XX (END)

833 111 9
                                    

"A-apa?!" keraguan kembali membebani Sarah, dia yang tadinya terkesan melihat Zahra, sekarang menjadi takut.

"Tidak apa-apa, aku bisa Sarah. Kamu tidak perlu cemas, aku yang bakal habisi semua zombie itu."

Zahra mulai mengarahkan senapan itu ke arah zombie dibelakang Devan dan Angga. Saat ia akan mulai menembak, Zahra memberi peringatan pada kedua pemuda itu.

"Kalian berdua! Menunduk!" lalu rentetan peluru mulai menembaki satu persatu zombie tersebut. Perlahan tapi pasti, akhirnya Devan dan Angga berhasil masuk kedalam mobil.

Sarah segera memeluk Angga lalu menangis di pundaknya. Ia hampir saja kehilangan teman satu-satunya itu. Angga membalas pelukan Sarah dan menenangkannya.

"Hiks... Aku takut..."

"Gak papa, aku udah sampai kan, gak usah takut lagi."

Zahra tersenyum senang melihat semua temannya selamat. Pandangannya kini beralih pada segaris luka di pipi kiri Devan. Ia mencari kotak obat yang dia bawa tadi, lalu memberikan sebuah plester pada pemuda itu.

"Terimakasih." Zahra mengangguk membalas ucapan Devan.

"Ngomong-ngomong, kamu belajar dari mana cara pakai senapan ini? Aku terkesan melihat kamu tadi menembaki zombie-zombie itu." tanya Devan seraya menunjuk senapan laras panjang yang terletak dihadapannya.

"Ahhh... Itu... Aku belajar dari game. Sebelum tragedi ini terjadi, aku seorang youtuber game. Jadi hampir setiap hari aku main game tentang perang atau serangan seperti itu. Hehe."

Devan ber-oh ria, sedangkan Angga dan Sarah nampak terkagum-kagum.

"Wahhh.... Gak nyangka ternyata kamu ini gamers." tutur Angga.

"Begitulah..."

"Kalau kalian udah gak capek lagi, mending kita berangkat sekarang. Mumpung 'mereka' belum ada yang kesini lagi." Devan mengambil beberapa botol bahan bakar buatan itu lalu diikuti oleh Angga. Sementara Zahra dan Sarah membersihkan bagian dalam mobil dan merapikan peralatan yang masih berserakan.

Ketika dirasa semua sudah beres, mereka berempat mengambil posisi masing-masing. Angga dan Devan berada didepan dengan Devan yang mengambil kemudi, Zahra dibelakang Devan dan Sarah duduk dibelakang Angga.

Devan mengambil kunci mobil yang Harris titipkan padanya, memasukkannya kelubang kunci, lalu mulai memanaskan mesin.

Drrkkkk....

Drrkkkk....

Mobil itu tidak mau menyala.

"Kenapa ini tidak bisa menyala!" Devan terus mencoba menghidupkan mesin mobil itu.

"Bagaimana ini?! Kalau tidak bisa menyala juga, apakah kita—"

"Gak! Gak Sarah! Jangan bilang seperti itu. Kita hanya tinggal selangkah lagi untuk keluar dari sini. Jangan menyerah! Devan, terus coba hidupkan mesinnya." ucap Zahra sedikit berteriak, dia tidak ingin usahanya dan usaha teman-temannya juga Harris sia-sia begitu saja.

"Angga, apa lo udah bener masukin rumusnya?" Tanya Devan masih terus berusaha menyalakan mesin.

"Gue gak terlalu yakin, pak Harris yang buat rumusnya, gue cuma bantu kalau dia butuh sesuatu buat diambilin."

Aarrrghhhh...

Semua langsung terdiam. Erangan itu muncul lagi, yang artinya 'mereka' sudah datang.

Zahra segera mengambil senapannya. Beruntung dalam mobil itu ada 2 senjata laras panjang dan dua buah pistol. Gadis itu memberikan satu buah senapan untuk Angga, satu pistol untuk Sarah, dan satu pistol lagi untuk Devan.

"Kalian bantu aku!" ketiganya mengangguk serempak.

"Devan, kamu terus coba nyalakan mesin mobilnya. Aku dan yang lain akan mencoba mengulur waktu dengan menembak beberapa diantara 'mereka'."

"Baiklah, akan aku usahakan."

Makhluk-makhluk itu mulak nampak. Ketiganya mengambil posisi, bersiap menunggu arahan dari Zahra.

"Sekarang!"

Rentetan peluru saling menjatuhkan satu per satu zombie itu. Keringat menghiasi pelipis mereka. Cukup melelahkan ternyata, menembaki mayat hidup yang terus saja berdatangan. Seolah tak ada habisnya.

Sementara itu, Devan terus menerus mencoba menyalakan mesin. Hingga pada percobaan yang kesekian kali, deru mobil akhirnya terdengar. Layaknya sebuah musik, keempat murid itu bersorak girang.

"Yeayyy!!! Akhirnya!!!"

Dengan cepat Devan menjalankan mobil, menabrak beberapa zombie yang menghadang jalan mereka. Zahra dan yang lain masih menembak para zombie itu hingga mereka keluar dari gerbang sekolah.

Raut kelegaan terpancar dalam wajah mereka. Semua usaha yang mereka lakukan, semua kerja sama, dan semua pengorbanan yang diberikan kepada mereka, kini terbayar sudah. Tak ada yang sia-sia.

Mereka berhasil.

Pak Harris dan Belinda, Kita berhasil.

Kami selamat!

The end


DON'T PANIC (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang