Mona selonjoran di antara sela-sela sofa dan meja dengan perasaan kesal. Dia menatap Arkan yang sedang fokus menatap macbooknya, lalu mencibir pelan dan kembali mendengus kesal. Kurang kerjaan sekali dirinya suruh lesehan di sini. Bayangkan, apa gunanya sofa ngejugrug disini coba.
Dengan dingin tanpa rasa berdosa Arkan berkata "sofa ini harus steril dari kuman seperti kamu"
Mona dongkol luar biasa, dia hanya bisa menatupkan bibir menahan amarah. Bukan dirinya merasa terhinakan apalagi direndahkan, bukan. Mona yakin Arkan tidak bermaksud begitu. Namun ini terjadi karena kelakuannya yang seenak jidat melempar flatshoes yang ia pakai ke arah pintu ruang kerja Arkan sambil mengumpat. Bukannya terkena pintu tetapi flatshoes dongo ini malah meluncur mulus ke wajah Arkan dengan posisi strategis.
Mona meringis membayangan kejadian tadi, dimana selepas flatshoes tersebut jatuh secara dramatis, wajah Arkan merah padam, menatap Mona murka yang bergetar ketakutan. Arkan menyeret Mona tak sabaran menuju ruangannya lalu memerintahkan Mona duduk lesehan di bawah
Tanpa sepatah kata Arkan pergi ke toilet pribadi lalu membanting pintu dengan keras membuat Mona terperanjat. Mona mendesah lalu menunduk frustasi. Ia merengek hampir menangis dengan kaki menendang-nendang kecil sekitarnya karena dia sudah membuat kesalahan fatal
Sudah empat jam dia berada di posisi ini tanpa bergerak sedikitpun. Kakinya menjadi santapan semut-semut goib sedari tadi. Mona sungguh lelah sudah memohon, memelas, merengek, hanya untuk mendapat maaf dari Arkan yang tak kunjung dia dapatkan hingga detik ini.
Setiap Mona ingin bergerak, Arkan mendelik sinis yang membuat Mona menciut nurut lalu cemberut
"Pak" panggil Mona kesekian kali lagi
"Pak saya minta maaf pak, sumpah saya ga sengaja pak. Jujur kaki saya mati rasa ini pak, kegajahan mulu dari tadi" Mona mengeluh, dia tidak berbohong dengan keadaan menyedihkannya saat ini
Arkan berdecak, lalu beranjak. Dia mendekat ke arah Mona. Berdiri gagah dengan tangan masuk ke dalam celana, menatap Mona tajam. Posisi mereka persis seperti raja yang tengah menganiaya seorang budak
"Saya minta maaf pak hiks.. hiks.. saya ga sengaja.. hiks.." Mona sudah tidak tahan lagi. Persetan dengan jaim, dia terus merengek seperti bayi dengan air mata yang terus bercucuran
Arkan mengehela nafas lalu ikut berjongkok. Spontan Arkan mengusap air mata Mona pelan. Tindakan nya seketika membuat Mona tertegun dan tangisannya berhenti. Mereka saling bertatapan. Waktu seakan berjalan sangat lambat
"Saya minta maaf" bisik Arkan pelan dengan kuncian mata yang tak lepas dari Mona
Respon Mona hanya mengangguk kaku bak boneka hidup. Arkan yang sadar memutuskan pandangan dan berdiri secara langsung. Mereka berdua bergerak kikuk, suasana seketika berubah menjadi akward
Mona berusaha berdiri namun keadaan kakinya yang tak mampu menopang tubuh, akibatnya ambruk begitu saja.
Arkan yang benar-benar tidak peka hanya menatap Mona bingung. Jangan harap seperti bayangan Mona bak di film film dengan adegan romantis dimana wanita terjatuh lalu di topang oleh prianya dan mereka bertatapan. Dalam hati Mona merutuki Arkan yang bodoh dan tidak peka
Mona mengerang kesakitan
"Pak tolongin dong, malah diem kek patung" ujar Mona yang masih berusaha bangkit.Arkan gelagapan
"Saya harus gimana Mona" tanya Arkan bingung. Pasalnya Arkan jarang sekali berinteraksi sedekat ini dengan perempuan
Mona meringis
"Bantuin saya berdiri kaki saya sakit"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love my Assistant [completed]
RomanceMonalisa, mahasiswi rantau yang menetap di Kota Jakarta, seketika hidupnya berubah drastis ketika bermasalah dengan laki-laki yang disebutnya "om judes" Arkana, Presiden Direktur perusahaan teknologi Smartphone yang tiba-tiba menjabat sebagai Dekan...