(24)

147 10 5
                                    

Happy Reading 💞

Setelah pemakaman Bagas, kini Haidar semakin dingin dan tak tersentuh.
Dirinya hanya duduk dengan tatapan kosong.

Diambilnya pematik api beserta sebungkusnya rokok, barang yang bahkan belum ia sentuh, cukup terdengar tidak mungkin apalagi dirinya laki-laki. Tapi selama ini Haidar memang sangat menjaga tubuhnya.

Disesapnya sebantang nikotin tersebut bercampur rasa manis pada bibirnya. Candu, itu lah yang Haidar rasakan.

Pikiran kalutnya membuat ia tak lagi mau berpikir logis. Memikirkan kehidupan kedepannya saja Haidar terasa muak.

Namun tiba-tiba seseorang dengan lancang merebut rokok tersebut dan membuangnya. 
Haidar mendongak mencoba melihat orang tersebut.

Naya. Berdiri tepat didepannya.

"Kamu apa-apa sih, Dar. Kamu pikir dengan kamu kayak gini masalah akan selesai? Enggak , justru kamu malah nambah masalah tau nggak." Cecar Naya.

"Terus gue harus gimana?" Tanya Haidar putus asa.

Naya yang melihat itu dengan cepat memeluk Haidar, mencoba menguatkan sosok yang selama ini rapuh.

"Aku nggak mau nanya apa kamu baik-baik aja, karena aku tau keadaan kamu jauh dari kata baik. Aku nggak mau bilang kalau kamu harus ikhlas, karena aku tau ikhlas itu bisa dilakukan dengan bertahap. Aku mungkin nggak bisa jadi pembicaraan yang baik, tapi aku bisa jadi pendengar yang baik untuk kamu." Haidar hanya diam sambil terus memeluk Naya.

"Gue udah jahat sama lo, Nay. Kenapa lo masih peduli sama gue?"

"Karena a-aku sayang sama kamu, Dar" jawab Naya dengan pelan, namun Haidar masih bisa mendengarnya.

Haidar melepas pelukan itu lalu menatap Naya dengan lekat.

"Lalu Bintang?"

"Bintang? Dia temen aku, Dar." Jelas Naya.

"Tapi waktu itu kamu bilang sayang sama dia"

Naya mencoba mengingat kejadian itu.

"Oh, waktu itu kamu pasti nggak denger sampai selesai. Aku bilang aku sayang sama dia hanya sebatas teman dan itu nggak mungkin berubah." Jelas Naya.

"Jadi? " Tanya Haidar membuat Naya menyeritkan dahinya.

"Jadi..?" Ulang Naya karena tidak paham maksud Haidar.

"Jadi, will you be my girlfriend? " Tanya Haidar sambil menggenggam tangan Naya.
Naya mengangguk kecil lalu Haidar menghambur memeluk Naya.

Lengkung tipis terpatri pada bibir Haidar, jika sekarang Papahnya membawa separuh hidupnya pergi, maka Naya yang akan kembali melengkapi kekurangan hidupnya.

"Jadi kalau sekarang kamu ada masalah jangan lampiasin ke rokok. Kamu sekarang udah punya aku yang siap kamu bagi cerita senang maupun sedih" Naya tersenyum manis pada Haidar.

"Makasih" hanya kata singkat itu yang Haidar mampu ucapkan, ia tak bisa mendeskripsikan perasaannya kini.

_______________________________________________________

Ditempat lain seseorang tengah mengepalkan kuat.

"Ternyata peringatan gue nggak cukup" desis orang tersebut.

"Kenapa lo nggak ngehabisin dia sekalian? " Tanya orang tersebut kebawahannya.

"Maaf Tuan muda, tapi anda hanya meminta kami menghabisi dia saja" Orang tersebut memunduk sopan pada orang yang mereka panggil "Tuan Muda" itu.

My Introvert Boy  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang