34. Nostalgia Puncak💏

131 20 2
                                    

Tahun baru yang menyenangkan. Delvin ngajak gue merayakan tahun baru di puncak. Dari ketinggian sana, kita puas bermain kembang api. Romantis? So pasti. Delvin adalah cowo terromantis bagi gue. Waktu itu Delvin ga hanya ngajak gue sih, ada Grizell, Agnes dan Sandi juga. Bang Daffi juga ada. Lalu kita nginep di Villa oma nya Delvin.

#Flashback

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#Flashback.

Jam menunjukkan pukul 1 dini hari. Kembang api udah habis kita nyalain semua. Agnes dan Grizell udah tidur duluan di kamar. Sedangkan Sandi sedang main PS dengan bang Daffi di dalem. Kini di samping Villa gue duduk di sebelah Delvin. Kita masih menikmati pemandangan kota Bogor dari puncak.

"Nyet, makasih ya," ucap gue sambil menyenderkan kepala gue di pundaknya. Pundak pasangan emang paling nyaman.

"Makasih buat apa?"

"Malam ini lo udah bikin gue bahagia. Bahkan sejak kita pacaran hidup gue lebih berwarna karna lo." Jawab gue jujur.

"Makasih juga udah membantu mengabulkan salah satu impian gue. Karna membuat lo bahagia adalah impian gue." Ucap Delvin sambil mengusap pelan rambut gue.

Gue selalu merasa nyaman di sisi Delvin. Meski dia rame, humoris dan banyak tingkah tapi dia juga bisa menjadi cowo yang romantis dan hangat seperti saat ini.

Dinginnya puncak membuat gue meniup tangan gue sendiri. Delvin yang emang orangnya peka langsung mengambil jaket nya lalu di buat nutupin tubuh gue.

"Masih dingin?" Tanya nya yang gue jawab dengan anggukan kepala. Emang dingin banget. Bahkan ada kabut tipis di sekeliling kita.

"Mau masuk biar ga kedinginan?" Tanya nya lagi yang kali ini gue jawab dengan gelengan kepala, "masih pengen nikmatin view nya."

Delvin izin kedalam Villa sebentar untuk mengambil selimut lalu duduk di belakang gue dan selimutnya menutupi tubuh depan gue.

Sekarang tubuh gue mulai hangat. Entah karna selimut tebal atau tubuh Delvin di belakang gue.

"Lebih hangat?" Tanya Delvin yang lagi-lagi gue anggukin.

Berbagi cerita dengan kekasih sambil menikmati indah nya malam adalah pengalaman terromantis dalam hidup gue sampai satu jam kemudian kita berhenti bercerita.

Delvin memeluk gue hangat, "jangan pernah tinggalin gue Vi. Gue cinta sama lo."

Tangan gue mengelus pipi Delvin yang dingin, "iya. Kita akan sama-sama terus sampai tua nanti. Love you too."

Tangan Delvin mengarahkan kepala gue agar mendongak melihatnya. Lalu ia menatap gue teduh dan kepala nya dengan pelan menunduk sambil tangannya menangkup pipi gue. Gue yang udah terbawa suasana pun mulai memejamkan mata gue. Gue juga menginginkan first kiss dengan orang yang gue cintai.

Jantung gue deg deg an setelah merasakan hembusan nafas hangat Delvin menyapa muka gue. Tangan gue mencengkeram kaos Delvin saat gue yakin bibir Delvin akan sampai di bibir gue dan,

"Ekhem,"

Gue kaget dan langsung memalingkan muka gue dari Delvin. Delvin yang gagal dengan first kiss nya menatap dongkol ke abangnya yang berdiri tanpa merasa malu melihat orang yang hampir ciuman.

"Udah sepertiga malam, ga mau tidur?"

Gue langsung berdiri, "iya pak, eh bang." Ucap gue salah tingkah. Selain bang Daffi adalah abangnya Delvin, dia juga dosen gue. Dan ketauan dosen kita hampir ciuman adalah hal yang sangat memalukan.

Gue segera masuk ke kamar cewek melewati bang Daffi dengan membawa segudang malu. Delvin? Setelah mendengus ia akhirnya menyusul ke kamar cowok.

The Ice Boy and Fussy GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang