(8)

262 84 20
                                    

Happy Reading 💞

Haidar menarik pergelangan tangan Naya dengan lembut menuju rooftop, tempat itu lah yang mungkin bisa sedikit menenangkan pikiran kalutnya sekarang.

Haidar yang awalnya ingin memisahkan Naya dengan Adrian karena merasa hatinya panas ketika melihat Naya yang berdekatan dengan Adrian. Namun malah berakhir dengan dirinya yang dipisahkan dengan Adrian oleh Naya, sungguh menggelikan.

Haidar membawa Naya pada kursi panjang yang tampak usang dan tak terawat mungkin karena selalu terpapar matahari. Mereka masih sama-sama bungkam, bergelut dengan pikiran mereka masing-masing sembari menikmati semilir angin yang menerpa wajah mereka.

"Kenapa kamu bisa sampai tersulut emosi Haidar?" Tanya Naya memecah keheningan

"Aku hanya tidak suka membahas orang tua ku" jawab Haidar dengan mata terpejam dan badan yang ia sandarkan pada sandaran kursi.

Hingga tanpa sadar Haidar telah merubah gaya bicaranya yang awalnya " lo - gue" menjadi " aku-kamu".

"Tapi kamu membuat kak Adrian terluka, kamu juga bisa dapat masalah karena berkelahi disekolah. Ini seperti bukan kamu yang biasanya tenang dan tidak peduli omongan orang" ucap Naya sambil menghadap Haidar.

"Kamu mengkhawatirkannya?" terdengar nada tidak suka dari ucapan Haidar.

"Aku mengkhawatirkanmu, Haidar. Kalau sampek kak Adrian luka parah. Kamu bakal dapet masalah" jelas Naya.

Bahkan ia tidak memanggil Haidar dengan sebutan Idar, apakah sebegitu marah dirinya?.

"Aku hanya membenci ucapannya" lirih Haidar.

Naya melihat manik mata Haidar yang menatap kedepan, tersirat kepedihan dan kosong. Naya tak tau beban apa yang sedang Haidar bawa, yang ia tau Haidar selalu bisa menyembunyikan dibalik wajah datar dan dinginnya.

Naya menepuk pundaknya agar Haidar bersandar, tanpa penolakan Haidar menaruh kepalanya pada pundak Naya sambil memejamkan matanya menikmati usapan lembut tangan Naya pada rambutnya.

" Aku tidak tau masalah apa yang kamu hadapi, idar. Tapi aku bisa menjadi orang yang mendengar keluh kesahmu, meminjamkan pundak untuk sekedar bersandar pada lelahnya harimu, merangkulmu ketika kamu merasa sudah tidak kuat menjalani hidup. Aku tidak akan memintamu bercerita sekarang, aku akan menunggumu sampai kamu siap bercerita." Ucap Naya dengan tangan yang masih mengusap lembut rambut Haidar.

Haidar yang mendengar penuturan Naya hatinya menghangat. Setidaknya masih ada orang yang mempedulikannya. Ia selalu berharap bisa egois meminta pada Tuhan untuk mengirim satu orang yang akan selalu berpihak padanya, dan ia berharap Naya adalah orangnya.

Hari ini Haidar dan Naya memutuskan untuk membolos 2 jam pelajaran.

______________________________________________________

"Idar __ idar" panggil Naya sambil menepuk pipi Haidar agar sang empu bangun.

Dari obrolan mereka, membuat mereka tanpa sadar tertidur. Naya yang melihat arlojinya segera membangunkan Haidar untuk kembali ke kelas karena dirasa sudah cukup lama meninggalkan kelas.

"Emmm" Haidar berdeham, mencoba membuka kelopak matanya untuk menyesuaikan cahaya, kemudian duduk tegap mencoba mengumpulkan nyawanya.

"Ayo balik kekelas" ajak Naya

Haidar melihat jam yang melingkar ditangannya dan mengangguk. Berjalan mendahului Naya. Namun baru beberapa langkah Haidar menyadari Naya yang tidak beranjak dari tempatnya berdiri, membuatnya berbalik dan menyeritkan alisnya.

"Idar " panggil Naya dari tempatnya berdiri.

"Hmm" Haidar hanya berdeham menanggapi Naya

Naya mencebikkan bibirnya.
"Gandeng" ucap Naya sambil mengulurkan tangannya meminta Haidar untuk meraihnya. Namun harapannya sirna karena Haidar hanya menatapnya datar.
Nayapun kesal , berjalan menghentak-hentakkan kakinya menuju Haidar kemudian mengenggam tangan Haidar terlebih dahulu.

Haidarpun hanya tersenyum geli melihatnya. Selama perjalanan Naya masih saja menggenggam tangan Haidar dengan mengayun-ayunkannnya, dan berceloteh hal-hal tidak penting. Haidar hanya menanggapi sesekali itu pun hanya sekedar dehaman atau anggukan kepala.

Banyak pasang mata yang memperhatikan interaksi mereka, bahkan tak segan-segan mereka menggunjing Naya dan Haidar secara langsung.

"Kok Naya mau ya deketan sama orang aneh kaya Haidar"

"Pasti Naya cuma kasihan sama Haidar"

"Naya kan cantik pasti Haidar cuma manfaatin"

"Tapi Haidar juga ganteng, tapi orangnya aneh"

Mungkin begitulah bisik-bisik para murid yang melihat mereka. Naya dan Haidar mencoba menulikan pendengaran mereka.
Naya menoleh pada haidar sambil mendongak, karena tinggi mereka terpaut sedikit jauh.

"Kenapa?" tanya Haidar sambil menghentikan langkahnya yang diikuti Naya.

"Ck, kamu tinggi banget sih" dengus Naya
Haidar hanya merotasikan bola matanya.

"Nunduk deh" perintah Naya. Haidarpun menunduk mensejajarkan tinggi mereka.
Dengan jarak yang seperti ini jantung mereka berdegup dengan kencang. Membuat irama yang sinkron.
Naya mendekatkan bibirnya pada telinga Haidar dan membisikkan sesuatu pada Haidar.

"Aaaaaaaaaaaaaaa" Naya berteriak tepat didepan telinga Haidar.

"Astaga, Aya. Kamu apa-apan sih ?" Haidar kemudian mengusap-usap telinganya yang berdengung karena teriakan Naya.

"Hehehe, biar kamu nggak dengerin omongan mereka. Dan cuma bisa dengan suara aku aja" ucap Naya sambil tersenyum memperlihatkan deretan giginya, seperti tanpa dosa.

"Tapi telinga aku sakit tau" dengus Haidar

"Hehehe maaf" ucap polos Naya

"Ya udah ayo jalan lagi" ucap Haidar

Naya kemudian mengulurkan tangannya yang sempat terlepas dari genggaman Haidar. Haidar yang melihat itu  menggeleng-gelengkan kepala kemudian menggandeng tangan Naya. Entah sejak kapan sifat Naya yang manja muncul didepan Haidar.

Naya yang melihat tangannya digenggam Haidar pun tersenyum dan mengayun-ayunkan tangannya dan Haidar. Haidar melirik Naya kala mereka berjalan bersama, senyum tipis terpatri pada bibirnya. Warna yang dulu hitam kini mungkin telah berubah abu-abu, walau tak secerah warna yang lainnya, namun ada sebuah warna lain dalam hidupnya.





































TBC

Gimana dengan part ini?
Jangan lupa vote dan juga komen yah❤️
Setidaknya tinggalkan jejakmu disini😊

Tunggu next part yah❤️❤️😊

My Introvert Boy  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang