14

365 68 28
                                    

Typo!


















Setelah sarapan, keduanya kini terdiam tak melakukan apapun atau mengeluarkan suara. Dengan Saint yang merasa bersalah, dan Perth yang takut, karena dia yang membuat luka di wajah Saint. Luka itu kini sudah diobati dan Saint bahkan tidak keberatan tentang hal itu. Dia hanya tidak ingin Perth salah paham terhadapnya.

"Saint~ "

"Humb?" sang pemilik nama menoleh ke arah Perth yang tertunduk dengan genangan air di matanya yang siap menetes kapanpun itu.

"Maaf, seharusnya Perth-"

"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja, jangan khawatir."

Saint menepuk punggung tangan Perth, sambil tersenyum hangat.  Perth yang tertunduk, mengangkat wajahnya melihat Saint yang tersenyum tulus padanya. Air matanya mengalir di kedua pipinya, Saint yang hendak menyeka air mata Perth, terkejut karena tiba-tiba saja sahabatnya itu memeluknya.

"Hiks! Maaf, maafkan Perth. Jangan pergi, tetaplah menjadi teman Perth na~ "

"Aku tidak akan pergi, dan kita tetap berteman. Berjanjilah padaku, jangan pernah sakiti dirimu lagi. Oke?"

Saint melepaskan pelukannya, lalu menyodorkan jari kelingkingnya di depan Perth, setelah mengusap air mata di pipinya, Perth menautkan jari kelingkingnya dengan jari Saint.

"Janji!" Saint tersenyum lebar, lalu mengacak-acak rambut Perth.

Siang itu, mereka habiskan bermain dengan kucing peliharaan Naya, kucing itu selalu membuntuti langkah Saint, dan Perth senang melihatnya. Karena Saint yang sedikit geli dengan bulu kucing, membuat Perth semakin senang menggodanya.

Di sore harinya, Saint berpamitan pulang, karena dia harus bekerja di toko buku. Dia berjanji akan datang lagi besok, dan membawanya pergi menaiki sepeda ke danau yang mereka datangi kemarin.

*****

Cuaca semakin dingin, karena diluar sana sedang turun hujan. Saint menatap keluar jendela, dia melihat banyak orang menepi di halte bus. Dan ada beberapa yang berlalu lalang dengan payung atau jas hujan yang dipakai. Air hujan mengingatkannya pada Perth yang waktu itu menerobos hujan, dan berakhir Saint merelakan jaketnya.

Kini dia sudah memiliki jaket baru yang sekarang sedang dipakainya. Saint kembali membaca buku di tangannya, dia memiliki hobi membaca sejak bekerja di toko buku itu. Sekarang dia tahu, banyak kisah di luar sana yang tidak dia ketahui, kini bisa dia nikmati.

"Phi khab?"

"Saint mendongak, dia melihat seorang pemuda yang terlihat lebih muda darinya, bibirnya sedikit memucat karena kedinginan, dan sweater yang di pakainya juga tampak basah.

"Ada yang bisa kubantu?" tanya Saint ramah.

"Khab! Aku mencari buku ini." pemuda tadi menyodorkan selembar kertas yang dia ambil dari saku celananya.

Dia tampak bernapas lega, melihat kertas itu baik-baik saja. Saint menerima kertas itu, lalu membacanya. Dia tersenyum lalu berdiri untuk mengambil apa yang dicari oleh pemuda itu. Tapi sebelum itu, Saint menoleh ke arah pemuda tadi, dan melihatnya tampak kedinginan.

Saint kembali tak lama, setelah mengambil beberapa buku dari raknya, dan meletakkannya di keranjang yang ada di tangan kirinya, lalu satu cangkir teh panas di tangan kanannya. Dia memberikan teh panas itu pada pemuda tadi, setelah menyuruhnya duduk.

"Terimakasih tehnya Phi?"

"Panggil saja Phi Saint. Kenapa kau tidak membawa payung?" tanya Saint ramah, masih dengan senyum manis di bibirnya.

"Unlimited Love" SONPIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang