Keesokan harinya, gue merasa sesak dan seperti ada yang berat di tubuh gue. Saat gue membuka mata, ternyata gue udah di dalam dekapan mas Raka. Sedangkan mas Raka masih tidur nyenyak memeluk gue.
Masih dalam dekapan mas Raka, gue mendongakkan kepala gue buat melirik ke jam dan kaget saat jam menunjukkan pukul 7.
"Kita telat," ucap gue agak keras yang bikin mas Raka bangun dan spontan melepas pelukannya.
Kita buru-buru bangun dan saling pandang. Kita sama-sama mau mandi tapi kamar mandi di rumah ini yang bisa digunakan hanya satu.
"Mas Raka gapapa duluan," ucap gue akhirnya.
"Kamu aja dulu. Prepare kamu lebih lama dari saya." Ucap mas Raka yang gue iyakan lalu dengan buru-buru gue jalan ke kamar mandi.
"Mau pake baju apa? Saya siapin biar cepet." Ucap mas Raka yang bikin gue kaget tapi tetap gue jawab "terserah" lalu gue mandi.
Setelah gue mandi sekitar 10 menit an gue keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk mas Raka yang membuat mas Raka mematung setelah melihat gue.
"Vivi pinjam mas," ucap gue malu-malu menyadarkan mas Raka.
"Iya. Setelah pakai baju taruh handuknya di ganggang pintu kamar mandi!" Ucap mas Raka lalu buru-buru masuk kamar mandi.
GUE MAU BELI HANDUK SENDIRI NANTI.
Sekarang gue meneguk saliva saat ternyata mas Raka benar-benar nyiapin gue baju. Bukan masalah baju nya ga sesuai dengan gue tapi daleman gue. Gimana bisa mas Raka nyiapin itu juga?
Tanpa buang banyak waktu, gue segera memakai baju lalu menaruh handuk mas Raka di ganggang pintu sesuai perintahnya.
Tak lama kemudian mas Raka keluar kamar mandi dengan memakai handuk yang tadi gue pakai. Dan lagi-lagi gue meneguk saliva saat melihat tubuh atas mas Raka yang telanjang.
"Saya mau pakai baju di sini." Ucapnya yang bikin gue kaget, "HAH"
"Kamu cepetan yang dandan." Tambah mas Raka lalu dia benar-benar makai bajunya di kamar ini padahal gue belum keluar.
Gue berhenti make up lalu menutupi mata gue. Karena meskipun gue duduk memunggungi mas Raka tapi depan gue ini cermin yang ada pantulan mas Raka nya.
Tak lama kemudian,
"Kamu ngapain tutup mata ga malah dandan?" Tanya mas Raka.
Gue ngintip di balik jari-jari gue dan melihat mas Raka udah lengkap memakai baju nya lalu gue tersadar kalau gue belum selesai dandan sedangkan sekarang udah hampir jam 8.
Fix kita telat.
"Gausah dandan, ayo berangkat!" Ucap mas Raka meninggalkan gue.
Gue pun nurut untuk tidak make up lalu lari menyusul mas Raka.
☃️☃️☃️☃️☃️
Sesampainya di kantor, gue ga berani masuk karna telat. Dan dengan terpaksa gue jalan di belakang mas Raka lalu ikutin sarannya.
"Dia habis ikut saya ketemu kline di luar," ucap mas Raka
"Iya pak," jawab mbak Sela lalu gue pergi ke meja gue sedangkan mas Raka lanjut naik lift ke ruangannya.
Fyuuuhh..
Gue membuka lembar-lembar berkas di meja gue dan mulai kerja. Setelah satu jam an gue kerja, mbak Siska menghampiri meja gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ice Boy and Fussy Girl
RomanceRaka mengira dengan menikahi putri dari sahabat ayahnya bisa meringankan beban hidupnya. Tapi nyata nya, menikahi Vivi yang masih bocah malah membuat bebannya menjadi 2× lipat. Lalu bagaimana Raka mengurus Vivi yang lebih pantas menjadi adik nya? Da...