10. AWAL KEBERSAMAAN

145 119 47
                                    

Setelah mengobati Alin dan empat pemuda lainnya. Lantas, Erica ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana awal mula perisitwa buruk itu hingga menimpa mereka semua?

Aji ikut duduk di samping Erica untuk mendengarkan penjelasan dari ketiga gadis ini. Sebenarnya Erica dan Aji sudah akan menuju rumah masing-masing untuk istirahat. Melihat Vino yang berhenti di pinggir jalan membuat mereka berdua pun berhenti, ternyata Alin sedang dalam bahaya.

Erica bertanya pada Oliv.

" Jadi, gimana ceritanya? bukannya kalian udah pulang dari jam 8 tadi ya? kan masih lumayan ramai, " tanya Erica.

" Tadi ban mobil bocor. Ditha ga bawa ban serep. Mau minta bantuan tapi gatau mau gimana. Alin nelfon Mba erica sama Aji juga ga di angkat, " ucap Oliv.

" Iya kah? Alin nelfon? " tanya Aji.
Ia langsung mengecek ponsel. Ternyata benar, ada 2 panggilan tak terjawab dari Alina.

" Semenjak kalian pulang dari sini, aku emang ga megang ponsel lagi. Maaf ya," ujar Erica merasa bersalah.

" Gapapa Mba Er, sudah beruntung mba dan teman yang lain datang di waktu yang tepat. Terima kasih ya mba," ucapan tulus dari Oliv untuk Erica. Erica tersenyum mendengarnya, begitupun dengan Aji.

" Dan untuk empat pemuda itu, mereka siapa? " tanya Aji.

" Kania menghubungi David, kakaknya. Yang memakai kaus putih, untuk menjemputnya. Karena David tau kita pergi berempat, ia juga mengajak teman-temannya untuk membantu. Tapi naas musibah datang, " jawaban Oliv yang sangat terdengar lirih.

" Oh yasudah, kalian istirahat ya. Kalo lapar, di dapur lengkap kok. Aku sama Aji mau pulang. Tenang 100% disini aman," kata Erica sambil berdiri dari tempat duduknya.

" Iya mba, makasih banyak yaa untuk bantuan dan tumpangannya," ujar Oliv.

Tak ada jawaban dari Erica, hanya senyuman dan lambaian tangan yang menandakan dia akan pulang. Oliv tersentuh, ternyata ada ya orang sebaik ini.

Tak hanya Erica, Aji pun pamit pada Oliv.
Mereka berdua sudah meninggalkan basecamp dan menaiki kendaraan roda dua itu . Hanya ada suara deruman motor yang memberi tahu bawa mereka sudah melesat pulang.

Oliv beralih melihat Alin, meringis kesakitan. Kasihan sekali. Teruntuk kamu, wanita yang sangat kuat. Terima kasih ya sudah menjaga sahabatmu ini.

Sudah tak ada tenaga untuk hari ini, begitupun dengan Oliv. Tak sanggup untuk membuka mata lagi, ia berbaring di sofa nan lembut. Dingin. Membuat mereka tertidur nyenyak.

--------------------------------β----------------------------

01:45 WIB

Alina terbangun, ia tak dapat tidur nyenyak karena luka ditubuhnya. Ia mengambil ponsel untuk mengabari sang Ibu. Namun, terdengar suara perut lapar dari Gilang. Alina tak tega. Ia membangun-kan Gilang serta temannya. Ingin membagunkan sahabatnya, tapi mereka tertidur pulas sekali.

Ia mengurungkan niatnya untuk mengabari sang Ibu. Seingatnya Aji mengambil ponselnya tadi malam untuk memberi kabar keluarga di rumah.

Alin bangun dari sofa, membangunkan Gilang terlebih dahulu.

" Lang, bangun. Lo laper kan, perut lo berisik," kata Alin sambil menggoyangkan tubuh Gilang.

" Gapapa lin, gue bisa tahan sampai nanti pagi," tolak Gilang.

" Udah cepat, sekalian tolong bangunin temen-temen lo juga. Mie aja gapapa kan? " tanya Alina.

" Iya gapapa, makasih lin,"

RECOLLIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang