(16)

200 62 52
                                    

Happy Reading 💞

Haidar mendengus melihat orang yang kini masih berdiri di ambang pintu.

"Mau ngapain disitu? Udara segarnya bakalan kehalang kalau lo terus disitu" dengus Haidar.

"Kamu nggak di apa-apain sama dia kan, Nay" orang tersebut tak menghiraukan perkataan Haidar. Ia malah melangkah mendekati Naya dan membolak-balikkan badan Naya seperti mengecek apa ada yang terluka.

Haidar memutar bola mata malas melihat itu.

"Emang tampang gue keliatan kayak orang jahat apa?" Ketus Haidar.

"Orang jahat nggak perlu tampang, yang penting itu skill sama niat" Adrian memandang remeh Haidar.

Ya, orang tersebut adalah Adrian. Niatnya ingin mengambil obat untuk temannya tapi malah disuguhkan pemandangan yang membuatnya terkejut, Haidar dan Naya dengan posisi yang sangat dekat bahkan terlihat seperti berciuman.

"Lagian mana mungkin gue punya niat jahat sama orang yang gue sayang?" Haidar menarik satu sudut bibirnya.

Naya dan Adrian yang mendengar itu terkejut. Naya menetralkan degub jantungnya yang menggila, sedangkan Adrian mengepalkan tangannya mendengar penuturan Haidar. Namun, Adrian sangat pandai mengatur ekspresi wajahnya yang tetap terlihat santai seakan tak termakan oleh omongan Haidar.

"Omong kosong" tukas Adrian.

"Udah-udah kalian kenapa ribut terus sih tiap ketemu?. Idar kamu harus istirahat kan lagi sakit dan kak Adrian tadi kesini ada keperluan apa?" Naya sudah jengah mendengar perdebatan dua orang tersebut.

"Astaga, aku mau ngambil kotak P3K temen aku lagi luka. Makasih ya Nay udah diingetin. " Adrian menepuk kepalanya karena bisa melupakan tujuannya ke UKS.

"Aduh, Aya. Kepala aku pusing banget" rengek Haidar pada Naya.

Naya yang melihat itu tersenyum geli, Haidar yang selalu dingin kini malah terlihat menggemaskan. Sedangkan Adrian berdecak melihat itu.

"Yaelah modus lo kuno banget" dengus Adrian.

"Liat deh, Aya. Dia bikin aku tambah pusing" adu Haidar sambil menggoyangkan lengan Naya.

"Kak Adrian udah selesaikan?" Tanya Naya.

"Udah kok, Nay. Gue pergi dulu, udah ditungguin. Kalau ada apa-apa teriak aja ya" Adrian berjalan menuju pintu UKS.

"Iya kak" jawab Naya sambil tersenyum.

"Jangan senyum, Aya" ucap Haidar dengan nada dingin.

"Pacar bukan tapi posesif banget" ledek Adrian

"Pergi lo ganggu aja" perintah Haidar. Lalu Adrian berlalu tanpa membalas perkataan Haidar.

Naya geleng-geleng kepala melihat itu.

"Elusin kepala aku, Aya" titiah Haidar sambil memejamkan mata. Seperti rasa pusing mulai menjalar pada kepalanya.

Naya mengusap kepala Haidar yang membuat empunya nyaman, hingga hembusan nafas teratur dari Haidar menandakan bahwa dirinya telah terlelap.

Naya masih setia memandang wajah tampan Haidar yang terlihat damai, terlelap tanpa beban. Ia tau Haidar sangat rapuh seperti sebuah kaca yang bisa saja sewaktu-waktu retak maupun pecah. Lalu ingatannya kembali kala Haidar mengatakan bahwa dirinya menyayangi Naya, tapi apa benar Haidar menyukai dirinya?. Bukankah konsep sayang itu universal bisa saja Haidar menyayangi hanya sebagai sahabat, Naya tak akan berharap terlalu tinggi untuk itu. Toh, dirinya juga masih belum tau perasaan apa yang ia punya terhadap Haidar.

"Cinta terlalu rumit untuk dimengerti, Namun akan akan terasa sakit saat kita telat menyadari hal itu"

__________________________________________________

Bel pulang sekolah telah berbunyi dan kini Naya dan Adrian masih terlelap dalam dunia mimpi mereka masing-masing. Adrian mulai menggeliat karena mendengar suara bel pulang berbunyi. Lalu dirinya melihat kesisi kanannya yang ternyata melihat Naya tertidur dengan posisi menelungkup disisi bangkarnya dan badannya yang ia dudukkan didekat Haidar. Haidar yang melihat itu tersenyum manis, hatinya menghangat melihat itu, namun ada rasa bersalah pada Naya hingga membuatnya tertidur dengan posisi seperti ini yang dipastikan punggungnya akan sakit saat bangun nanti.

"Aya" Haidar menepuk-nepuk pipi Naya pelan.

"Hoam" Naya menguap sambil mengucek matanya menyesuaikan cahaya.

Haidar yang melihat itu terkekeh, Naya terlihat sangat menggemaskan baginya.

Naya yang sadar Haidar tengah menertawakannya lalu menutup wajahnya dengan ke dua tangannya. Dirinya sungguh sangat malu.

"Kenapa ditutup? " Tanya Haidar sambil terkekeh.

"Diem" tukas Naya.

Bukannya berhenti tapi Haidar malah semakin kencang tertawa.

"Kamu cantik kok " ucap Haidar yang membuat pipi Naya bersemu merah.

"Ck, pembual" elak Naya.

"Perkataan sama reaksi tubuh kamu nggak selaras, Aya. Liat tuh pipi kamu udah merah" Haidar tertawa melihat itu. Namun, Haidar kemudian meredakan tawanya

"Aya" panggil Haidar namun Naya masih menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Aya liat aku" Haidar melepas tangan Naya dari wajahnya lalu memegang pundak . Hingga manik hazel Haidar bertemu dengan manik coklat cerah milik Naya.

" Boleh aku berdoa pada Tuhan untuk tetap bersama kamu?.
Selalu menggenggam tanganmu
Merasa dekap hangat mu.

Bolehkah kali ini aku egois untuk tak ingim melepaskanmu?
Aku takut sendirian.
Aku takut kehilangan tujuan..
Namun, jika nanti kamu lelah dengan sikapku. Bolehkah aku memintamu untuk tetap bertahan? " Haidar menatap Naya sendu.

"Aku nggak bisa janji, tapi aku akan berusaha untuk tetap bersama kamu. Kalaupun aku nanti aku pergi itu karena kamu yang memintaku untuk pergi" jelas Naya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Haidar lalu memeluk Naya erat yang dibalas oleh Naya, entahlah hatinya seakan gundah dan pikirannya kalut. Ia tak ingin Naya pergi, saat ini hanya Naya yang bisa menjadi alasan ia tetap bertahan dikejamnya dunia.

























TBC
Haiiiiii, long time no see
Aku lama banget nggak update ya, hehehe

Gimana sama part ini?
Jangan lupa tinggalin jejak kalian ya😊
Thanks for all and stay healthy ❤️💞

My Introvert Boy  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang