Malam berikutnya seakan datang begitu cepat. Cahaya bulan menerangi seisi sekolah yang kini telah porak-poranda. Devan dan yang lain sudah bersiap untuk menuju ke ruang pramuka. Berbagai obat-obatan juga sudah mereka persiapkan. Devan memutuskan agar mereka berangkat pada malam hari sebab dia tahu para Zombie itu kesulitan melihat saat gelap.
Sebelum berangkat, mereka mendoakan kembali jenazah Belinda. Dalam kondisi seperti ini, mustahil jika harus menguburkannya.
Zahra mendekati Belinda. Lagi-lagi dia menangis. "Lin, makasih ya. Kamu udah mengorbankan diri kamu buat aku dan teman-teman yang lain. Makasih juga kamu udah mau jadi sahabatku dari dulu. Maaf, aku gak bisa nolongin kamu. Sekarang kamu istirahat yang tenang ya." mendengar kalimat Zahra, Angga dan Sarah pun ikut menitikkan air mata. Angga jadi merasa bersalah karena telah membunuh sahabat temannya. Tapi jika ia tidak melakukan itu, maka mereka juga bisa dalam bahaya.
Devan menepuk bahu Zahra, mengajaknya untuk bergegas.
Maafin gue juga, Belinda. Devan sungkan, hingga ia memilih mengucapkannya dalam hati.
Mereka berempat mulai beranjak meninggalkan UKS dan jenazah Belinda.
Jarak antara UKS dengan ruang Pramuka tidaklah jauh, tapi waktu yang dibutuhkan untuk kesana juga tidak sebentar. Itu karena mereka harus berjalan mengendap-endap agar tidak di dengar oleh para zombie tersebut. Sesekali Devan atau yang lain melempar sebuah batu untuk mengalihkan perhatian mereka.
Tapi semuanya memang tidak semudah yang di duga.
Krek!
Lagi dan lagi, Zahra tanpa sengaja menginjak ranting pohon hingga menimbulkan suara yang menarik perhatian zombie-zombie itu. Mereka mulai mendekat. Jantung keempat murid tersebut seketika berpacu. Saat ini tak ada pilihan lain kecuali...
"Lari!!!" Devan segera memberi seruan pada teman-temannya.
Mereka terus berlari, menghindari kejaran para zombie itu.
Ruang Pramuka mulai tampak di ujung sana. Senyum mereka mulai merekah. Sedikit lagi mereka bisa sampai.
Karena gelapnya malam, tak hanya membuat para zombie kesulitan melihat tapi keempat murid itu juga. Zahra tepatnya. Dia tersandung batu dan membuat tubuhnya jatuh mencium tanah.
Bruk!
Telapak tangannya perih, lututnya pun berdarah. Ia gemetar. Tidak bisa berdiri. Sedangkan zombie itu semakin mendekat.
Devan yang menyadari Zahra tidak ada, sontak berbalik dan menemukan gadis itu tengah meringis kesakitan. Tanpa sadar jika di belakangnya sudah ada zombie yang siap menyergapnya.
"Zahra awas dibelakang kamu!!!"
°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T PANIC (Completed)
Mystery / Thriller(Sudah di revisi) Sekelompok murid yang terjebak dalam sekolah akibat serangan wabah virus aneh yang menyebabkan mereka harus bertahan hidup dan mencari jalan keluar dari sekolah itu. "Jangan panik, atau kalian akan ketahuan." Start : November 202...