(5)

334 89 25
                                    

Happy Reading💞

Saat perjalanan Naya masiih setia memeluk Haidar dengan erat.

"Rumah lo sebelah mana? " Tanya haidar sedikit berteriak agar Naya bisa mendengarnya.

"Lurus aja nanti pertigaan belok kanan. Rumah aku yang pagarnya cat coklat." Jawab Naya juga dengan berteriak mengalahkan bisingnya kendaraan.

________________________________________________________

Beberapa saat kemudian haidar memberhentikan motornya didepan pagar berwarna coklat yang menjulang tinggi.
Namun Naya tak kunjung melepas pelukkannya dari pinggang Haidar.

"Nyaman ya" celetuk Haidar sambil menyeringai

Naya yang sadar sudah sampai dirumah, merutuki dirinya sendiri yang malah nyaman memeluk pinggang Haidar.

Dengan hati-hati Naya turun dari motor sport hitam haidar dengan bantuan tangan haidar yang diulurkan kepadanya.

"Peka juga ternyata" batin Naya

"Emmmm makasih yah" ucap Naya

"Anggep aja ini imbalan buat roti sama air tadi, gue cuma nggak mau punya hutang budi" tukas Haidar sambil bersikap acuh.

"Ck, apa salahnya sih bilang iya sama-sama" gerutu Naya dalam hati.

"Tapi kok tadi kamu belum pulang? Kan udah sore" selidik Naya

"Gue tadi ada urusan sama guru jadi pulang agak telat" jawab Haidar mencoba meyekinkan. Nayapun hanya manggut-manggut mencoba percaya.

"Oh iya ini jaketnya" Naya melepas jaket yang berada dipinggangnya dan menyerahkan pada Haidar. Haidarpun menerimanya dan memakainya karena hari sudah semakin sore dan udara juga semakin dingin.

"Gue duluan" ujar Haidar sambil menyalakan motornya.

"Eh ,tunggu dulu" Naya mencekal lengan Haidar. Haidar pun menoleh kepada naya dan mengangkat sebelah alisnya, seolah bertanya.

"Hati-hati ya" ucap naya sambil tersenyum tak lupa mengusap kepala haidar yang tertutup oleh helm yang Haidar kenakan.

Haidar terpaku dengan senyum itu, sungguh manis dan lembut. Jantungnya seakan ingin meledak sekarang, sungguh berdekatan dengan Naya tidak baik untuk jantungnya.

Haidarpun hanya mengangguk dan melajukan motornya menjauh dari rumah Naya. Ia benar-bener harus memeriksakan jantungnya apakah bermasalah, hingga berdetak tak karuan.

Naya pun melihat haidar yang semakin menjauh dan senyum tipis menghiasi wajah cantiknya. Pipinya mengeluarkan semburat merah mengingat saat dirinya memeluk haidar. Kemudian ia memegang dadanya, jantungnya berdebug dengan kencang .

"Astaga aku ini kenapa?" Gumam Naya sambil memegang dadanya yang masih begub kencang dan berjalan masuk ke rumah.

_______________________________________________________

"Assalamualaikum, mah " ucap Naya sambil berjalan masuk menuju dalam.

" Waalaikumsalam, kamu kok baru pulang?" Tanya Rosa Mamah Naya sambil mengulurkan tangannya yang disambut Naya untuk dicium.

"Tadi pak mamat telfon katanya ban mobilnya bocor jadi nggak bisa jemput, untung ada temen aku yang mau nganterin aku tadi" jelas Naya

"Oh gitu, gimana sekolah barunya?" Tanya Rosa sambil mengusap rambut Naya.

"Baik kok mah, aku juga dapet temen baru namanya Laras" jawab Naya antusias

"Bagus kalau gitu, tadi yang nganter kamu cewek atau cowok" Rosa mencolek dagu Naya mencoba menggoda anaknya

"Cowok mah, temen sebangku aku kok" jelas Naya

"Yakin cuma temen?" Rosa menaik turunkan alisnya

"Ihhh mamah" Naya mengerucutkan bibirnya

"Hahahaha udah sana bersih-bersih terus makan, udah mamah siapin" ucap Rosa

"Iya mah, papah belum pulang mah?" Tanya Naya sambil berjalan menuju kamarnya.

"Papah masih ada meeting, kayak nggak tau papahmu aja kamu". Jawab Rosa

"Hehehe iya juga ya, aku ke atas dulu ya mah" ucap naya sambil berlari menaiki tangga. Rosa pun geleng-geleng kepala melihat kelakuan putrinya itu.

__________________________________________________________

Disisi lain Haidar baru saja sampai dirumah. Rumah yang tampah megah namun sepi hanya ada pelayan dan pengawal yang berada didalamnya.

Orang tua Haidar sama-sama sibuk dengan bisnisnya masing-masing.
Bagas Mahendra ayah haidar adalah CEO perusahaan besar yang sangat berpengaruh hingga membuatnya sibuk berkutat dengan lembar-lembar kertas yang setiap hari menumpuk dimejanya, kadang kala ia juga harus turun tangan kelapangan untuk mengurus proyek tertentu.
Sedangkan Anggunida Mahendra Mamah haidar adalah pemilik butik terkenal yang rancangan bajunya sudah mendunia bahkan dipakai oleh orang-orang penting, walaupun Anggun tidak sesibuk Bagas, Anggun juga memiliki waktu yang kurang untuk bersama atau berkumpul bersama keluarga.

Haidar pun berjalan gontai masuk kerumah, para pelayan membungkuk memberi hormat terhadap tuan mudanya.

Haidar menghentikan langkahnya pada salah satu pelayan yang sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri.

"Bi , apa mereka nggak ada yang pulang?" Tanya haidar pada Bi Iyem.

"Maaf den Tuan dan Nyonya tidak pulang" jawab bi iyem dengan melihat tuan mudanya sendu. Ia tau tuan mudanya saat kesepian dan membutuhkan kasih sayang orang tuanya.

"Ya udah bi, aku ke atas dulu" Haidar menghelas nafas kasar. Sudah biasa seperti ini. Sendiri itu lah yang menggambarkan dirinya, sendiri dalam artian kesepian karena kadang walau ditempat ramaipun kita masih bisa merasakan kesepian.

Sama halnya seperti Haidar ya walaupun ia memiliki keluarga yang utuh namun, ia seperti hidup sendiri.

Haidarpun menghempaskan tubuhnya kekasur empuknya. Menatap sendu langit-langit kamarnya, memejamkan mata menyoba mengusir sesak yang hinggap dihatinya.

Hingga sekelebatan bayangan gadis yang baru saja ditemuinya membuat sedikit rasa sakitnya menguar entah kemana. Senyum tipis terpatri dibibirny seperti sebuah harapan kecil baru saja ia dapatkan.




















TBC
Itulah hal yang kadang kita rasakan, walaupun kita memiliki banyak orang didekat atau ditempat ramaipun kita kadang masih bisa merasakan kesepian dan kosong.
Kasih dukungan dong buat Haidar💞

Jangan lupa tunggu next chapter ya😊
Dan jangan lupa comen dan vote, aku tunggu notif dari kamu 💞

My Introvert Boy  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang