01

1K 128 37
                                    

Typo!!




















Plak

Sebuah tamparan mendarat di pipi chuby itu, bocah berusia 5 tahun menangis sambil memegangi kedua lututnya, serta tak henti-hentia dia menggigit bibir bawahnya.

Ini bukan pertama kalinya sang ayah berlaku kasar padanya, hanya karna dia berbeda.. Hanya karna dia tak sama seperti yg sang ayah inginkan.


"Berhenti memukulnya!! Dia juga anak mu!!"  


"Aku tidak sudi mempunyai anak aneh sepertinya!!" 


"Kalau kamu tidak bisa menerimanya, maka ceraikan aku. Dan pergilah dari sini!! Ini rumah ku!! Kamu tidak berhak atas semua yg ku miliki, PERGI!!" usir sang ibu.


Tanpa mengatakan apapun, pria itu pergi dari sana menyisakan wanita muda itu dengan buah hatinya yg meringkuk dengan tubuhnya yg bergetar.


"Perth.. Nak.. Tidak apa.. Tidak apa.. Mommy ada di sini.. Perth tidak perlu takut lagi na.. Mommy tidak akan memukul Perth.." bujuk sang ibu.

Bocah kecil itu mendongak, dan membuat ibunya terkejut karena banyak darah yg keluar dari mulut anaknya.

Hati ibu mana yg tak sakit melihat anaknya yg terluka, dia menangis dan segera memeluk putranya yg telah di diagnosis menderita autis sejak dia masih berusia 2 tahun.

Dan karena itulah, rumah itu kini menjadi suram dan selalu saja ada pertengkaran di sana.


"Perth aneh."  suara serak itu keluar, dan itu semakin membuat sang ibu menangis pilu.


"Tidak.. Tidak.. Perth tidak aneh.. Perth anak baik.. Mommy sayang Perth na.. Jangan lakukan ini lagi.."  ujarnya sambil menunjuk bibir Perth yg berdarah.


Bocah itu mengangguk pelan, menyandarkan kepalanya pada pelukan ibunya, tak lama kemudian ia tertidur.

Dalam hatinya..

Sang ibu berjanji.. Apapun yg terjadi, dia tidak akan membuat putranya terluka lagi.



10 tahun kemudian…


Perth mulai memasuki sekolah menengah Atas (SMA).

Sang ibu memutuskan untuk membuatnya belajar bersosialisasi dengan banyak orang, mungkin dengan ini dia pikir putranya akan tumbuh menjadi seperti remaja pada umumnya.

Bermain bola atau pergi membaca buku bersama dengan teman-teman sebayanya.


Naya memutuskan untuk melepaskan anaknya di sekolah biasa, karena dia ingin sekali melihat Perth yg mulai memiliki teman.

Meskipun itu akan sangat susah untuknya mendapatkan seorang teman, karena Perth sangat pendiam.

Bahkan saat bersama dengan ibunya saja dia tidak pernah bicara jika Naya tidak berbicara lebih dulu.


"Mom.." 

Naya menoleh ke sumber suara, putranya terlihat gugup dengan terus memegangi ujung bajunya.


"Kemarilah.. Apa yg ingin Perth katakan pada mommy?!" 

Tanya Naya dengan senyum di bibirnya.


Perth remaja berusia 16 tahun itu kini mendekat pada sang ibu yg tadinya sedang mengerjakan pekerjaan kantornya di ruang kerjanya.


"Apa ada masalah di sekolah?!"

"Unlimited Love" SONPIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang