The Debonair from Uranus

107 43 3
                                    

"I know that no one likes me, i know that everything i do looks crazy."
Barbara T-

✖👽✖

"Dari atas loteng, seluruh Hutan Roswell terlihat jelas," Ayah menaiki mobil angkut yang separuh terendam cairan asam lambung, "kulihat ada kerusuhan, jadi aku datang dan bertemu anak besar ini! Dia pasti sangat lapar. Sekarang kau masih tak percaya pada hal-hal anomali, Siobhy?"

"Ayah!" aku merotasikan mata ketika dia menyebut nama kecil yang konyol itu. "Itu Siobhan--Siobhan--oh, tolong!"

Perut besar itu bergetar, terasa seperti Raksasa Oliver sedang berlari menabraki pepohonan konifer. "Ke mana dia pergi?" aku memandangi Vaughn.

"Panti Jompo," tukas Yugo, yang tampak kacau tanpa kacamata dan rambut tersibak berantakkan, "kita harus keluar sekarang."

"Semuanya pegangan," kata Vaughn, memberikan instruksi pada Yugo untuk masuk ke kursi pengemudi. Anak laki-laki itu langsung memutar kunci yang masih terkatung di lubang dan menancap gas sekuat tenaga.

Aku menunduk kepada roda-roda mobil yang berputar gila hingga mengocok cairan lambung Raksasa Oliver. Ayah tertawa aneh, dia merangkulku dan Vaughn sambil berkata, "ini akan jadi air pancur yang hebat."

Seketika itu juga Raksasa Oliver mengamuk, memekik, lantas memuntahkan isi perutnya termasuk sebuah mobil angkut yang kami pegangi hingga terguling seperti kecelakaan dahsyat. Aku terlempar menghantam pohon pinus dan meringis nyeri. Tapi, aku tetap bisa bangkit. Vaughn yang tua bahkan sudah berlari mendahului kami menuju Panti Jompo sebelum Raksasa Oliver yang teler kembali sadar.

"Semuanya, berlindung ke dalam!" seru Yugo setelah melompati pagar pekarangan dengan epik dan menggiring para orang tua ke rumah. Vaughn juga membantu, sedangkan Ayah sedang menyiapkan alat sintingnya yang biasa ia asah di loteng.

"Sekarang, kau tahu benda ini berguna." Dia mengangkat sebuah senapan besar dengan banyak ukiran aneh dan moncong basoka.

"Oh, Ayah!" aku mengeluh, mengacak rambut pirang abuku. "Di depan sana ada raksasa dan--tadinya--aku hampir dimakan anjing kanibal. Ayah tahu sejak lama?"

"Ayah yang menemukan jurnal itu," dia tersenyum puas, "peninggalan kawan lama Ayah yang kau curi diam-diam, eh? Harvey Newton yang malang."

"Kau kenal Harvey?" Vaughn tiba-tiba mendekat setelah membantu seorang nenek mencari gigi palsunya yang lompat. "Harvey anakku?"

"Aku turut berduka. Harvey tewas setelah percobaan pesawat yang baru dia perbaiki. Pesawat untuk kalian pulang," kata Ayah.

Vaughn tertegun, barangkali jantungnya berhenti sedetik. Tapi, Yugo datang melapor dan menggantikan suasana sendu itu menjadi menegangkan. Tangannya teracung melintasi pagar. "Orang-orang sudah aman. Itu dia Oliver datang."

Raksasa Oliver meraung memekikkan, tapi Ayah menembak mulutnya dengan bola-bola hijau yang dia sebut "Iblis Pistacchio" sehingga Raksasa Oliver memerah kepedasan. Vaughn menembakkan butiran-butiran kristal dari pistolnya yang kemudian membekukan wajah Raksasa Oliver. Aku melotot. "Kalian ini apa, sebenarnya?"

"Kau tahu, Siobhan," Yugo berkata di sela-sela kebisingan bunyi tembakkan, "ada banyak keanehan di dunia ini, dan sebentar lagi itu akan menjadi lazim. Apa kau bisa menjelaskan kenapa kakimu sudah tidak terkilir, Vaughn berlari tanpa kursi rodanya, dan aku bisa mengetahui apa pun?"

Lidahku terlilit, tak mampu berkata-kata. Ketika Ayah dan Vaughn menembakkan senjata mereka yang terakhir, Raksasa Oliver tumbang. Kakek-kakek dan nenek-nenek yang menonton tegang di jendela-jendela Panti Jompo mendadak bertepuk tangan dengan meriah, menyetel Ode to Joy dari radio. Aku merasa bahwa segala keanehan ini bukan lagi sesuatu yang patut dipertanyakan.

10 Oddish You Don't Wanna Know [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang