Can you Guess the Proprietors?

42 18 3
                                    

APA kabar?

Belakangan ini kamu susah sekali dihubungi! Padahal, banyak hal yang mau Nenek ceritakan semenjak kembali ke Greenwich. Paling utama dan mendesaknya, perihal rumah Nyonya Magrinsen di Peterborough yang tempo hari sempat kita bahas itu.

Iya, dia wanita yang ramah bahkan setelah hidup sebatang kara seperti sekarang. Katanya, kamu boleh tinggal di sana sekalian merawat rumah kesayangannya itu--dedaunan Akasia sering rontok, katanya.

Rumah Nyonya Magrinsen memang tidak kurang dari satu, Cucuku Sayang. Tersebar di berbagai distrik, di beberapa pelosok atau dekat kota. Omong-omong, jangan berbangga dulu sebab kamu bukan orang pertama yang menempati rumahnya!

Anak itu sepantaran denganmu. Seingat Nenek--tiga belas tahun, bukan? Ah, Nenek kian hari kian pikun saja. Sungguh malang, karena ayahnya telah tiada dan ibunya pergi entah ke mana. Tidak pernah kembali sejak hari kelulusannya di SMP. Apa? Nenek tidak mengarangnya karena kebanyakan konsumsi drama India, dasar cucu bandel! Padahal, ia masih muda sekali. Nenek sudah mengirimkan fotonya di telegram mamamu.

Awalnya ia hidup terombang-ambing, entah menginap di rusun atau hunian. Kasihan sekali, menghidupi diri sendirian dalam kondisi masih sekolah sepertimu--yang sekarang pasti sedang menonton Pirates of The Carrabian. Apa? Bukannya Nenek ini cenayang, tapi kamu memang begitu.

Sekarang, setelah memohon pada Nyonya Magrinsen, yang adalah tetangganya dulu, akhirnya ia menetap di salah satu rumah. Kebetulan, itu adalah rumah yang juga ditempati Nyonya Magrinsen. Anak itu sangat berbudi pekerti--kamu harus banyak belajar darinya. Dia juga menjaga dan membantu Nyonya Magrinsen yang sudah renta.

Andai cucuku juga di sini merawat Nenek--eh, mungkin lebih baik tidak usah. Justru, nanti Neneklah yang mencucikan korduroi-korduroimu itu--jangan tertawa, dasar!

Beruntung sekali kamu diberi rumah gratis seperti ini--bahkan, Nyonya Magrinsen mempersilakanmu memakai sepeda milik mendiang anak semata wayangnya. Ada dua di gudang, nanti bersihkan saja. Jangan tersenyum pongah dulu, dasar! Si anak berbakti yang tinggal bersamanya itu saja diberikan motor--aduh, jangan berteriak panik begitu, Sayang! Alat bantu dengar Nenek berdenging!

Apa? Tiba-tiba kamu dimarahi gara-gara belum tidur? Aduh, ya sudah. Kita lanjutkan obrolannya besok saja, lagipula ini sudah larut malam. Nenek pengin sekali kamu bertemu dengan anak ini--ia pasti bisa menjadi contoh yang tepat bagimu si pemalas.

Sudah, bukannya kata-kata Nenek pedas. Tapi, yang Nenek katakan hanyalah kebenaran supaya kamu bisa berubah lebih baik. Iya, iya. Nenek tidak apa-apa di sini, ada kakekmu yang masih kuat--setidaknya, ia menghabiskan waktu untuk memelihara ikan hias. Iya, tidak apa-apa.

Selamat malam, Cucuku Sayang.

Rahangku jatuh bebas untuk beberapa saat, ketika memandang bangunan megah yang lapang dan indah di depan. Aku berdecak kagum, "rumah Nyonya Magrinsen yang terbaik."

Mengingat percakapan bersama Nenek kemarin, aku jadi penasaran bagaimana tampang si anak teladan. Apakah ia tipe gadis sederhana yang supel, atau gadis tegas yang tidak feminim sama sekali. Apakah ia lebih cantik dariku? Uh, kalau iya, pantas saja Nenek sangat senang padanya. Aku, kan, paling anti kalau tentang berdandan dan fesion.

Aku dan Mama menggeser gerbang masuk, melihat-lihat pelataran depan. Antik sekali. Tapi, pasti akan bagus kalau dibereskan sedikit. Cukup lama kami mengelilingi bagian luar kemudian masuk ke dalam. Tiba-tiba, aku ingat harus melihat penampakkan si anak teladan itu. Aku gemas sekali ingin tahu apakah ia lebih cantik ataukah tidak!

10 Oddish You Don't Wanna Know [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang