(22)

127 18 18
                                    

Happy Reading 💞

Hari ini Haidar memaksakan untuk tetap sekolah walaupun badannya masih terasa sakit, ia berniat meminta maaf pada Naya. Ia terus menerus merasa bersalah karena telah berkata dan bersikap kasar pada Naya .

Tepat hari ini juga ia memantapkan diri untuk mengungkapkan perasaan pada Naya, seperti yang ia katakan dulu ia akan mengungkapkan perasaannya saat masalahnya sudah selesai dan kini masalah kesalahan pahaman itu telah berakhir.

Haidar mematutkan penampilannya bahkan rambutnya kini ia sisir dengan rapi, sesekali Haidar terkekeh geli dengan tindakannya. Mungkin terdengar berlebihan , namun tidak bagi Haidar yang baru pertama kali merasakan jatuh cinta bahkan mengungkapkan perasaannya pada perempuan.

"Hufffftttt" berulang kali Haidar menghela nafas guna mengurangi kegugupannya.

Haidar duduk di motor sport hitam miliknya, sejak pukul 06.30 ia sudah berada disekolah, tak lupa setangkai bunga mawar merah yang terus ia genggam di tangannya yang mulai basah karena keringat dingin.

"Nay, mau nggak jadi pacar aku" Haidar berulang kali mencoba menemukan kata-kata yang tepat, ia bahkan terlihat frustasi.

"Terdengar klise nggak sih kalau gitu?" Monolongnya sendiri.

"Nay, kamu sekarang jadi pacar aku. Nggak ada penolakan"

" Ck, kok kayak maksain banget sih" Haidar mengacak rambutnya frustasi.

"Nay kayaknya aku nyaman sama kamu, ya walaupun kita baru kenal____" Haidar menggelengkan kelapa karena merasa kata-katanya terlalu bertele-tele.

Kini Hadir sudah pasrah ia akan mengatakan apapun yang ada dikepalanya nanti jika sudah di hadapan Naya. Ia benar-benar buruk dalam percintaan.

_______________________________________________________

Haidar berjalan di koridor sambil mencari Naya, namun ia malah bertemu Laras.

"Eh, Ras. Liat Naya nggak?" Tanya Haidar pada Laras

"Oh , Naya. Aku sih tadi liat dia tadi ditaman belakang sama Bintang" Haidar yang mendengar itu mendengus sebal, tanpa menjawab atau berterima kasih pada Laras, Haidar melenggang pergi.

"Ck, dasar es batu nggak tau terima kasih" sungut Laras sambil melanjutkan langkahnya.

_____________________________________________________

Haidar berjalan sambil memegang sepucuk bunga mawar merah, tak lupa senyum tipis yang ia sunggingkan.  Namun senyumnya pudar saat melihat pemandangan didepannya.

Bintang memeluk Naya dengan erat, begitupun Naya juga membalasnya. Samar-samar Haidar dapat mendengar percakapan mereka.

"Aku sayang sama kamu Naya" ucap Bintang

"Aku juga sayang kamu, Tian. Bahkan sejak dulu, kita akan se_______"

Tanpa menunggu kelanjutan ucapan Naya, Haidar membalikkan tubuhnya dan berjalan menjauh.

***

Haidar  memutuskan untuk pergi ke rooftop.
Ia terduduk bersandar pada pembatas gedung tersebut.

Ia menatap nanar bunga mawar yang berbeda digenggamnya, ia terkekeh miris. Digenggamnya erat tangkai bunga itu, namun ternyata satu duri masih tersisa pada tangkai tersebut membuat tangan terluka.

Namun Haidar enggan melepasnya, ia membiarkan darah merembas melalui sela-sela jarinya. Menikmati sensasi perih dan juga sakit karena duri yang menancap pada tangannya.

"Kamu adalah definisi sebenarnya dari bunga mawar, Nay. Kamu cantik, namun aku lupa kalau kamu punya duri yang bisa melukai ku kapan saja. Namun bodohnya aku tak pernah peduli akan hal itu" gumam Haidar.

"Kamu adalah analogi paling tepat dari sebuah kata hampir. Hampir bahagia, hampir bersama, hampir berhasil, dan hampir dimiliki." Ucap Haidar sambil menatap kosong kedepan tangannya yang terbalur darahpun ia abaikan, Haidar benar-benar mati rasa.

_____________________________________________________

Haidar berjalan menuju kursinya, ya kursinya disebelah Naya yang kini sudah terisi oleh Bintang. Untuk lukanya ia hanya membersihkannya dengan air tanpa ia beri obat luka.

"Pergi lo" ketus Haidar sambil menatap datar Bintang.

"Sorry, tapi ini bangku gue" jawab Bintang.

Naya hanya menyaksikan perdebatan mereka berdua.

"Ini bangku sekolah asal lo tau, emang lo bawa bangku ini dari rumah?" Haidar tersenyum menyebalkan.

"Tapi gue dari awal masuk udah disini dan bangku ini kosong kok" Bintang tak mau kalah.

"Itu karena gue kemaren pindah, dan sekarang gue udah balik jadi lo pergi sana" usir Haidar.

"Gak " Bintang tetap pada pendiriannya.

"Lo tuh bener-bener ngeselin ya, dasar benda langit" Haidar mulai jengkel dengan Bintang.

"Nama gue Bintang asal lo tau" sungut Bintang.

"Dan gue nggak mau tau" Haidar menatap remeh Bintang.

"Dasar telur dadar" ejek Bintang.

"Nama gue Haidar" geram Haidar.

Naya yang mulai lelah mendengar perdebatan itu mencoba memisahkan keduanya.

"Tian, kamu pindah aja ya. Soalnya ini emang bangku Haidar" Haidar tersenyum kemenangan mendengar itu.

"Tapi, Nay___" belum sempat Bintang menjawab tasnya sudah melayang dilempar oleh Haidar.

Bintang menatap geram Haidar yang kini malah duduk dengan wajah tak bersalah, diambil tasnya dengan kasar kemudian duduk dibangku yang kosong.

Naya kini melirik Haidar yang kini hanya diam, ia sangat canggung untuk sekedar menyapa. Namun ucapan Haidar membuat Naya menatap dalam Haidar.

"Gue minta maaf" kata singkat yang sangat dingin, walaupun bermakna hangat.






































TBC

Haiiiii. Aku kembali setelah sekian lama, hehehe

Gimana part ini?

Kalian setuju nggak sih Naya sama Bintang?
Atau sama Haidar aja?

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan vote dan komen disini❤️❤️

See you next chapter ❤️
And
Stay Healthy ❤️❤️

My Introvert Boy  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang