(12)

219 62 20
                                    

Happy Reading 💞

Pagi ini Naya sudah siap dengan seragam yang melekat pada tubuh mungilnya, senyum manis tak luntur dari bibir pink yang telah ia olesi dengan liptint tipis. Pagi ini ia akan sarapan bersama dengan Papah dan Mamahnya, mungkin terdengar sederhana, namun bagi Naya itu hal yang spesial, pasalnya Papahnya yang memegang perusahan membuatnya disibukkan dengan tumpukan kertas-kertas putih yang membuatnya harus jarang dirumah, pulang pergi keluar kota maupun luar negeri sudah seperti keseharian Bima.

***

"Pagi Mah, Pah" sapa Naya dengan ceria sambil berjalan menuruni tangga.

"Pagi Sayang" sambut Bima dan Rosa dengan senyum manisnya.

"Aku seneng banget kita bisa kumpul bareng gini" senyum Naya.

"Maaf ya sayang, Papah nggak bisa selalu nemenin kalian" Bima menatap putrinya sendu.

"Ah, Kok jadi sedih sih. Aku ngerti kok, Pah"  ucap Naya dengan senyum manisnya.

"Mending kita langsung sarapan aja gimana? Nanti kamu telat" celetuk Rosa.

"Iya Mah" ucap Naya sambil mengambil beberapa lembar roti dan mengolesinya dengan selai coklat.

Detik berikutnya, hanya terdengar denting alat makan tanpa ada yang membuka suara. Memang itu sudah kebiasaan mereka tidak boleh ada yang bicara saat makan, karena menurut mereka itu tidak sopan.
Hingga suara ponsel Bima memecah keheningan.

"Papah angkat telfon dulu yah" ucap Bima sambil menatap istri dan anaknya, kemudian berjalan menjauh dari ruang makan.

Naya dan Rosa saling pandang, pasalnya Papahnya selalu mengangkat telfon didepan mereka entah dari rekan bisnis atau siapa pun itu, tapi kali ini kenapa harus menjauhi.

Naya yang penasaran pun mengikuti Papahnya.
Samar-samar Naya mendengar Papahnya berbicara.

"Iya dia suka"

"Tunggu waktu yang tepat"

"Kamu tenang aja"

Bima mengakhiri pembicaraan dengan seseorang tersebut kemudian berbalik ingin kembali keruang makan, namun ia terkejut ketika melihat Naya berdiri dibelakangnya.

"Naya" Bima mencoba bersikap biasa.

"Papah lagi telfon sama siapa?" Tanya Naya.

"Sama rekan bisnis, biasa lah" Jawab Bima dengan senyum.

"Oh, ya udah aku mau berangkat ya, Pah" Naya mengulurkan tangannya dan mengecup punggung tangan Papahnya.

"Hati-hati ya, belajar yang bener" Ucap Bima sambil mengelus  pucuk kepala putrinya.

"Siap kapten" Naya bersikap memberi hormat kepada Papahnya. Bima hanya terkekeh melihat tingkah putrinya.

____________________________________________________

Haidar berjalan melalui koridor sekolah dengan wajah datarnya. Tak sedikit dari siswi disana mencuri pandang pada Haidar, garis wajah yang tegas, badan yang tinggi dan tegap serta rambut hitam cepaknya membuat ia tampak sempurna. Mata hazel miliknya yang menyempurnakan tampilan dirinya.

My Introvert Boy  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang