08

496 92 15
                                    

Typo!!














Saint Pov

Aku tidak tahu apa yg terjadi pada Perth sebelumnya, dia tiba-tiba menyuruhku menjauh darinya. Aku tidak bisa melakukan itu, karena menjadi temannya adalah pekerjaanku. Tapi mungkin untuk sementara waktu, aku akan menjaga jarak darinya. Aku selalu mengawasinya dari kejauhan, agar Jay dan teman-temannya tak lagi mengganggu Perth. 

Tapi~ aku sepertinya kalah cepat dengan Jay, dia sudah berada di tempat biasanya Perth menghabiskan makan siangnya. Jay membuang kotak makan Perth, dan Perth tidak lagi melawan seperti sebelumnya, dia terlihat pasrah dan hanya berjongkok menutupi kepalanya dengan kedua tangannya, saat Jay dan kedua temannya memberikan pukulan ke arahnya. 

Dengan cepat aku berlari menghampiri mereka bersama guru BP, aku tidak bisa memukul Jay, karena aku tidak ingin bermasalah dan membuat orang tuaku harus dipanggil ke sekolah. Setelah membereskan masalah pembullyan itu, aku membawa Perth ke UKS.


"Perth~ "

Aku berusaha memulai pembicaraan setelah cukup lama kami berdua berdiam diri disini. Perth berbaring memunggungiku, aku bingung, apa salahku padanya. Hingga dia bersikap dingin padaku.

"Perth~ aku tidak tahu apa salahku, kenapa Perth marah padaku?! Kenapa Perth tidak mau lagi berteman denganku?!" tanyaku akhirnya, tatapanku masih tertuju padanya. 

Tapi sepertinya Perth tidak akan menjawab, karena kini aku bisa mendengar dengkuran halus darinya. Dia tertidur dengan memunggungiku.

Aku mengitari ranjang itu dan duduk di depan Perth yg sudah memejamkan matanya. Luka memar di dahinya membuatku merasa sangat bersalah.

"Seharusnya aku datang lebih awal, kau tidak akan terluka jika aku tidak terlambat menemuimu~ " ku singkirkan rambut yg menutupi dahi Perth.

Wajah tidurnya yg polos membuatku tersenyum sendiri saat melihatnya.

Aku hanya heran, kenapa orang sebaik dan sepolos Perth selalu menjadi bahan bullyan di sekolah.

Perth bisa saja melawan mereka, tapi nyonya Naya mengatakan padaku, bahwa Perth akan melakukan itu jika dia sangat terdesak saja. 

Dan aku juga tidak ingin hal itu terjadi, karena nyonya Naya juga mengatakan Perth akan melukai dirinya sendiri jika hal itu terjadi padanya, karena rasa penyesalannya juga rasa bersalah yg menghantuinya.

"Seberapa keras kau mendorongku menjauh darimu, aku akan tetap berada disampingmu Perth~ kau orang terbaik yg pernah ku temui." gumamku, lalu memutuskan untuk kembali ke kelas.


Normal Pov


Saint membawa ransel Perth bersamanya, saat pulang sekolah dan menuju ke ruang kesehatan, dimana Perth sedang tidur saat ini.

Saint lega karena Jay dan kedua temannya diskors selama satu minggu karena masalah tadi.

Karena ini sudah peringatan kedua untuk mereka agar tidak melakukan pembullyan di sekolah.

Dan jika Jay masih melakukannya lagi, maka dia dan kedua temannya akan dikeluarkan dari sekolah.

Perth sudah bangun, dia duduk bersandar pada sandaran ranjang yg dilapisi oleh bantal. Dia memalingkan wajahnya saat mengetahui kedatangan Saint. Perth bukan benci, tapi lebih tepatnya, dia ingin menangis jika melihat Saint di depannya. Perth ingin mengeluh pada pria yg dianggap temannya itu, tapi mengingat apa yg dikatakan Mark tempo hari, membuat Perth tidak ingin kembali melihat Saint dibully karena terus membelanya.

"Unlimited Love" SONPIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang