Part 24 : Final Formula I

95 14 31
                                    

"kyaaaaaa"

"aaaaaaaaaa"

"lariiiiiiii... ada zombieeeee"

Ryosuke segera menyingirkan Yuri agar berdiri dibalik punggungnya, begitu membuka pintu kamar keduanya dikejutkan dengan orang orang yang berlarian dan berteriak-teriak

"Ryosuke" panggil Yuri dengan sedikit bergetar, ia meremat kaos yang dikenakan Ryosuke sebagai pertanda bahwa ia membutuhkan perlndungan, oh Bunny tanpa diminta pun Ryosuke mu pasti akan melakukannya, tenanglah.

"apa virusnya sudah sampai ke Gifu? Apa yang terjadi?" kata Ryosuke sambil memperhatian situasi, ia menarik lengan mungil Yuri kembali kedalam kamar dan mengunci pintunya rapat-rapat. Kondisi Yuri masih terlalu lemas dan tidak bisa berlari, mengunci diri di kamar ini sepertinya adalah pilihan terbaik yang ia miliki

"keadaan kita genting sekali Ryosuke, jika terus seperti ini .... jika terus seperti ini pemerintah akan menyetujui untuk membeli injeksi morphine dari si brengsek Takaki Yuya" ucap Yuri Frustasi

"aku tau... kondisimu tidak memungkinkan untuk pergi keluar sana. Kita tunggu yaa?. Lihat lenganmu.. masih terluka.... kau baru saja siuman, masih pusing kan? Aku tidak mau terjadi apapun padamu" hibur Ryosuke

"Ryosuke.. aku..." air mata kembali menetes membasahi pipi Yuri

Ryosuke sangat tidak menyukai pemandangan seperti ini. Ia memang belum lama mengenal dokter pembimbingnya ini, tapi ia yakin Yuri adalah orang yang sangat berhati lembut. Ia hanya nampak jahat di bibir saja. Orang yang baru mengenalkan akan beranggapan ia berhati keras, tapi tidak dengan Ryosuke. Selama bersama-sama dengan Yuri, Ryosuke menyadari bahwa pembimbingnya ini adalah sosok yang lemah dan rapuh. Ia begitu membutuhkan pertolongan walau bibirnya menolak. Ia adalah orang yang lembut dan selalu memikirkan keselamatan orang lain. Yuri adalah orang dengan level tsundere tingkat munafik paling tinggi yang pernah Ryosuke temukan. Dan hal itu membuatnya semakin suka.

"Yuri... dengarkan aku, kita cari cara lain untuk pergi ke lab , okhe ? aku akan berpikir. Sambil menunggu apa kau bisa beristirahat disini? Biar ku pasang kembali infusmu, bisa?" ucap Ryosuke mengelus pucuk kepala si dokter

"huuuftttt.... baiklah"

"yosssh yossh, anak pintar"

"aku bukan anak bayi"

"tapi kau seperti bayi..."

"mahasiswa kurang ajar kau Ryosuke"

"Angap saja kita sedang diluar jam kuliah, anggaplah aku adalah pria dewasa yang sedang menggodamu" ucap Ryosuke enteng sembari memasang infus yang sudah ia cabut tadi

"aku mau tidur"

Ryosuke tersenyum melihat si bayi tidur dengan membelakanginya, hanya cara ini yang mampu menghentikan adu mulut dengan Yuri. Yuri akan terdiam ketika digoda, semakin digoda ia akan semakin mengalah. Sekarang saatnya berfikir bagaimana cara keluar dari kamar ini, pergi ke lab dan menguji ide yang mereka berdua temukan.


-00-


Hikaru memparkir mobilnya dengan jarak yang cukup jauh kemudian meneruskan perjalanannya dengan berjalan kaki. Yamazaki tetap berada didepan dengan tangan yang diikat. Hikaru tidak bodoh, ia tidak mungkin tiba tiba muncul didepan pintu dan berteriak "halooooo aku hikaru siap menggebrek anda semua".. tidak kan?

Hikaru harus punya rencana !

"oii Yamaken...ada berapa pintu masuk di gedung itu?" tanya Hikaru tidak lupa menodongkan pistolnya ke arah kepala Yamazaki sensei

Pandemic [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang