03

696 111 45
                                    

Typo!!
























Saint kini berjalan menuju ke ruangan kepala sekolah, dia tahu.. Cepat atau lambat hari ini pasti akan datang.


"Huuffftt…" menghembuskan nafasnya pelan, Saint segera memasuki ruangan itu.


Dia di persilahkan duduk di depan meja kerja sang kepala sekolah.

Dan pria paruh baya itu menatap Saint, lalu menggelengkan kepalanya. 

Sebenarnya ia bisa saja memberikan keringanan pada Saint, tapi mengingat tidak hanya Saint yg membutuhkan itu, akhirnya mau tidak mau pria berkacamata itu harus memberikan tindakan tegas.


"Kau tau kenapa aku memanggilmu?!" 

"Krab.." jawab Saint seraya mengangguk.

"Andai nilaimu memenuhi standart untuk mendapatkan beasiswa, aku akan membebaskan mu dari pembayaran sekolah." jelasnya lagi. Lalu menghela nafas dan meletakkan kacamatanya di atas meja.


"Maaf bapak tidak bisa membantumu.. Ini sudah peringatan terakhir, bahkan walikelas mu juga memohon untuk memberimu keringanan lagi. Tapi di sekolah ini bukan hanya kau yg membutuhkannya. Jadi.." kepala sekolah itu mengeluarkan sebuah amplop dari dalam laci dan memberikannya kepada Saint.

"Ini hanya sementara, sampai kau bisa membayar uang sekolahmu lagi." 


Saint hanya diam, dia mengangguk saja menerima surat itu. Setelahnya dia berpamitan dan keluar dari ruang kepala sekolah.

Senyum getir menghiasi wajahnya, tapi Saint tak bisa berbuat banyak, karna memang posisinya saat ini sedang sulit.

Ayahnya baru saja ke hilangan pekerjaannya lagi, dan uang hasil kerja Saint, terpaksa harus ia gunakan untuk kebutuhan sang adik.


Dan sekarang ia harus berhenti sekolah, sampai dia bisa melunasi semua tunggakan uang sekolahnya.

Sebenarnya dia bisa saja meminta bantuan dari bini Mind, karena wanita itu juga menawarkan bantuan padanya.

Tapi Saint tak ingin selalu merepotkan wanita itu, dan dia tetap akan bekerja seperti biasanya. Tapi dia juga bertekad akan mencari pekerjaan lain, agar ke dua orang tuanya tak merasa sedih jika mengetahui bahwa Saint di skors oleh pihak sekolah.


Saint tak menjawab pertanyaan teman-temannya, dia sibuk dengan pikirannya sendiri mengenai pekerjaan apa yg akan dia cari saat pemuda seusianya sedang duduk di bangku sekolah.
Meneteng tas di pundaknya, Saint juga membawa bola basketnya keluar dari kelas tanpa menghiraukan tatapan teman-teman sekelasnya.


Saint sampai di halte bus, ia duduk di sana terlihat melamun.
Seketika dia teringat sesuatu, lalu segera membuka tasnya dan mencari sesuatu di dalam sana.
Saint tersenyum saat menemukan kartu nama yg sekarang ada di tangannya.
Ia kini memutuskan untuk menunggu bus yg akan mengantarnya pada alamat itu.


"Semoga khun itu bisa membantuku.." gumam Saint.


-

-


Perth, seperti biasa dia akan ada di belakang gedung sekolah, duduk di bawah sebuah pohon besar dengan akarnya yg juga besar keluar dari tanah.
Hanya tempat itu yg membuat pemuda itu merasa nyaman saat ada di sekolah. Meski sekarang teman-temannya yg biasanya membullynya kini sudah tak lagi mendekat padanya, tetap saja Perth merasa asing. Dia merasa solah kini banyak yg memperhatikannya, dan itu membuatnya tak nyaman.


"Unlimited Love" SONPIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang