " jawab Oliv.

"Nih punya gue, gue udah kenyang." kata Alin dengan tangan yang hendak memberikan dua buah tusuk Sate untuk Kania.

" E-eh Bagi dua," gurau Ditha mengikuti nada iklan salah satu brand.

"Katanya lo mau diet tha, udah buat gue aja kenapa sih! " kesal Kania.

"Gue olahraga aja cukup kok buat langsing wlee." sahutnya.

RECOLLIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang