11. PERBINCANGAN HANGAT

153 115 38
                                    

Mentari pagi sudah tiba, menjemput mimpi indah yang terpampang rapih di alam sana. Udara segar yang menyeruak masuk ke dalam ruangan. Namun, masih belum ada yang bangun dari tidurnya.

Jam sudah menunjukkan angka 9. Suara derum motor dan mobil datang. Derap langkah kaki yang semakin mendekat.
Ternyata Aji dan Erica serta kedua orangtua Alina.

Erica membangunkan para gadis, sedangkan Aji membangunkan para lelaki.
Ibunda Alin menyiapkan sarapan yang ia bawa dari rumah. Menata rapih di meja makan. Ia sudah bercengkrama dengan Erica dan Aji, ternyata satu organisasi. Sebab yang ia tahu hanya Alyubhi.

"Woy bangun, ibu Alin dateng tuh," ujar Erica.

Mereka langsung terbangun, kaget. Kenapa ibunda Alin bisa sampai disini ?
Bisa gawat, mereka berempat pasti di marahi karena pulang terlalu larut, ah tidak. Tidak pulang ke rumah lebih tepat nya.

Mereka pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka. Begitupun dengan para lelaki yang di bangunkan oleh Aji.

"Heh bangun lo pada, gue siram kalo itungan ketiga ga bangun." ujar Aji.
Belum ada sahutan.

"Satu..."
Belum bergeming.

"Dua..."
Gilang sempat duduk.
Tapi tidur lagi.

" Ti..."
Semua sudah bangun. Mereka memasang muka masam. Kenapa bangun sepagi ini saat weekend? Buang-buang waktu saja.

"Bangun lo, ga malu sama orang tua Alin hah," ledek Aji.

" WHAT ?!! Ada calon mertua gue? " tanya Gilang. Dan dibalas timpukan bantal oleh Aji. Yang terkena bantal, hanya bisa cengengesan tak jelas.

"Cepet cuci muka, langsung ke ruang makan. Mama Alin bawa sarapan dari rumah." titah Aji.

Sekiranya mereka sudah beranjak dari tempat tidur. Aji langsung melenggang pergi ke meja makan. Sudah ada Erica serta kedua orang tua Alin yang duduk di kursi makan. Aji bergabung.

"Pagi tante, pagi om," Sapa Aji.

"KOK GUE GA DI SAPA ?! " ujar Erica.

"Bosen gue tiap hari kalo ke basecamp liat lo mulu mba," jawabnya.

"Sialan lo ji,"

" Sstt... Erica tahan nak, kalo ga kuat lambaikan tangan." candaan dikeluarkan oleh papa Alin.

Aji dan papa Alin ternyata sefrekuensi. Mereka menertawakan Erica bersamaan.

"Tuh tante, Om sama Aji ngeselin banget," adu Erica.

" Paaa--" ucapan bunda Alin terpotong.

" MORNINGGGGG TANTEEE, PAGI OM.
PAGII MBA ERICA, MORNING AJIII," teriakan yang menggelegar datang dari suara Ditha.

"Berisik lo kaleng rombeng," kesal Gilang.

" Hey, sudah-sudah. Ayo duduk semua, nanti keburu dingin makanannya. " titah bunda.

" Ini kalian siapa? Teman Alin juga? " tanya sang bunda sambil menunjuk kearah empat pemuda.

"Saya David tante, abangnya Kania. Masa tante lupa sih. Kan dulu sering main sama bang Jordan Jordie,"

"Loh, kamu David? Kok beda banget yaa. Dulu rambut kamu kan ga sepanjang itu hahaha,"

" Yang lainnya siapa? " tanya bunda.

" Saya Rico, teman David."

" Saya Gilang."

" Saya Dion."

" Ya sudah, nanti dulu tanya-tanyanya. Makan dulu, udah laper nih daritadi," Ucapan sang Ayah membuat Aji senang.

" NAH OM, KITA EMANG SATU PIKIRAN BANGET DEH. JADI PENGEN NIKAHIN ALIN," ujar Aji. Sang Ayah hanya tertawa. Sedangkan Alin menatap lelah dengan kesompralan Aji.

RECOLLIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang