(6)

286 81 22
                                    

Happy Reading 💞

Sinar matahari menelusup melalui tirai yang tak tertutup rapat, mengusik tidur lelap lelaki tampan yang masih enggan untuk beranjak dari tempat tidurnya. Hingga bunyi dering ponsel membuatnya mengerang dan menekan ikon hijau pada ponsel tersebut.

"Hmm" deham Haidar malas

"Kamu udah bangun kan nak, Jangan sampai terlambat sekolah. Maafin mamah ya nggak bisa pulang. Soalnya ada rancangan yang harus diselesaikan"  ucap orang diseberang sana dengan penyesalan yang tidak lain adalah mamah Haidar, Anggun.

"Hm,  gak papa. Udah biasa" tukas Haidar, walaupun ada sedikit kecewa. Toh, itu tidak akan membuat ibunya pulang.

Ia sudah terbiasa dengan keadaan sendiri dan kesepian, hanya uang yang mereka berikan pada Haidar. Mungkin banyak orang bilang uang bukan segalanya, tapi nyatanya segalanya butuh uang, mungkin itu juga yang difikirkan orang tua Haidar. Tapi Haidar berfikir tidak ada salahnya jika sehari saja mereka ada untuk dirinya atau sekedar makan bersama, itu seperti sebuah harapan yang sepertinya hanya akan Haidar pendam saja.

"Sayang, maafkan mamah nak" Terdengar lirih dan bergetar.

Haidar yang mendengar itu ia tau bahwa Mamahnya sedang menahan tangis, hati haidar seakan terhimpit batu besar, sekecewa apapun Haidar terhadap Ibunya ia tidak akan bisa melihatnya menangis.

"Mah, udahlah. Aku udah dewasa. Aku paham" Walau hatinya berbohong ia tak bisa jika ibunya menangis dan menyalahkan dirinya sendiri, Haidar tidak akan kuat melihat itu.

"Aku tutup dulu mah, aku harus berangkat sekolah" ucap haidar. Ia tak mau terlalut dalam obrolan yang akan semakin membuat hatinya dan ibunya sakit.

"Ah, baiklah nak. Jangan lupakan sarapan dan hati-hatilah. Mamah akan usahakan pulang hari ini" . Ujar Anggun

"Hmm, tak perlu dipaksakan jika tidak bisa. Aku juga tak akan terlalu berharap, sudah berulang kali aku kecewa. Aku tutup dulu, Mah" jawab haidar dan langsung memutus sambungan telfon tanpa menunggu jawaban dari seberang sana.

Haidar memejamkan matanya, mencoba menguatkan dirinya sendiri.
Rasa panas menjalar pada matanya yang telah memerah, menghasilkan cairan bening yang  sebentar lagi luruh tanpa ia minta.
Setiap orang memang tidak bisa memilih untuk bagaimana mereka menjalani hidupnya tapi setiap orang bisa memilih cara untuk mereka bahagia dengan hidupnya.

Haidar segera mengahapus kasar air matanya, kemudian berjalan dan menyibak tirai kamarnya yang kini menampilkan gedung-gedung tinggi menjulang dibalik kaca besar tersebut. Dirinya masih menatap kedepan namun entah kemana pikirannya.
Kemudian ia melihat jam hitam yang melingkar ditangan nya menunjukkan pukul 06.35, namun ia masih menggunakan kaos putih dan celana pendek hitam. Ia pun segera bergegas mandi dan bersiap kesekolah. Sepertinya terlambat untuk hari ini bukan hal yang buruk, mungkin begitu pikir Haidar.

_____________________________________________________

SMA MERPATI sudah mulai ramai dengan siswa-siswi karena jam sudah menunjukkan 06.40 yang tandanya sebentar lagi pembelajaran akan segera dimulai.

"Pagi ras" sapa Naya dengan ceria sambil melambaikan tangannya.

"Pagi juga Nay" balas Laras dengan senyum manis dan membalas lambaian tangan Naya.

Naya kemudian berjalan menuju bangkunya dan melihat bangku sebelahnya yang masih kosong. Nayapun melihat jam yang melingkar ditangannya yang menunjukkan pukul 06.45

" Apa Haidar suka telat? Atau ia bangun kesiangan?" Tanyanya dalam hati

Ia menoleh pada Laras yang duduk disampingnya sambil memainkan ponselnya.

"Ras" panggil Naya

Laraspun menoleh pada Naya

"Ada apa Nay?" Tanya Laras

"Emmm Haidar suka terlambat yang emanganya? Sebentar lagi udah mau bel kok belum dateng dia nya?" Tanya Naya sambil duduk menyamping menghadap Laras.

"Enggak kok, Nay. Biasanya 30 menit sebelum bel dia juga udah dateng tapi nggak biasanya dia telat kayak gini" jelas Laras

Naya pun mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti, kemudian kembali menghadap depan sambil menopang dagu.

"Kenapa kamu misterius banget sih, dar?. Tapi kenapa aku juga peduli sama dia, lagian aku juga baru kenal" batin naya

"Cieee Naya peduli sama Haidar" goda Laras

"Apa sih ras, aku_aku cuma kepo aja kok" bantah Naya

"Iya deh, tapi nanti kalau udah jadian jangan lupa pajak ya Nay" bukannya berhenti Laras semakin menggoda Naya.

"Ihhh ,Laras apa sih" Naya mengerucutkan bibirnya tanda kesal sambil menyilangkan tanganya didepan dada. Sungguh menggemaskan.
Laraspun tertawa berhasil mengusili temannya tersebut. Hingga bunyi bel meredakan tawanya.

Triiiinngggg!!!
Seluruh siswa masuk kelas dan duduk dibangkunya masing-masing. Namun Haidar juga belum sampai.

Seorang guru paruh baya berjalan dengan angkuh dan berwibawa, siapa lagi kalau bukan Bu. Bar

Kelas yang sebelumnya ramai kini telah sunyi dan senyap.

"Selamat pagi anak-anak" sapa Bu. Bar

"Pagi Bu" jawab murid-murid dengan serempak

"Baik, kita lanjutkan pembelajaran minggu lalu" Bu.Barta pun mengambil sepidol dan menggoreskannya pada papan putih didepan kelas.

______________________________________________________

Disisi lain laki-laki dengan motor sport hitamnya menatap pintu gerbang sekolah yang sudah ditutup rapat. Ia pun memutar otak agar bisa masuk, kemudian sebuah ide muncul dipikirkannya. Ia melajukan motornya pada warung dekat sekolahnya, ia pun menitipkannya pada penjaga warung dan berjalan menuju belakang sekolah.

Terlihat pagar setinggi 2 meter didepannya. Ya, melompatinya hanyalah satu-satunya solusi agar bisa masuk kedalam sekolah. Dari mana ia bisa tau tempat ini padahal ia tidak pernah terlambat? Jawabannya karena ia pernah mendengar teman kelasnya yang suka membolos ataupun terlambat dan mereka selalu lewat tempat ini.

HAIDAR POV

"untung otakku nggak bodoh" ucap Haidar sambil menunjukkan smirk nya. Terlihat menakutkan dan tampan.

Aku pun melompat keatas pagar dan turun ke bawah tanpa kesusahan, tubuhku yang tinggi dan tegap memberikanku kemudahan.

Akupun berjalan dengan santai menuju kelas. Tak peduli jika nanti harus dihukum atau dimarahi.

HAIDAR POV END

Haidar mengetuk pintu kelas, hingga suara mengintrupsinya untuk masuk. Ia pun membuka pintu kelas dan terlihat seorang guru sedang mengajar.

"Permisi bu" ucap Haidar basa-basi dengan wajah datar.

"Kenapa kamu bisa terlambat Haidar" tukas Bu.Barta sambil berkacak pinggang.

"Karena saya datang tidak tepat waktu Bu" jawab Haidar dengan santai serta wajah datar andalannya.

Seketika tawa murid dikelas pecah. Apakah Haidar sedang melucu? pikir mereka, apalagi dengan wajah datarnya semakin membuat murid-murid tertawa geli.  Tak terkecuali Naya, ia yang melihat itu tak bisa menahan tawa.

Bu. Bar pun menarik nafas mencoba meredam emosi nya yang sebentar lagi mungkin akan meledak.

"Diam semuanya" teriak Bu.Bar

Seketika semua murid dibuat bungkam olehnya.

"Saya sudah tidak peduli alasan kamu Haidar, cepat keluar dan hormat ke tiang bendera sampai jam istirahat" perintah Bu. Bar.

Haidarpun hanya mengangguk dan berjalan keluar kelas.











Part ini bikin aku sedih dan ketawa sama tingkah Haidar😄😄

Menurut kalian gimana?
Jangan lupa vote. Komen juga boleh lho 😁, aku tunggu notif kamu lho😊💞

Tunggu next part ya💞💞💞

My Introvert Boy  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang