Mona mencoret silang tanggal kalender di meja belajarnya. Dia mendesah lesu. Sudah dua minggu semenjak kejadian di rumah sakit, Mona tidak pernah bertemu dengan Arkan lagi. Walaupun dia sudah terbilang akrab dengan keluarga Arkan, namun tetap saja terasa ada jarak yang membentang tak kasat mata yang membuatnya merasa canggung untuk berbuat lebih
Jujur saja dia khawatir dengan keadaan pak Devan dan juga Arkan. Waktu sehari setelahnya Mona pernah mengunjungi kantor Arkan walaupun tidak ada pesan yang menyuruhnya datang. Namun dirinya tidak menemukan Arkan disana. Resepsionis mengatakan Arkan dan Tiara sedang ada urusan ke keluar kota
Suara gelembung pecah menyadarkan Mona dari lamunannya. Ada satu notifikasi muncul di layar ponsel
Pak Arkan jelek 😛
"Hari ini bisa ke rumah? Saya mengundang kamu untuk makan siang"
Mona tersenyum lebar dan menjerit tertahan. Dengan cepat ia membalas pesan singkat tersebut
"Iya pak"
Walaupun balasnya sedikit jaim tapi aslinya Mona sedang berjingkrak-jingkrak sedari tadi. Akhirnya penantiannya terjawab sudah. Pak Arkan nya kembali
Eh
Mona melirik jam di atas nakas, pukul 11. Oke sudah siang. Mona dengan santai bersiap untuk mandi dan touch up untuk menghadiri undangan Arkan.
_____________
"Permisi" sapa Mona ketika sampai di pintu depan
Ternyata seorang pelayan yang membukakan pintu dan mempersilahkan Mona masuk. Mona digiring menuju ruang makan. Mona mengerjap. Di ruangan tersebut tidak ada siapa-siapa
Mona menatap heran pelayan yang membawanya, dia memicing curiga karena pelayan tersebut gelagapan
"Tuan besar dan tuan muda belum turun non. Nanti saya panggilkan. Non tunggu disini ya, duduk dulu" pelayan tersebut peka dan mempersilahkan Mona dengan sopan
Tak lama kemudian, terdengar langkah kaki dari lantai atas menuju ke arah posisi Mona. Mona berbalik, mata nya berkaca-kaca melihat pak Devan yang bersisian dengan Arkan sudah sehat dan bisa berjalan dengan lancar
"Pak De-van" sapa Mona terbata
Devan yang melihat itu tersenyum lembut ke arah Mona. Lain halnya dengan Arkan yang sedari tadi menunjukan ekspresi datar
"Mona" sapanya pada Mona
Mona bangkit dari keterkejutan nya lalu menghampiri Devan dan Arkan, dia mencium tangan Devan dan Arkan dengan sopan sebagai bentuk sapaan
"Bapak sudah sembuh?" Mona masih mengerjap tidak percaya
Devan terkekeh, lalu mengusap pucuk kepala Mona pelan.
"Seperti apa yang kamu lihat, Mona" jawab Devan dengan nada tenang
Mona terkekeh, lalu mengusap ujung matanya karena terharu. Dalam hati dia bersyukur sekali
"Mari kita makan siang terlebih dahulu. Ngobrol nya nanti ya" Devan berkata dengan nada jenaka karena melihat Mona yang memandang Arkan penasaran
KAMU SEDANG MEMBACA
Love my Assistant [completed]
RomanceMonalisa, mahasiswi rantau yang menetap di Kota Jakarta, seketika hidupnya berubah drastis ketika bermasalah dengan laki-laki yang disebutnya "om judes" Arkana, Presiden Direktur perusahaan teknologi Smartphone yang tiba-tiba menjabat sebagai Dekan...