Where is a Place like Freedom?

48 17 6
                                    

KEGELAPAN pekat menyelimuti siluet-siluet tiga anak manusia yang bergerak di atas kapal rakitan. Susah untuk melompat dan memanjat tebing batu ketika air sedang pasang dan ombak-ombak menggulung besar. Mudslug nyaris tercebur ke dalam laut dan mati hipotermia jika saja River tidak menangkap tangannya.

"I-ini d-d-di mana?" Beach jalan tersaruk-saruk dan gemetaran di belakang River, di depan Mudslug. Matanya awas mengamati bentuk tembok raksasa di sebelah jalan berbatu yang mereka susuri, menerjang kabut dingin. Perlahan, pandangannya terbiasa di antara gelap dan cahaya bulan purnama.

"Metroberg," bisik River. "Kita akan masuk lewat gorong-gorong bawah tanah--di sini."

River berhenti mendadak hingga hidung Beach menabrak punggungnya dan Mudslug terjedut kepala Beach--dia hampir mengumpat keras-keras sebelum River menariknya ke dalam lubang, sehingga di sana lah ketiga anak itu: jalan dalam barisan di saluran bawah tanah Metroberg.

"Kenapa kita masuk gorong-gorong?" suara Mudslug bergaung, langkahnya cepat dan tak sabaran. "Baunya seperti ketiak Kupperdot."

River terkekeh geli. "Seakan-akan kau pernah diapit di sana?"

"Ih, tidak bakal!" gerutu Mudslug. "Itu karena saking dahsyatnya bau ketiak dia, tersebar ke mana-mana."

Beach mengintip dari balik bahu River, sebuah jalanan melengkung yang sedang mereka lalui. Di ujungnya terdapat sebuah cahaya kebiruan samar yang menjadi satu-satunya penerang. "Apa itu?"

"Itu lampu helm para Pekerja Got," kata River. "Mereka baik selama kita tidak banyak menganggu. Mudslug, kau kuperingatkan."

"Apa!" Mudslug mendelik sebal. "Kenapa aku!?"

"Sshh," River meletakkan ujung telunjuknya di depan bibir ketika berbalik mengahadap teman-temannya, "itu mereka."

Beach menajamkan pandangannya ketika mereka mulai berbelok di tikungan gorong-gorong. Manusia-manusia menyalakan mesin aneh yang mereka sapukan di sekitar dinding, yang padanya terdapat sebuah tangga panjang menuju ke atas. Beach curiga, mereka akan keluar lewat sana. Dia hanya mengikuti gerak-gerik River yang berjalan dalam ketenangan, perlahan memanjat tangga besi. Mudslug bertahan untuk diam meski bibirnya sudah manyun tak terkira, sebal minta ampun.

"Terdeteksi, benda asing," kata seorang Pekerja Got yang menoleh sehingga cahaya biru helmnya menyorot anak-anak.

"TERJAGA," seru River sambil membentuk jarinya ke arah Pekerja Got. Dia berbisik, "terus memanjat."

Pekerja Got yang mirip manusia kikuk itu berkedip, lantas kembali berkerja. Anak-anak berjuang memanjat hingga akhirnya River memutar tutup besi teratas, mendorongnya dan beranjak ke luar. Kemudian Beach, lalu Mudslug. Mereka berdiri di sebuah gang gelap di antara gedung besar tua yang kumuh dan penyok.

River berpikir sejenak dengan matanya yang gemerlap dan alis tertekuk, mengingat sesuatu. "Ah! Ayo, ke sini."

Mudslug dan Beach saling tatap heran, tapi mereka tetap mengikuti River. Hanya anak itu yang paling mengerti ke mana harus membawa mereka ketika mereka sendiri tidak tahu apa pun. River menghampiri sebuah bangunan jelek dan mengetuk pintunya dengan nada rumit. Tak lama kemudian, seseorang membalas dengan ketukan yang sama rumitnya, lalu dibalas kembali oleh River.

Pintu terbuka. "Masuk," tukas si pria misterius sehingga River, Beach dan Mudslug segera bersembunyi ke dalam.

"Siapa kau, Bocah?" selidik pria itu di bawah sorot lampu biru remang-remang, tampak berantakkan dengan sedikit berewok dan rambut pirang lebat. Beach pikir, dia sepertinya orang dewasa yang tidak jahat karena sedang memakan bonbon bertangkai.

10 Oddish You Don't Wanna Know [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang