38. Cuek☹

109 17 0
                                    

JANGAN DEKETIN GUE MAS.

Ucapan Vivi terus terngiang di benak Raka.

SEMUANYA GARA-GARA MAS RAKA.

PERNIKAHAN SIALAN.

Sebegitu bencinya kah Vivi dengan pernikahannya?

"Raka," panggil presdir untuk yang kesekian kalinya.

Raka segera tersadar dengan lamunannya, "Iya pa eh pak?"

Keceplosan Raka memanggil pa membuat beberapa staff yang lagi meeting dengannya kaget sekaligus penasaran.

"Gimana pendapat kamu tentang usulan tadi?" Tanya presdir sekaligus papa mertuanya.

"Maaf. Bisa jelasin lagi point-point nya saja?" Pinta Raka yang emang tidak menyimak meeting dari tadi.

Waktu terus berlanjut. Fikiran Raka masih beradu argumen sendiri. Sampai jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, Raka meraih handphone nya.

/jangan lupa makan. Pesen go food aja kalau lagi gamau masak. Saya hari ini pulang malam. Harus lembur lagi/

Setelah mengirim pesan ke Vivi, Raka kembali melanjutkan kerjanya. Sebenarnya dia ga perlu lembur karna kerjaannya udah selesai. Tapi dia lagi ga ingin melihat Vivi yang masih terus menangisi mantannya. Di tambah pinta Vivi agar Raka tidak mendekati nya.

Sudah 2 jam berlalu, Vivi belum juga membuka pesannya. Akhirnya Raka pulang tidak jadi alasan lembur. Dia tau orang patah hati pasti psikis dan fisik nya menurun. Kenapa Raka bisa tau? Karna dia pernah di posisi itu. Jadi Raka membeli makanan untuk di bawa pulang.

Bagaimanapun juga, Vivi adalah istri nya. Tanggung jawabnya. Raka ga ingin Vivi sakit. Raka ga mau ego menyelimutinya.

Sesampainya di rumah, rumahnya terlihat sepi. Bahkan lampu rumah belum di nyalain padahal udah malem. Raka segera menuju kamar nya mencari istrinya. Dan ternyata Vivi lagi tidur. Lebih tepatnya tertidur dengan memegang handphone di dadanya.

Raka melihat pecahan gelas tadi pagi masih belum juga di beresin. Segera Raka mengambil sapu untuk membersihkannya.

Setelah pecahan gelas sudah tidak ada, Raka mendekati Vivi. Mata sembab Vivi berhasil membuat Raka yakin bahwa Vivi tertidur gara-gara kecapekan menangis.

Dengan lembut Raka menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Vivi. Membetulkan posisi tidur Vivi lalu mengambil handphone yang udah tergeletak di kasur.

Raka menatap datar handphone Vivi yang menampilkan foto-foto Vivi dengan Delvin saat masih pacaran.

Setelah menyelimuti Vivi, Raka segera mandi. Dan saat sudah selesai, ternyata Vivi udah bangun.

"Mandi dulu. Nanti bisa lanjut tidur lagi." Ucap Raka.

Vivi tidak menjawab tapi ia segera masuk ke kamar mandi.

☃️☃️☃️☃️☃️

Vivi Prov.

Kini gue udah selesai mandi. Mandi kali ini lebih lama karna gue mandi besar setelah selesai datang bulan.

"Kalau mau lanjut tidur, silahkan. Kalau mau makan, saya sudah belikan makanan." Ucap mas Raka tanpa melihat gue.

Jadi gini ya rasanya di ajak bicara tapi tidak di lihat. Sakit.

Mas Raka merapikan sajadahnya dan mengganti baju kokohnya dengan kaos santainya lalu keluar kamar tanpa menyapa gue.

Kok gue sakit ya dicuekin? Serasa ga di anggep ada.

Gue segera sholat maghrib lalu menyusul mas Raka untuk makan bareng. Tapi ternyata mas Raka sudah makan duluan.

Gue makan tanpa selera. Padahal seharian belum makan tapi di cuekin mas Raka membuat rasa lapar gue hilang.

Mas Raka mengangkat telfonnya setelah dia selesai makan. Dan gue yang bener-bener ga nafsu makan pun segera berhenti maksain makan.

"Mas Raka udah selesai makan?" Tanya gue yang di jawab dengan anggukan kepalanya lalu mas Raka kembali melanjutkan telfonannya sedangkan gue membawa piring dan sendok bekas makan gue dan mas Raka.

Setelah gue selesai cuci piring, gue menghampiri mas Raka yang udah selesai telfonan.

"Mas, besok Vivi udah mulai kerja ya." Ucap gue.

"Terserah." Jawab mas Raka singkat lalu jalan ke ruang kerjanya.

Huufth.

Gini amat nasib gue. Udah di tinggal Delvin, sekarang di cuekin mas Raka.

Gue menelfon Grizell. Kita emang udah baikan. Katanya sih kemarin mas Raka memanggil Grizell dan jelasin semuanya serta memintakan maaf buat gue.

Yeah. Enaknya punya pasangan yang lebih dewasa tuh ini. Bisa membantu menyelesaikan masalah.

Sekarang gue curhatin semuanya ke Grizell. Mulai sakit hatinya di tinggal Delvin, marah-marah ke mas Raka sampai pecahin gelas dan sakit hatinya di cuekin mas Raka.

"Terus gue harus gimana Zell?"

"Lo tutup kenangan lo sama Delvin, Vi. Lo harus sadar, sekarang pak Raka itu suami lo. Lo harus jaga perasaannya juga. Emang pasti ga akan mudah untuk jalaninnya. Tapi cobalah pelan-pelan Vi. Move on dari Delvin. Lo dan pak Raka itu udah terikat pernikahan Vi. Jangan main-main sama ikatan yang sakral." Ucap Grizell di seberang telfon.

"Tapi sekarang mas Raka diemin gue Zell. Gue gatau gimana caranya ngomong sama dia. Di cuekin gue. Dan rasanya tuh sakiiiit banget di cuekin gini."

"Lo sadar ga Vi? Dengan lo merasa sakit hati di cuekin pak Raka sebenarnya lo itu udah jatuh cinta sama dia." Ucap Grizell yang membuat gue diam.

Apa bener gue udah jatuh cinta ke mas Raka?

"Vi"

"Vivi"

"I-iya Zell. Gue akan coba. Makasih ya udah dengerin curhatan gue. Makasih udah kasih feedback juga. Dan yang pasti makasih udah jadi sahabat ter the best gue."

"Iya. Semangat yaa. Lo pasti bisa Vi." Jawab Grizell lalu menutup sambungan telfon.

Setelah telfonan dengan Grizell, gue bener-bener bertekad buat move on dari Delvin. Bener kata Grizell, mas Raka sekarang adalah suami gue. Gue ga bisa hidup dalam masa lalu terus. Minta putus dari Delvin waktu itu adalah hal terbodoh dalam hidup gue. Dan kini, gue ga mau ngelakuin hal bodoh yang sama. Gue ga mau mas Raka juga ninggalin gue.

Udah hampir jam 12 malam kini mas Raka akhirnya masuk kamar. Dia sempat kaget melihat gue yang masih belum tidur.

Udah seharian gue tidur, gimana sekarang bisa tidur?

Mas Raka langsung tidur di samping gue tanpa berucap sepatah katapun.

Dia lagi cuekin gue atau lagi marah sama gue sih?

Ga enak banget rasanya di diemin.

The Ice Boy and Fussy GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang