#RAKA PROV.
Raka masih terus mendekap Vivi. Berharap dekapannya saat ini bisa menenangkan Vivi yang hatinya sedang hancur karena Raka.
Raka menyesali perbuatan kekanakannya. Seharusnya disaat dia marah, dia tidak berbicara apalagi dengan nada tinggi yang membuat istri kecil nya nangis ketakutan. Harusnya dia tau bagaimana memperlakukan istrinya yang masih usia labil ini.
Dengan masih mendekap Vivi, Raka menunduk untuk melihat Vivi yang sudah tertidur lelah tapi masih ada sisa sesenggukan. Perlahan dia menggendong Vivi dan menidurkannya di atas ranjang tidurnya. Setelah menyelimuti Vivi, Raka pergi ke ruang tengah. Fikirannya benar-benar kacau saat ini.
Raka menidurkan tubuhnya di sofa berniat tidur untuk menenangkan fikirannya. Tapi banyaknya fikiran membuat Raka tak kunjung memejamkan matanya. Tak lama kemudian terdengar handphone nya berdering.
Drrrr..
Raka melihat siapa yang menelfon dan tertera nama 'mama' di layar handphone nya.
"Halo, Assalamualaikum ma," Ucap Raka setelah menjawab telfon.
"Waalaikumsalam. Raka, apa Vivi sudah sama kamu nak?" Tanya mama.
"Iya ma. Sekarang sudah sama Raka di rumah." Jawab Raka.
"Syukurlah. Mama bisa bicara sama Vivi? Tiba-tiba mama pengen denger suara Vivi." Ucap mama.
Firasat seorang Ibu memang sangat kuat, batin Raka.
"Raka? Halo?" Ucap mama di seberang telfon.
"I-iya ma. Tapi Vivi sekarang sudah tidur ma." Jawab Raka.
"Oh gitu. Yaudah. Perasaan mama agak gak enak aja tadi. Takut Vivi kenapa-kenapa. Tapi mama lebih tenang sekarang sudah ada Raka yang jagain Vivi." Ucap mama yang tanpa sadar menusuk hati Raka.
Maafin Raka ma udah bikin Vivi nangis, ucap Raka dalam hati.
"Yaudah kalau gitu, makasih udah jagain Vivi ya nak." Ucap mama.
"Iya ma sama-sama. Nitip salam buat papa ya ma." Ucap Raka.
"Iya. Nanti mama salamin. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam," ucap Raka mengakhiri telfon.
Setelah bicara dengan mama mertuanya di telfon membuat Raka semakin merasa bersalah.
Raka kembali ke kamar. Terlihat Vivi sudah tidur tenang. Lalu Raka mengembalikan baju-baju Vivi yang sempat berpindah ke koper.
"Hampir saja Vivi bertindak fatal," batinnya.
Setelah mengembalikan baju-baju Vivi ke lemari lagi, Raka tidur di samping Vivi.
"Semoga ga ada hari yang lebih melelahkan dari hari ini," harapnya lalu Raka tertidur.
☃️☃️☃️☃️☃️
Raka terbangun karna mendengar suara seseorang yang merengek. Saat melihat ke samping, ternyata Vivi yang tidur meringkuk dan merengek pelan.
Raka melihat mata Vivi tidak mengeluarkan air mata tapi ia seperti merengek. Raka buru-buru bangun dan menempelkan punggung tangannya ke kening Vivi.
Hangat.
Dengan segera Raka pergi ke dapur mengambil air hangat dan handuk kecil buat mengompres Vivi. Lalu menempelkan handuk kecil yang sudah kena air hangat ke kening Vivi.
Setelah itu, ia melihat jam di handphone nya. Jam 1 pagi. Raka menjaga Vivi yang tertidur sambil tangannya memegang tangan kecil Vivi.
Raka hampir saja tertidur dengan duduk di atas kursi samping Vivi. Tiba-tiba suara pelan Vivi memanggil-manggil namanya.
"Mas Raka"
"Mas Raka"
"Iya Vi. Ini saya di sini." Ucap Raka sambil memegang tangan Vivi.
"Mas Raka," Vivi masih memanggil manggil nama Raka dengan mata yang masih tertutup.
Saat Raka memegang pipi Vivi, tiba-tiba Vivi menepisnya. Vivi merubah posisi tidurnya menjadi meringkuk kembali sambil terus memanggil nama Raka. Handuk yang di keningnya pun terjatuh. Dan Raka mengambilnya.
Raka jalan ke ruang kerjanya. Seinget Raka, ia pernah beli bye bye fever untuk Rafly yang sakit tapi kebanyakan. Raka mencari sisa bye bye fever itu di laci meja kerjanya dan ketemu.
Raka kembali ke kamar dan menempelkan bye bye fever di kening Vivi.
"Kamu lebih imut dengan memakai ini Vi." Ucap Raka melihat Vivi yang tidur meringkuk dengan bye bye fever di keningnya.
"Mas Raka," panggilan Vivi dengan mata yang masih terpejam menyadarkan Raka bahwa Vivi sekarang sedang tidak baik-baik saja.
Raka tidak tau harus berbuat apa untuk Vivi yang seperti ini. Dia tidak pernah menjaga orang sakit. Dan dia baru tau kalau orang sakit keadaannya seperti ini.
Hampir saja Raka mau menelfon mama mertuanya untuk menanyakan apa yang seharusnya dia lakukan ketika Vivi sakit. Tapi ia urungkan. Mengingat waktu tengah malam yang tak seharusnya ia mengganggu tidur mertuanya dan takut malah membuat mertuanya khawatir.
Raka bangun dari kursi. Dengan pelan, ia rebahkan tubuhnya di samping Vivi lalu memeluk Vivi yang masih meringkuk sambil manggil nama Raka.
Usahanya tak sia-sia. Setelah Raka memeluk Vivi, kini tidur Vivi mulai tenang, Vivi tidak lagi memanggil manggil nama Raka sambil merengek.
Satu hal yang baru Raka ketahui. Pelukan adalah obat. Pelukan bisa menenangkan dan memberi rasa aman.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ice Boy and Fussy Girl
RomanceRaka mengira dengan menikahi putri dari sahabat ayahnya bisa meringankan beban hidupnya. Tapi nyata nya, menikahi Vivi yang masih bocah malah membuat bebannya menjadi 2× lipat. Lalu bagaimana Raka mengurus Vivi yang lebih pantas menjadi adik nya? Da...