Begitu mendengar suara ledakan itu, Devan dan yang lain sontak menghentikan langkah, mereka membalikkan badan menatap kaget ke arah kepulan asap yang membumbung tinggi di balik bangunan sekolah.
"Pak Harris!" teriak mereka serempak.
2 gadis itu kini sudah menangis, bahkan manik mata Angga pun nampak berkaca-kaca. Devan berusaha menenangkan mereka meski ia juga diliputi perasaan duka, ia mencoba menghibur, "J-jangan terlalu bersedih guys. Kita gak boleh berhenti gitu aja. Jangan menyia-nyiakan pengorbanan pak Harris untuk kita. Kita harus melanjutkan perjalanan ini, dengan atau tanpanya. Ayo teman-teman!"
Mereka bertiga mulai mengatur kembali emosi, keempatnya lalu melanjutkan perjalanan menuju halaman depan tempat mobil Harris terparkir disana.
Semuanya mulai berjalan seperti yang telah direncanakan. Namun di luar dugaan, sesosok zombie melompat dan menerkam Angga. Pemuda itu langsung terjatuh lalu berusaha menahan serangan yang zombie itu berikan.
"Angga!" Sarah ingin berlari menolong, tapi pemuda itu mencegahnya.
"Jangan Sarah! Kalian pergi duluan aja. Biar aku urus zombie ini sendiri. Nanti aku bakal nyusul kalian! Van, tolong lo bawa mereka. Selamatkan mereka dulu."
Dengan berat hati Devan menarik Sarah yang masih menolak pergi meninggalkan Angga.
"Nggak! Aku mau tolongin Angga! Lepasin!"
"Sarah! Kita pergi dulu dari sini. Angga pasti bakalan nyusul kok. Kamu gak usah cemas, Angga pasti bisa melawan zombie itu! Kamu harus yakin sama dia!" Zahra berusaha menenangkan Sarah.
Akhirnya mereka bertiga meninggalkan Angga yang masih bergelut dengan zombie itu. Ketiganya berharap agar teman mereka itu bisa segera menyusul.
Kini hanya butuh beberapa langkah lagi, Devan, Zahra, dan Sarah sudah bisa memasuki mobil itu. Devan membiarkan kedua gadis tersebut masuk terlebih dahulu. Ia lalu menutup pintu dari luar, membuat Zahra tertegun.
"Devan." Zahra menatap heran pemuda itu.
"Kalian tunggu disini. Aku mau menolong Angga dulu. Semoga masih ada waktu."
"Kembalilah dengan selamat. Aku gak tahu cara mengendarai mobil ini." Zahra sedikit bergurau meski matanya menahan tangis. Ia sangat takut. Takut jika Devan dan Angga tak bisa kembali lagi.
Devan mengangguk lalu meninggalkan keduanya.
Sementara itu Angga masih berjuang melawan zombie itu. Meski hanya satu, tapi tenaganya benar-benar kuat. Membuat Angga mulai kewalahan menghadapinya.
Tenaganya kini sudah terkuras. Ia memutuskan menyerah. Inikah akhirnya? Kalau tahu akan begini, harusnya ia menyatakan perasaannya lebih dulu pada Sarah. Sejenak ia khawatir pada gadis itu. Siapa yang akan menjaganya nanti? Orang tuanya sudah tiada, dan Sarah pun mungkin akan kehilangan dirinya juga. Sarah gadis yang hatinya lemah. Jika Sarah tahu Angga tak lagi bersamanya, entah apa yang akan gadis itu lakukan nanti. Tanpa Angga sadari setitik cairan bening membasahi pipinya.
"Maaf ya Sarah. Aku gak bisa nyusul kamu." Angga menutup matanya perlahan.
Crass!
"Woi! Bangun! Lo masih hidup! Gak usah lebay gitu deh!"
Angga yang masih memejamkan matanya tertegun. Dia mengenali suara ini. Segera dia membuka matanya dan terkejut siapa yang baru saja menolongnya. Angga tidak bisa lagi menahan tangis, dia lantas berdiri lalu memeluk Devan.
"Huaaa!!! Akhirnya lo dateng juga! Hiks.... Gue kira gue bakal ninggalin kalian! Huaaa!"
Devan sedikit terkekeh mendengar itu. "Cih, katanya lo bakal nyusul. Mau sok sok an jadi jagoan lo? Untung gue dateng tepat waktu. Udah udah lepasin ah. Geli gue! Gue masih cowok normal ya." Devan menjitak kepala Angga, membuat pemuda itu mengaduh kesakitan. Meski begitu, keduanya tertawa.
Devan memapah Angga yang kakinya kembali kambuh akibat terkilir. Mereka mulai berjalan perlahan menyusul Zahra dan Sarah yang masih menunggu mereka dengan cemas.
Zahra dan Sarah akhirnya bisa bernafas lega ketika melihat sosok kedua teman mereka. Namun kelegaan itu hanya berlangsung sesaat. Zahra kembali di buat khawatir sebab dibelakang kedua pemuda itu, sekelompok zombie berjalan mendekat.
Zahra membuka jendela mobil lalu berteriak ke arah Devan. "Van! Awas dibelakang kalian!"
Devan dan Angga yang mendengar itu mempercepat langkah mereka.
Zahra berusaha mencari senjata yang sekiranya mampu menyelamatkan Devan dan Angga. Dia menelusuri setiap bagian mobil itu. Tak lama, pandangannya tertuju pada sebuah senjata laras panjang yang terletak dibelakang jok mobil yang Zahra duduki. Dia segera mengambil senjata itu, mengisinya dengan amunisi lalu mengarahkannya pada zombie di belakang Devan dan Angga yang terus mendekat.
Sarah yang melihatnya menatap ragu pada Zahra, "Ra, kamu yakin bisa gunain senjata itu? Bukannya aku ngeraguin kamu, tapi kalau nanti meleset dan malah ngelukain mereka berdua gimana?"
"Kamu tenang aja. Aku bisa kok gunain senjata ini."
"Wahhh... Kamu belajar dari mana?"
Zahra tersenyum miring, "Dari game."
Entah kenapa, Sarah kini mulai meragukan kemampuan Zahra. Ia jadi semakin cemas.
°°°

KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T PANIC (Completed)
Mystery / Thriller(Sudah di revisi) Sekelompok murid yang terjebak dalam sekolah akibat serangan wabah virus aneh yang menyebabkan mereka harus bertahan hidup dan mencari jalan keluar dari sekolah itu. "Jangan panik, atau kalian akan ketahuan." Start : November 202...