8. Pingsan

10.1K 651 5
                                    

Setelah beberapa jam Mona berkutat dengan pekerjaannya akhirnya terselesaikan juga. Dia beranjak dari duduknya, merenggangkan otot-otot yang terasa kaku, dan menepuk bokong yang terasa mati rasa

Jam menunjukan pukul 8 malam. Mona melihat Arkan yang begitu serius membaca dokumen satu ke dokumen lain lalu melihat MacBook dan membubuhkan tanda tangan secara bergantian

Keliatan ganteng banget ya Lord

Batin Mona menjerit hebat. Lalu menggelengkan kepala dan berdehem pelan. Melangkah dengan pasti ke arah Arkan yang sedari tadi acuh dengan pergerakannya

"Permisi pak.. Saya sudah selesai. boleh pulang kan?" Ujar Mona langsung di hadapan Arkan

Mona mencoba bersikap profesional layaknya bawahan kepada atasan yang seharusnya

Arkan menyerit heran, kemana hilangnya tingkah absurd dan tidak sopan Mona yang biasa di tunjukan kepadanya. Arkan mendongak dengan tatapan datar seperti biasanya

"Tunggu saya sebentar" jawabnya pendek lalu kembali kembali fokus pada pekerjaannya

"Tapi pak -- " Mona menyela

"Duduk disana" tunjuk Arkan pada sofa di dekat pintu utama tanpa repot-repot memandang Mona

Mona mendengus, negosiasi pun percuma jika Arkan sudah memerintah dengan nada dingin seperti itu

Mona melangkah dengan gontai menuju sofa. Ia membuka ponselnya, ternyata banyak notifikasi teman-teman nya yang mengajak hangout malam ini. namun ada yang menarik perhatian ketika pacarnya, Daniel tiba-tiba mengirim pesan setelah beberapa hari dirinya berangkat KKN

Hi sayang, maaf aku jarang ngabarin di sini susah sinyal beb

17.00 WIB

Mona tersenyum-senyum sendiri melihat itu, kenyataan bahwa Daniel tidak melupakannya itu cukup membuatnya senang. Bahkan dirinya saja lupa kalau punya pacar belakangan ini saking sibuknya

Km apa kabar disana beb?

20.12 WIB

Tidak ada balasan, bahkan cuma centang satu, tapi dia benar-benar bersyukur atas itu. Dia membuka chat grup teman-teman nya yang kocak membuat dia tersenyum dan ngakak sendiri.

Deheman seseorang membuat perhatiannya teralihkan. Mona terkejut dan mendongak ke arah Arkan. Arkan hanya menatap Mona dingin

"Udah selesai pak?" Tanya Mona basa basi, lalu berdiri kikuk. Namun tidak ada jawaban dari sang empu yang di tanya

Mona meringis, pasti dirinya salah lagi

"Eumm, saya salah ya pak?" Tanya Mona takut-takut. Arkan kalo sudah marah itu serem pake banget, udah gitu kejam tidak berperike-Mona-an

"Tidak" jawab Arkan datar, lalu melengos begitu saja meninggalkan Mona yang mematung terheran-heran sendirian

Kan

__________

"Pak" panggil Mona sambil berlari, terulang lagi kejadian mengejar-ngejar Arkan padahal Arkan tidak berlari, hanya saja langkahnya lebar tidak seperti Mona yang berkaki lebih pendek

"Pak tungguin ishh" gerutu Mona, menyesal tadi dia menggunakan rok span yang menjadikannya sulit untuk melangkah

"Pak, woi !"

"Mas Arkan"

Deg

Langkah Arkan terhenti seketika, selang beberapa detik namun tidak menunjukkan reaksi apapun bahkan untuk sekedar menoleh

Love my Assistant [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang