"Bagaimana? Sudah kamu persiapkan suntikannya?" Harris mengangguk lalu memberikan jarum suntik tersebut pada Denise.
Denise mengamati objeknya. Memeriksa kondisinya, lalu mulai menyuntikkan serum itu.
Satu menit.
Dua menit.
Tiga menit.
Tidak ada reaksi.
"Kenapa belum ada perubahan? Kamu mencampurkan cairan yang benar kan?" Denise menatap Harris penuh pertanyaan. Pria itu pun turut bingung. Dia merasa sudah melakukannya dengan benar. Tapi kenapa reaksinya tak seperti yang mereka perkirakan? Apa kali ini mereka gagal lagi untuk kesekian kalinya?
"Sudah. Sepertinya sudah ku buat dengan benar. Aku melakukannya sesuai yang kamu minta—tunggu. Tangannya! Lihat tangannya!" Harris berteriak heboh. Membuat Denise mengikuti arah pandang pria itu.
Segera mereka memeriksa kondisi objek tersebut. Denyut nadi dan jantungnya mulai berdetak. Senyum merekah diantara keduanya.
Mereka berhasil.
"Segera buat laporan pada profesor!" perintah Denise.
"Baik." Harris hendak melangkahkan kakinya, namun pandangannya malah tertuju pada alat deteksi gelombang otak yang tidak menunjukkan gelombang aktivitas apapun. Dia segera mengurungkan niatnya untuk menemui profesor. Membuat alis Denise berkerut heran.
"Ada apa ris? Kok belum pergi juga? Kita harus segera melapor."
"Sebentar. Apa alat ini rusak? Kenapa tidak bekerja sama sekali?"
"Sepertinya ada yang salah. Apa kamu yakin benar-benar membuat serumnya dengan tepat? Kamu tidak keliru?"
"Iya aku rasa begi—" Harris terdiam. Ia teringat sesuatu.
"Gawat!"
"Kenapa?!"
"S-sepertinya aku menuangkan cairan yang salah. Akh! Ini pasti karena aku tidak fokus tadi." Harris meremat rambutnya geram. Wajahnya ia usap dengan kasar. Kacamata yang bertengger di batang hidungnya sudah ia lepaskan. Bagaimana ini? Hancur sudah reputasinya sebagai asisten profesor yang memiliki akreditasi tinggi. Kenapa dia bisa seteledor ini? Harris terus merutuki dirinya.
"Sudah kuduga. Aku bilang juga apa ris?! Kalau kamu tidak fokus lebih baik kamu istirahat dulu. Tapi kamu malah nekat. Begini kan jadinya." Denise memijat batang hidungnya. Membenarkan letak kacamatanya yang turun.
"Sudahlah. Sebaiknya kita perbaiki sendiri dulu masalah ini. Kita bilang pada profesor nanti—"
Arrgghh...
Keduanya menoleh ke sumber suara. Mereka mendapati objek itu sudah berdiri dengan tatapan kosongnya.
Denise mendekati orang itu.
"Senior, mungkin sebaiknya kita tidak mendekat ke arahnya." Harris berusaha memperingatkan namun ucapannya tidak digubris oleh wanita berkuncir kuda itu. Perasaan Harris mulai tidak enak. Dia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi.
Harris hendak menarik tangan Denise. Tapi terlambat. Tubuh wanita itu sudah tumbang lebih dulu tertindih oleh orang itu.
"Akh!"
"Senior!"
Denise berusaha menghindari serangan makhluk tersebut. Tenaganya perlahan mulai terkuras.
Harris segera mencari benda tajam yang ada disekitarnya. Sebilah pisau dia ambil lalu menusuk-nusuk punggung makhluk itu. Ia berusaha untuk menyelamatkan Denise. Darah bercucuran kemana-mana mengotori jas laboratoriumnya.
Didorongnya makhluk itu lalu ia melihat kondisi Denise. Terlambat. Harris terlambat. Seniornya itu sudah tewas. Lehernya hancur berlumuran darah. Tapi tiba-tiba tubuhnya mengejang. Harris melangkah mundur menjauhi Denise.
"Se-senior!" Harris ingin menangis. Tapi ia sadar ini bukan saatnya.
Dalam sepersekian detik wanita itu menerkam Harris. Sekuat tenaga dia menghindar serangan demi serangan. Dia dengan terpaksa harus membunuh rekannya.
"Maaf senior." Dengan sebilah pisau itu Harris menusuk leher Denise. Membuatnya mengerang hebat.
Harris terbelalak tatkala ia baru saja menyadari jika makhluk itu menghilang. Dan dengan bodohnya dia lupa menutup pintu ruangan itu.
Gawat!
Dia harus segera memperingatkan yang lain, termasuk profesor. Segera dia berlari dan menuju ruangan profesor Dellen.
"Profesor! Gawat! Subjek mengilang!"
"Apa?!"
°°°
![](https://img.wattpad.com/cover/252283983-288-k152773.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T PANIC (Completed)
Misterio / Suspenso(Sudah di revisi) Sekelompok murid yang terjebak dalam sekolah akibat serangan wabah virus aneh yang menyebabkan mereka harus bertahan hidup dan mencari jalan keluar dari sekolah itu. "Jangan panik, atau kalian akan ketahuan." Start : November 202...