Setelah gue minum obat dari mas Raka tadi, kini perut gue udah mendingan. Gue mulai bangun lalu mandi. Setelah selesai mandi, gue turun ke dapur dan kaget mendapatkan mas Raka sedang masak.
Emang mas Raka bisa masak?
"Mas Raka masak apa?"
"Astaghfirullah," ucap mas Raka kaget melihat gue tiba-tiba di sampingnya. Tapi gue jauh lebih kaget kenapa lihat gue langsung ngucap istighfar?
Emang muka gue secantik apa?
"Mas Raka lagi ngapain?" Tanya gue kemudian.
"Tadi kamu nanya saya masak apa. Kenapa sekarang nanya lagi ngapain?" Tanya mas Raka balik.
Gue memutar mata jengah.
"Mau Vivi bantuin?" Tawar gue yang langsung di tolak mas Raka. Gue di suruh duduk di meja makan sambil nunggu masakan mas Raka jadi.
Dari pada cuma diam bengong nungguin mas Raka, mending gue ambil handphone gue. Dan setelah itu gue buka Whattsapp yang sudah ada pesan dari Delvin.
/lo sakit apa nyet?/~Delvin
Baru gue mau ngetik tapi Delvin udah telfon.
"Halo. Iya Vin?" Ucap gue setelah mengangkat telfon dari Delvin.
"Lo sakit apa nyet?"
"Dimana sekarang?"
"Dirumah apa di rumah sakit?"
"Masih sakit ga?"
"Apa udah mendingan?"
Pertanyaan beruntun dari Delvin yang membuat gue sedikit menjauhkan handphone gue dari telinga.
"Satu satu bisa ga sih? Bingung gue jawabnya." Ucap gue.
"Hehehe gue khawatir nyet." Ucap Delvin yang buat gue senyum simpul.
Lo masih sama Vin. Masih perhatian ke gue. Masih suka khawatirin gue.
"Gue ga kenapa-kenapa Vin. Tadi perut gue sakit. Tapi gue udah minum obat tadi dan sekarang udah ga sakit lagi kok." Jawab gue.
"Gue perlu ke rumah lo ga?"
"Gausah Vin. Lo istirahat aja. Besok gue juga udah kerja."
"Yaudah. Jangan lupa minum air putih yang banyak. Obatnya diminum."
"Siap bang," ucap gue di akhir telfon dan bersamaan dengan itu, mas Raka membawa sop ayam yang telah dia masak.
"Sejak kapan kamu punya abang?" Tanya mas Raka saat udah duduk di samping gue.
"Vivi ga punya abang kandung." Jawab gue singkat dan mas Raka tidak melanjutkan ngomong dengan gue sampai gue yang memulai percakapan.
"Sejak kapan mas Raka bisa masak? Kok Vivi baru tau?"
"Gausah banyak nanya, ayo makan!" Jawab mas Raka.
"Heemm. Dari penampilan sepertinya ga meragukan," Sahut gue lalu menyicipi bakwan buatan mas Raka.
Gue melahap suapan pertama gue. Berharap bakwan mas Raka pas di lidah gue. Dan,
"Ukhuk ukhuk," gue kesedak.
Mas Raka memberi gue air dan langsung gue minum.
"Kenapa?" Tanya mas Raka khawatir.
"Asin banget," jawab gue.
"Ha?" mas Raka langsung nyicipin dan,
"Tapi bo'ong," ucap gue cepat sambil ketawa sedangkan mas Raka senyum-senyum memakan bakwan buatannya sendiri.
"Adduuuhh tawa pengantin baru renyah sekali," ucap seseorang dari belakang.
Spontan gue dan mas Raka membalikkan badan, "mama?"
"Maaf ya mama langsung masuk tanpa ketok pintu." Ucap mama yang gak gue dengerin lalu gue lari ke pelukan mama.
"Vivi kangeeeennn. Mama ga kesini-sini," ucap gue dalam pelukan mama.
"Ya kalian yang harusnya main kerumah," ucap mama setelah melepas pelukannya.
Mas Raka menghampiri mama lalu mencium tangan mama, "maaf ma kalau kita belum sempet main ke rumah,"
"It's okay. Lanjutin makannya."
"Ayo maaa makan bareng. Ini mas Raka yang masak loh," ajak gue dan kita pun makan bareng.
"Oiya, mama kesini tadi gara-gara di telfon papa. Katanya Vivi izin pulang awal karna sakit." Jelas mama, "Vivi sakit apa sayang?"
"Itu ma biasa. Sakitnya perempuan," jawab gue cekikikan sambil mengedipkan satu mata ke mama.
"Iya?" Mama kaget ga percaya.
"Selamat my dear," ucap mama memeluk gue.
Sakit kok dikasih selamat?
"Gimana kata dokter?" Tanya mama.
"Vivi ga kedokter. Tadi mas Raka udah bawain obat buat Vivi. Sekarang udah ga sakit lagi." Jawab gue.
"Syukurlah. Tapi sebaiknya ke dokter aja. Biar tau perkembangannya."
"Kamu ngerasa nya gimana?"
"Ga sakit kepala kan?"
"Ga pusing?"
"Ga mual-mual?"
Tanya khawatir mama yang bikin gue dan mas Raka heran.
"Kamu sebaiknya banyakin istirahat sayang. Raka, biar Vivi tidak kerja dulu kalau tubuhnya ga kuat." Ucap mama yang di jawab mas Raka, "iya ma."
"Ih Vivi ga semanja itu kali ma. Lagian sekarang Vivi udah ga sakit lagi. Besok juga udah bisa kerja lagi." Ucap gue sambil makan sisa bakwan di piring.
"Vivi. Mama tau, hamil muda itu stamina tubuhnya ga stabil, kadang sehat kadang lemes. Jadi mama mohon kamu jangan paksain diri kamu kalau ga kuat." Ucap mama yang bikin gue tersedak bakwan, "ukhuk ukhuk."
"Kok mama ngomongin hamil-hamil sih?" Tanya gue heran ke mama.
"Lah. Kamu hamil kan sayang?" Tanya mama.
JADI DARI TADI MAMA NGIRA VIVI HAMIL?
"Belum saya apa-apain hamil dari mana," gumam mas Raka pelan di samping gue yang bikin gue melotot.
"Vivi gak hamil ma." Jawab gue akhirnya.
"Loh. Tadi katanya sakitnya perempuan. Kemarin papa juga bilang katanya kalian telat ke kantor gara-gara bangun kesiangan bareng. Telatnya gara-gara gitu malemnya kan?" Tanya mama yang sempurna bikin gue mematung sedangkan mas Raka senyum-senyum geli di samping gue.
Papaaaaaaaaa.
"Papa itu salah paham ma. Ini Vivi sakit juga karna nyeri datang bulan bukan hamil" Jawab gue yang menganggap mas Raka ga ada di samping gue.
"Laah hahahahaha. Mama kira Vivi sudah hamil." Ucap mama sambil ketawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ice Boy and Fussy Girl
RomanceRaka mengira dengan menikahi putri dari sahabat ayahnya bisa meringankan beban hidupnya. Tapi nyata nya, menikahi Vivi yang masih bocah malah membuat bebannya menjadi 2× lipat. Lalu bagaimana Raka mengurus Vivi yang lebih pantas menjadi adik nya? Da...