"Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Api semakin menyebar. Bisa-bisa kita yang bakal kebakar disini." Devan memperingati.
Semuanya tidak bisa berpikir jernih. Kepanikan mulai menguasai pikiran mereka.
Cukup lama, hingga tiba-tiba Sarah membuka suara, membuat seluruh atensi beralih kearahnya."Aku baru ingat! Para zombie itu sensitif terhadap suara. Kalau kita buat suara berisik, mungkin mereka bisa mendekat."
"Kamu benar juga, tapi dengan apa kita bisa membuat suara-suara berisik itu?"
"Van! Gue lihat tadi di lab ada tongkat besi. Mungkin kita bisa pakai itu buat bikin suara yang keras. Tapi tongkatnya ada di dalam. Akh! Tahu gini harusnya tadi gue ambil aja." Angga mengacak rambutnya frustasi.
Harris nampak terdiam, menyimak percakapan anak-anak itu sebentar kemudian kembali berujar, "Kalau begitu, biar saya saja yang ambil."
Ucapan Harris sontak membuat keempatnya terkejut. Zahra yang sedari tadi hanya mendengarkan, akhirnya ikut angkat bicara, "Bapak gila ya?! Di dalam sana api pak! Salah langkah sedikit saja, badan bapak bisa terbakar."
"Kalian tenang saja, bapak bisa mengatasi ini. Bapak cukup ahli kok hahaha." timpal Harris sedikit bergurau.
"Angga, dimana letak tongkat itu?" sambungnya.
"Ada di dekat wastafel pak." Harris mengangguk paham.
"Tapi pak, apa bapak yakin mau masuk kesana? Apinya sudah semakin besar." ujar Sarah sedikit cemas.
Harris menyunggingkan senyumannya, "Kalian tidak usah cemas begitu, saya baik-baik saja. Van, bapak titip kotak obatnya sama kamu ya. Jaga kotak ini baik-baik." Harris memberikan koper kecil berwarna hitam pada Devan.
Awalnya Devan enggan menerima kotak itu. Firasatnya mengatakan akan ada sesuatu yang tidak beres nantinya. Dia takut, jika pak Harris akan terluka. Namun ia juga tak bisa menolak permintaan pria berkacamata tersebut, akhirnya Devan tetap menerimanya, lalu memasukkan koper itu ke dalam tas yang dia gendong.
"Pak, saya ikut bapak ya?" ujar Devan.
Pak Harris segera berseru, "Jangan! Didalam bahaya, saya tidak mau melukai anak didik saya lagi. Kalian mau saya bertanggung jawab kan? Maka ini saatnya saya membayar semua perbuatan yang sudah saya lakukan. Kalian sebaiknya cepat bergegas, nanti bapak akan menyusul. Tidak usah khawatir."
Devan dan yang lain hanya mengangguk pasrah. Begitu mereka mulai berlari dan menghilang dari pandangan Harris, pria itu segera meloncat masuk ke dalam ruangan yang mulai dilalap api tersebut.
"Uhuk!" Harris terbatuk-batuk tatkala kepulan asap di ruangan itu masuk ke paru-parunya. Matanya pun mulai terasa perih. Beberapa kali ia hampir tertimpa plafon yang roboh.
Asap yang semakin banyak, membuat dia kesulitan melihat. Harris hanya bisa mengandalkan indra perabanya untuk mencari tongkat yang dibicarakan Angga.
Tangannya meraba kesana kemari hingga sebuah benda berlogam jatuh mengenai kakinya. Senyum merekah di kedua sudut bibirnya. Akhirnya benda yang dia cari dapat ia temukan. Kini, Harris hanya harus keluar dari ruangan itu lalu menyusul murid-muridnya.
Ketika dia akan keluar, sebuah lemari tiba-tiba saja roboh menutupi pintu ruangan itu.
Dia terjebak.
Harris berusaha mendekatinya tapi api semakin menyebar. Jendela juga sulit untuk dibuka.
Tidak ada pilihan lain.
Dia harus berkorban. Setidaknya dia sudah berusaha menyelamatkan anak-anak itu.
Dadanya semakin sesak. Waktunya kini tak banyak. Harris mulai memukul tongkat itu ke lantai berkali-kali, menimbulkan suara nyaring yang mengundang para mayat hidup itu datang ke arahnya.
Erangan para zombie mulai terdengar dari luar. Tapi itu masih belum cukup. Api dan bunyi-bunyian dari tongkat yang Harris buat hanya bisa untuk mengumpulkan zombie-zombie itu, bukan untuk melenyapkan mereka.
Ketika dirasa sudah cukup, Harris mengambil sesuatu dari tasnya. Sebuah granat. Yang ia ambil ketika kabur dari laboratorium dulu. Dan selalu ia simpan hingga saat ini. Mungkin sekaranglah saatnya ia menggunakan peledak tersebut.
"Haaahhh.... Tidak kusangka, aku harus pakai senjata ini. Uhuk! Kurasa tugasku telah selesai sampai sini. Profesor, maafkan saya jika saya masih belum bisa melindungi anak-anak itu dengan baik. Mereka... Saya yakin mereka akan berhasil. Maafkan bapak anak-anak, bapak tidak bisa menyusul kalian."
Dengan napas tersengal Harris menarik pelatuk granat itu dengan mulutnya. Melemparnya ke sembarang arah dan....
"Boom!!!"
°°°
![](https://img.wattpad.com/cover/252283983-288-k152773.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T PANIC (Completed)
Misterio / Suspenso(Sudah di revisi) Sekelompok murid yang terjebak dalam sekolah akibat serangan wabah virus aneh yang menyebabkan mereka harus bertahan hidup dan mencari jalan keluar dari sekolah itu. "Jangan panik, atau kalian akan ketahuan." Start : November 202...