19

322 65 6
                                    

Sorry for typo!

*****************





Merenung menatap kotak makanan di hadapannya, Saint sangat hafal siapa pemilik kotak makanan itu. Dia tidak tahu kapan sang pemilik kotak makan itu datang ke toko, dan berakhir meninggalkan paper bag di pintu toko dengan sebuah note di sana.

Mendesah pelan, Saint mengusap wajahnya bingung. Sejak tadi dia berusaha untuk menghubungi Perth, tapi pemuda itu bahkan tidak menjawab telepon-nya, apalagi membaca pesan-pesan yang ia kirimkan.

Melihat isi dari kotak makanan itu, dan suhunya masih terasa hangat, menandakan jika makanan itu baru saja dibuat. Saint masih ingat ketika Perth mengatakan jika dia belajar memasak dengan pembantunya di rumah karena dia suka sekali membawa bekal ke sekolah dan memakannya bersama Saint. Dia suka karena Saint selalu menyukai apa yang dia buat setiap hari.

Sambil tersenyum simpul, Saint memakan bekal itu dan memotretnya ketika makanan itu sudah ia habiskan, kemudian mengirimkan gambar itu pada Perth. Tak mendapat respon, akhirnya Saint tertidur setelah membereskan bekas makan-nya.

Di sisi lain, Perth mengabaikan ponselnya, dia duduk menekuk lututnya memeluknya dan bersandar pada tempat tidur, menghadap ke arah jendela balkon yang terbuka. Angin menerpa gorden yang setengah terbuka itu, cahaya bulan mengintip dari balik kelambu yang bergoyang diterpa angin malam itu.

Masih ingat bagaimana awal pertemuan mereka, dan kini semuanya terasa berbeda. Entahlah apa yang sebenarnya yang membuat hubungan mereka terasa berbeda, Perth pun tidak tahu apa itu, dan sekarang dia semakin bingung kenapa dia begitu kesal dan marah ketika melihat Saint begitu akrab dengan orang lain. Padahal dia tidak pernah semarah dan sekesal ini jika Saint bersama dengan Gun atau pun dengan teman-teman klubnya.

Cutter di tangannya, terus dipermainkan, benda kesayangan itu selalu ia bawa ketika dia merasa kesal atau marah. Darah tercecer di sekitarnya, tak banyak, hanya saja luka yang ia goreskan di lengannya tidak akan sembuh begitu saja. Kebiasaan buruk itu beberapa bulan ini hilang, karena Perth selalu merasa tenang dan bahagia, dan itu akan kembali terjadi jika pemuda itu merasa cemas, takut, bahkan jika dia sedang marah seperti saat ini.

Naya bersyukur karena tidak ada lagi keributan di rumah karena putranya ingin mengakhiri hidupnya, atau sekedar melukai dirinya sendiri. Tapi kali ini wanita itu tidak tahu apa yang terjadi pada putranya. Dia pikir semuanya baik-baik saja, dan akan selalu seperti itu.

***********

Esoknya di sekolah, Perth sengaja memakai jaket untuk menutupi luka di tangannya, dia hanya tidak ingin dianggap aneh lagi jika nanti teman-temannya melihat luka-luka itu, dan dia juga tidak ingin membuat Saint berpikir yang tidak-tidak tentangnya.

"Perth!"

Saint berlari mengejar Perth dengan membawa sesuatu di tangannya. Dia sedikit terengah karena berlari ketika melihat Perth keluar dari mobilnya.

"Saint? Ada apa? Kenapa Saint berlari?" Perth mengedipkan matanya polos.

Yang ditanya hanya menggeleng lemah, masih mengontrol napasnya, tangan kanannya bertengger di bahu Perth.

"Terima kasih untuk makanannya semalam, dan kenapa kau tidak menemuiku?"

"Mm~ itu, Perth hanya tidak ingin mengganggu Saint." menunduk menjawab pertanyaan Saint.

Dan Saint merasa janggal dengan ucapan Perth, apakah dia kembali menyebutkan namanya lagi?

"Apa dia mulai tidak nyaman denganku?" batin Saint, dahinya mengernyit heran.

"Perth kau baik-baik saja?"

"Perth baik, jangan khawatir. Ayo pergi ke kelas."

Perth melangkah lebih dulu, meninggalkan Saint yang masih berkecamuk dengan pikirannya sendiri tentang perubahan sikap Perth yang terlihat murung hari ini.

"Unlimited Love" SONPIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang